Sepasang insan yang saling mencintai, tetapi harus dipisahkan oleh maut. Perjuangan dan penantian cinta yang mengharukan. Kesetiaan cinta dari seorang laki-laki (Febri), selama 8 tahun lebih kepada cintanya. Tetap yakin menunggu, padahal wanita itu sudah bersama dengan laki-laki lain. Penantian yang tidak sia-sia, setelah sekian lama cintanya datang dalam keadaan sakit...
Saya bertemu dengan wanita ini (Krida) empat tahun yang lalu sekitar bulan Agustus 2004. Kesan pertama dia begitu keras dan cuek. Maklum, dia accounting senior, umur saya yang jauh lebih muda dari dia, dan dia dikenal dekat dengan owner perusahaan kami (dulu saya bekerja satu perusahaan dengan dia). Seiring waktu, kami jadi dekat, sungguh sangat dekat. Saya merasakan perlindungan seperti seorang adik kepada kakak perempuannya. Kami cerita apa saja, dari hal kecil sampai hal besar, dari hal lucu sampai serius, dsb. Masing-masing kami tahu apa yang terjadi dan bergejolak dihati kami masing-masing, termasuk urusan cowok.
Bang Febri, demikian saya menyebut pacar ka krida. Dia begitu optimis, periang dan semangat... Pertama kali ketemu dengannya, mereka dan ka krida kelihatan serasi. Jujur, saya bahagia melihat ka krida tertawa. Dia laki-laki yang cocok untuk ka krida, bisik hatiku. Supportku, selalu jadi pertimbangan ka krida, syukurlah.. dia mendengar anak kecil ini (sebutannya padaku). Mereka akhirnya pacaran.
Saya bertemu dengan wanita ini (Krida) empat tahun yang lalu sekitar bulan Agustus 2004. Kesan pertama dia begitu keras dan cuek. Maklum, dia accounting senior, umur saya yang jauh lebih muda dari dia, dan dia dikenal dekat dengan owner perusahaan kami (dulu saya bekerja satu perusahaan dengan dia). Seiring waktu, kami jadi dekat, sungguh sangat dekat. Saya merasakan perlindungan seperti seorang adik kepada kakak perempuannya. Kami cerita apa saja, dari hal kecil sampai hal besar, dari hal lucu sampai serius, dsb. Masing-masing kami tahu apa yang terjadi dan bergejolak dihati kami masing-masing, termasuk urusan cowok.
Bang Febri, demikian saya menyebut pacar ka krida. Dia begitu optimis, periang dan semangat... Pertama kali ketemu dengannya, mereka dan ka krida kelihatan serasi. Jujur, saya bahagia melihat ka krida tertawa. Dia laki-laki yang cocok untuk ka krida, bisik hatiku. Supportku, selalu jadi pertimbangan ka krida, syukurlah.. dia mendengar anak kecil ini (sebutannya padaku). Mereka akhirnya pacaran.
Di apartemen yang sama, kamar yang sama, kami berdua selalu bercerita dan tertawa. Ada sedikit ribut, tapi kami selalu bisa menyelesaikannya dengan baik. Saat berpisah karena saya resign, ada kata yang keluar sekelibat dari bibirnya saat malam terakhir kami bersama, "win, aku pasti sedih kamu ga ada? aku bisa mati sendirian". Saya diam, tak mengerti maksud kata-katanya. Saya pikir dia mengigau, mimpi atau apalah... Saya tidak menyangka... itu terjadi!!! Dia kanker payudara!!
Bang Febri setia menemani bahkan tak segan-segan membersihkan luka di dadanya yang semakin parah dan membau. Menggendong, menyuapi, memberikan minum, berdoa bersama... kegiatan rutin yang tak pernah lepas diberikan bang Febri. Luka dan wajah ka krida yang semakin rapuh bahkan tidak secantik dulu, tidak meluluhkan kesetiaannya. Dia terus mendampingi ka krida sampai hembusan nafas terakhir...
26 Januari 2009, bang Febri telepon dan mengungkapkan kepada saya kalau dia masih merasakan kehadiran ka krida, dia selalu membayangkan kebersamaan mereka. Bang Febri selalu berdoa untuk kebahagiaan ka krida. Dia tidak tahu langkah ini akan dibawa kemana, dan bagaimana selanjutnya bang Febri?? Bang Febri hanya mengatakan kalau dia akan mengikuti arus hidup ini dengan hati yang berserah, mengalir saja.... (Saya benar-benar kagum).
No comments:
Post a Comment