Monday, April 27, 2009

PERSEMBAHAN DEW

Setelah 2 minggu tak bertemu, tak bicara, tak menahu, akhirnya Dew datang dengan diam-diam. Tanpa ada yang tahu, dia datang, dan kemudian pergi... Berdiri diam di depan rumah Pondok Anggun itu. Menanti Diy keluar, membukakan pintu. Padahal di malam yang sama, baru saja Diy membuka kembali foto-foto mereka berdua. Diy dan Dew. Lama sekali. Sampai akhirnya Diy mengantuk dan tertidur pulas. Tak tahu ada sms masuk. Ternyata, Dew sudah ada di dekat Diy????

Dew datang. Membawa lagi harapan dan senyum mereka. Dew datang. Mempersembahkan maaf dan kesadaran hanya untuk Diy. Suatu hal, yang sempat membuat Diy putus asa dan bertanya, “apakah Dew bisa menyadari kesalahannya??” Kini tak perlu lagi, kami ingat-ingat, Diy ingat-ingat, atau pun Dew sesali. Semua sudah lebih baik. Yang terpenting adalah sekarang dan akan datang. Kejadian kemarin itu, cukup menjadi satu pelajaran tambahan lagi untuk persembahan cinta kami.

Dengan bahasa kami, dengan pengertian dan komunikasi kami. Akhirnya semua masalah yang sempat membeku itu melebur, meluber dan mencair. Dingin, sejuk dan damai. Ada senyum dan gelak tawa yang menghiasi hari-hari mereka lagi.

Terbentuk kristal baru lagi. Karena ingin selalu mengkristalkan kisah ini bersamanya....

Waktu yang berjalan, terasa begitu cepat. Tersadar.........., ada ego yang datang ketika tiba-tiba waktu harus menjemput masing-masing mereka untuk berjalan menapaki hari-hari dengan penuh tanggung jawab. Work. Study. Society.

Love You Dew. (Dew tertidur juga.....)
Don't make me sad again.

Setengah Gelas Air Putih

Saya terkesima membaca blog yang satu ini. Sederhana, lugas dan bebas. Tapi ada arti yang hendak dia sampaikan untuk Bun, pembaca, dan dirinya sendiri.

Tidak ada samudera
Tidak ada lautan
Pun danau atau kolam
Aku hanya butuh setengah gelas air putih
Dan itu kamu....

Beberapa waktu lalu saya sering bilang pada Bun kalau saya merasa kesulitan menulis tentangnya. Menjadikannya inspirasi seperti sebelumnya. Tapi barangkali tidak untuk kali ini. Semoga dia membaca tulisan saya.

Saya sakit. Terdampar di rumah sakit beberapa hari dan akhirnya pulang kerumah. Saya tidak pernah menyangka musibah ini menimpa saya. Alhamdulillah, Tuhan memang jarang memberi saya sakit. Saya patut bersyukur untuk hal ini. Muda, sehat, memilih bahagia. Pun demikian musibah ini saya syukuri sebagai manusia yang menghamba.

Beberapa hari sebelum musibah yang membuat jari kaki saya patah, saya menelpon Bun—kekasih saya. Saya bilang bahwa saya punya rencana untuk pulang pada tanggal 9 April menjelang PEMILU. Namun betapa berat hati ini, saya amat rindu rumah. Saya pun rewel. Dan seperti biasa, kekasih saya itu hanya berujar ‘Sabar, Sayang..’

Sabar. Barangkali itu yang agaknya perlu ditekankan disini. Sabar adalah bahwa semua akan datang pada waktunya. Tidak perlu diburu-buru datangnya. Namun rupanya saya tidak sabar. Dan beberapa hari kemudian saya dijemput musibah itu. Untuk pertama kalinya (dan semoga tidak terulang lagi untuk sesuatu yang merepotkan banyak orang) saya terdampar di rumah sakit. Setelah mendapat perawatan saya diijinkan pulang ke rumah dengan jari kaki terbungkus perban.

Saya pulang. Untuk waktu yang amat lama. Sekitar 4 minggu. Saya bertemu keluarga, saya jadi pasien di rumah sendiri dengan ibu sebagai perawat. Ayah saya bertugas sebagai motivator. Adik saya menyegarkan rumah dengan humornya. Dan tentunya Bun selalu datang ke rumah dengan membawa senyum (juga es krim kesukaan saya).

‘Kamu pulang lebih awal..’ katanya.‘Iya.. Sebelum tanggal 9 April’ sambung saya.Sejak saya sakit, saya tahu betapa berartinya Bun buat saya, sama berartinya dengan keluarga dan sahabat saya. Bun tahu betul saya menderita kebosanan berkepanjangan berada di rumah tanpa kegiatan. Ya, untuk saya yang hampir tidak berhenti bergerak kecuali tidur malam, menjadi pengangguran di rumah bukanlah hal yang menyenangkan. Dan Bun selalu datang dengan membawa beberapa kegiatan ringan. Kami masih bisa makan es krim berdua, dia memotret saya, dan mengedit foto. Semuanya penuh canda tawa. Semuanya menyembuhkan.

Dan saya selalu tidak suka bila jam dinding sudah menunjuk pukul 22.00, karena Bun harus pulang. Betapa egoisnya saya. Ah, Bun.. Dia memang bukan samudera yang maha luas.. Samudera yang kamu kagumi, dan bisa menenggelamkan dirimu, yang sebenarnya tidak kamu butuhkan. Bun hanya setengah gelas air putih yang akan dibutuhkan semua orang, begitu sederhana. Untuk bersamanya, kamu tak perlu tenggelam dan mati muda tak berarti. Kamu hanya akan sedikit merasakan dehidrasi, hehehe.. I love you, Bun..

Pati, 13 April 2009, Kamar tidur, internet, tawa. By. Catastrova

Friday, April 24, 2009

CINDERELLA

Malam ini, adiknya kelasnya S, menelepon… dan mengaku, kalau dia tadi malam memimpikan wanita itu. Hmm, masa lalu yang menurutnya bentuk dari sebuah obsesi dari seorang laki-laki yang dianggap sebagai teman. Sekian lama, waktu dan cerita sudah banyak yang berlalu, tetapi masih ada saja nostalgia yang dia simpan…. Mungkin jauh dari dalam hatinya.

Pengakuan dan bentuk dari mimpinya itu, membuatnya tak layak untuk dipuji. Menurutnya, dia hanya mengagumi seorang figur wanita yang telah jauh berbeda dari dulu. Dia yang masih membayangkan dan menggambarkan figur seorang wanita yang keibuan, bijaksana dan bertanggung jawab. Sebagai seorang wanita, dia patut bangga, masih ada laki-laki yang menghormati dan memujinya sedemikian rupa.

Semuanya memang belum ada yang berubah. Tapi…. Ada sesuatu yang membuat wanita itu merasa tak lebih baik dari sebelumnya. Dia pikir, masih ada wanita yang lebih untuk mendapatkan pujian seperti itu. Pujian yang pernah juga saya dengar dari anak-anak kecil Panti Asuhan: Sempurna, bak Cinderella, cantik, ramah, penyayang....

Mungkin, cinderella itu kini bersedih. Tertutup kelabu yang gelap. Kembali dia tidur dan diam, mengumpulkan daya upaya untuk bangkit. Mungkin tak tahu lagi dan sulit untuk menerima arti cinta yang sesungguhnya. Segalanya berubah. Semakin lama dia bersikeras mencari cintanya, maka dia semakin sakit. Rasanya dia ingin menyerah dan menerima apa saja… Segalanya, sebagai bentuk tanggung jawab dan terima kasih untuk orang2 yang masih mencintainya kini dan selamanya.

Sebenarnya dia masih tak bisa mengambil keputusan, takut sekali untuk melepaskan apa yang dia cintai dan sayangi. Kesekian kalinya, laki-laki itu membuat dia menangis dan kecewa. Sakit sekali!!! Mengingatnya saja, rasanya tak sanggup. Dia terus berlari dan menjauh, berusaha untuk melupakan semua yang dia alami sendiri. Tetapi, setiap dia berusaha pergi menjauh, rasa itu semakin dalam. Akhirnya dia menyerah, dan membiarkan saja semua yang dia rasakan mengalir. Mulai dari rasa sedih, kecewa, sakit, sampai menangis sebagai bentuk luapan hati, biarkan saja bebas!! Semua bentuk hati yang dia rasakan, semuanya diterima tanpa berusaha melawan dan pergi.

Dia mencintainya. Masih sangat mencintainya. Walaupun hatinya masih terdiam dan sakit, ketika laki-laki itu kurang pengertian. Ketika dia berdiri diam dan harus melakoni perannya sebagai teman biasa di depan teman-teman lelaki itu. Ketika dia tak bisa menerima salam damai yang biasa mendarat di pipi. Ketika lelaki itu tidak menggenggam tangannya, saat berjalan di dekat teman-teman mereka. Ketika dia tak bisa menerima perlindungannya, saat sakit. Ketika dia harus diam membaca email dan pesan chat dari wanita yang terus mengaguminya. Entah karena dia yang selalu bersikap manis terhadapa wanita2 itu, atau sebaliknya? Dia tak mengerti dan berusaha untuk percaya, bahwa lelaki itu bisa bersikap bijak untuk hal yang satu ini.

Kini, kembali mereka diam tak bergeming. Mungkin karena marah, cemburu dan kecewa? Siapa yang tahu? Atau mungkin karena tiba-tiba lelaki itu sadar kalau perjalanan ini tak bisa dia tempuh dengan seluruh daya upaya dan hidupnya. Dan…. Wanita itu pun ikut diam, juga kecewa, sungguh sangat kecewa atas kejadian yang baru saja berlalu, dan kini terulang lagi. Lelah untuk mengerti dan memahami lelaki itu, entah karena apa lagi ini? (saya tak mengerti, padahal saat itu dia sedang sakit).

Tersenyum, tetapi, dalam hati menangis… berusaha mengerti dia, dan berharap sebaliknya. Kini, wanita itu pun sudah tak sanggup lagi untuk berbicara. Hanya hati dan tulisan ini lah sebagai bentuk rasa yang dia alami (saya coba untuk menuliskan ceritanya di diary).

Dia kecewa! Dalam kesakitannya, lelaki itu pergi. Ketika dia melihat email dan pesan chat lelaki itu untuk mengatur pertemuan dengan wanita lain. Kata-kata manis yang masih dia baca di pesan itu, membuat dia menilai bahwa lelaki itu belum tegas! Dia kecewa, ketika dia masih berlama-lama diam dan tak tahu karena apa? Ketika dia hanya diam dan diam tanpa membicarakan semuanya dengan bijak. Dalam hal ini, dia berharap lelaki itu bisa berubah. Bisa lebih dewasa dalam membina dan menjaga hubungan. Bisa mengubah kekerasan hatinya yang membuat wanita itu tersiksa dan tersakiti.

Mungkin saatnya…. dia harus diam, bertahan dan melihat perubahannya. Dia harap lelaki itu bisa memikirkan dan mengambil keputusan untuk kebahagiaan dirinya. Tanpa harus bergantung dengan orang lain dan aturan yang mengikatnya.

Dia percaya, laki-laki itu hebat. Sehebat dia bisa menaklukkan hatinya! Sehebat dia bisa menjalani 10 tahun hidupnya dalam keheningan dan kesendirian. Sehebat dia belajar menjadi laki-laki yang dewasa dan bijaksana. Sehebat dia bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Sehebat dia bisa mencintai wanita itu, apa adanya…….

Semoga kejadian ini tidak terulang lagi, lagi dan lagi. Semoga kejadian ini membuat mereka lebih bijak.

Dia masih bertanya-tanya, kenapa lelaki itu tidak perduli saat dia sakit? Bahkan untuk bertanya perkembangannya pun tidak??? Dia semakin tidak percaya, sifat yang terbaru ini. Semarah-marahnya pada sso, kalau sakit, wanita itu selalu berusaha ada. Tapi, kali ini dia sudah pupus. Entah apa yang menjadi latar belakang semua ini terjadi, semuanya kembali diserahkan pada lelakinya.

Mungkin, wanita itu sakit hati. Tapi, dia memaafkan semuanya. Dan ini jadi pengalaman terhebat untuk wanita itu. Terima kasih Tuhan, sempat mengenal dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya....

Sekarang, cinderella itu berjalan sendirian, dan kembali bersama orang-orang yang perduli padanya. Tanpa seorang pangeran berkuda yang menjemput impiannya.

Wednesday, April 22, 2009

TEGAR

Tergoda aku 'tuk berfikir
Dia yang tercinta
Mengapa telah lama tak nampak
Dirimu di sini

Jangankan ingin ku tersenyum
Tak ada gairah
Ku ingin selalu bersamamu
Kini ku resah
Diriku lemah tanpamu

Gapai semua jemariku
Rangkul aku dalam bahagiamu
Ku ingin bersama berdua selamanya
Jika ku buka mata ini
Ku ingin selalu ada dirimu
Dalam kelemahan hati ini
Bersamamu...
Aku tegar...

IF YOU LOVE

Kumiliki kamu untuk bahagia
Kuhidup denganmu bukan untuk sesaat
Itulah ikrar berdua


Saling memberi
Saling menerima
Saling mengerti dan saling menjaga
Biar tak ada luka
Oh cinta…
Seharusnya saling jujur bicara
Demi cinta
Seharusnya kau dan aku percaya
Satu cinta, untuk selamanya
Diberi bahagia, rasakan berdua
Diberi luka, nikmati bersama
Indah saling mencinta
Oh cinta…

Sehati sejiwa, kita berdua
Selalu mencinta, selamanya… (Anang & KD)

Cinta itu mendamaikan hati. Kemarahan dan kebencian hanya bentuk dari sebuah luapan kekecewaan yang sesaat. Saatnya, akan tiba… semua itu berubah menjadi kenangan yang layak didokumentasikan dalam ruang hati yang tak ada lagi marah dan kecewa. Hanya ada damai dan harapan yang abadi.

Hanya cinta yang bisa menyembuhkan, mengobati rasa kecewa. Dan mungkin bila cinta itu tak bisa kembali lagi, hanya waktu yang bisa mengobatinya. Segala sesuatu membutuhkan proses. Tak pernah ada kata dendam dan benci untuk semua kisah yang terputus di tengah jalan. Inikah yang mungkin dikatakan kehendakNYA ataukah ini takdir?? Semuanya kembali kepada hakikat dan kejujuran hati pribadi itu sendiri untuk menerima dan memahami semua kejadian itu sebagai bagian perjalanan hidup.

Sungguh ironis memang, ketika sebuah hati yang tulus harus mengalami rasa kekecewaan yang dalam. Kita sebut saja contohnya: menerima kekerasan fisik, ketidakperdulian bahkan sebuah perselingkuhan yang terselubung!! Sekarang pertanyaannya, mampukah hati itu untuk memaafkan atau mengampuni? Yeahhh, kalau hanya sebagai penulis, pembaca atau pendengar, jawaban yang paling logis adalah: Lupakan saja! Tinggalkan hati itu! Dan Maafkan saja semampu kamu bisa berdiri tegar dan bahagia, secepatnya!! Pendapat ini memang benar sekali. Tetapi, bila kita langsung yang menghadapi masalah ini. Apa secepat itukah kita mengikuti saran logis itu. Hmmmm, semua butuh proses.

Dengan cinta dan waktu, semuanya pasti bisa diperbaiki. Mungkin butuh waktu seminggu, sebulan, beberapa bulan atau setahun?? Semua tergantung yang menjalaninya. Memaafkan itu merupakan salah satu kunci kebahagiaan. Bukan untuk orang lain, tapi lakukan ini untuk dirimu sendiri!!

Dalam sebuah hubungan cinta ataupun persahabatan, tak ada satu pun hubungan yang bebas pertengkaran. Wow kalau ada, nih hubungan flat banget ya?? Ga melewati pasang surut dan gelombang dong?? Alias ga seru lah!! Trus proses pendewasaan hubungan itu dimana ya?? Memang sih, ga mesti harus bertengkar untuk membuktikan hubungan itu lebih baik dan dewasa. Hakikat sebenarnya adalah, bagaimana pasangan itu mampu menyelesaikan masalah dan mencari solusi bersama. Tak perlu menyimpan rasa marah dan kecewa lama-lama dan berlarut, sampai jadi basi dan meluap. Baiknya sih, dibicarakan secepatnya dengan baik-baik dan kepala dingin. Bukankah cinta kasih itu ada saling memaafkan? Jadi untuk apa berlama-lama diam, dingin dan beku!! Cinta itu ga egois dan pemarah. Just reminder, semuanya perlu usaha dan pengorbanan.

Akan banyak waktu yang terlewatkan dan sia-sia ketika kita tidak bersama dengan orang yang kita cintai. Kita tidak akan pernah tau, rasa sakit dan kondisinya. Ataukah kita sadar saat semuanya sudah terlambat??

So, selama masih ada cinta dan harapan.... perjuangkan cintamu!! Oh iya, cinta itu ga buat kamu sakit dan menderita, tapi bahagia. Nah, klu kasusnya ternyata buat sakit dan menderita gimana dunk?? Wah, yang ini kasusnya kog ribet banget ya?? Simpelnya sih, hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan bersama orang yang tidak kita cintai. Jadi, klu pasangan itu masih saling mencintai, hambatan eksternal yang berusaha memisahkan kayaknya asik-asik aja en bisa terlewati. Keep komit en loyal untuk semua janji yang terucap!!

Tapi, klu cowok or cewek kamu selingkuh gimana lagi dunk coy?? Aduuuuuuh... masalah cinta lo kog banyak banget seh?? Hmmm.... kalau tuh cowok or cewek yang selingkuh itu minta maaf en berjanji ga mengulang kesalahannya lagi, dan satu lagi, kalau kamu masih mencintai dia... kamu bisa deh mulai dari awal lagi. Memaafkan dan melupakan kesalahannya. Tapi kalau tuh cowok or cewek ga berubah, masih tebar pesona kemana-mana, eh pake selingkuh dengan kebohongan yang terkuak nyata lagi, lagi dan lagi.... kayaknya tinggalin aja. Karena dia punya prospek GA SETIA kalau berkeluarga. Terus??? Ya udahlah, cowok or cewek yang minus kayak gitu banyak kog di dunia ini. Sekarang, cari yang berkualitas emang susah, untung-untungan. Makanya kalau udah dapat yang terbaik, jangan disia-siakan!!

Bila akhirnya hubungan cinta yang penuh liku itu akhirnya diikrarkan dalam sebuah janji abadi, keduanya akan saling menjaga dan saling menghargai selamanya.
(Red: Berbagai Sumber Majalah)

Tuesday, April 21, 2009

BORU PANGGOARAN

Ho do borukku
tappuk ni ate-atekki
Ho do borukku
tappuk ni pusuk-pusukki

Burju-burju ma ho
namarsikkolai asa dapot ho na sinitta ni rohami

Molo matua sogot au
ho do na manarihon au
Molo matinggang au inang
ho do na manogu-nogu au

Ai ho do borukku
Boru panggoaran ki
Sai sahat ma da na di rohami
Ai ho do borukku
Boru panggoaran ki
Sai sahat ma da na di rohami

REMINDER......

PRETTY BOY (M2M)
I lie awake at night
See things in black and white
I've only got you inside my mind
You know you have made me blind

I lie awake and pray
That you will look my way
I have all this longing in my heart
I knew it right from the start

*
Oh my pretty pretty boy I love you Like I
never ever love no one before you
Pretty pretty boy of mine
Just tell me you love me too
Oh my pretty pretty boy I need you Oh my
pretty pretty boy I do
Let me inside
Make me stay right beside you

I used to write your name
And put it in a frame
And sometime I think I hear you call
Right from my bedroom wall

You stay a little while
And touch me with your smile
And what can I say to make you mine
To reach out for you in time

*
Oh pretty boy Say you love me too

I BELIEVE IN YOU (IL DIVO)
Lonely the path you have chosen
A restless road no turning back
One day you will find you light again
Don't you know Don't let go Be strong

Follow you heart
Let you love lead through the darkness
Back to a place you once knew
I believe, I believe, I believe In you
Follow your dreams
Be yourself, an angel of kindness
There's nothing that you can not do
I believe, I believe, I believe In you

Tout seul Tu t'en iras tout seul
Coeur ouvert A L'univers
Poursuis ta quete
Sans regarder derriere
N'attends pas
Que le jour Se leve
Suis ton etoile Va jusqu'ou ton reve t'emporte
Un jour tu le toucheras
Si tu croix si tu croix si tu croix En toi
Suis la lumiere N'eneins pas la flamme que tu portes
Au fonds de toi souviens-toi
Que je croix que je croix que je croix Que je croix En toi

Someday I'll find you
Someday you'll find me to
And when I hold you closeI'll know that is true
Follow your heart Let you love lead through the darkness
Back to a place you once knew
I believe, I believe, I believe in you
Follow your dreams
Be yourself, an angel of kindness
There's nothing that you can not do
I believe, I believe, I believe In you.

Monday, April 13, 2009

TIGA BELAS

Malam berganti pagi... Matahari yang terbenam, mulai menunjukkan kuasanya dengan gagah. Mengganti malam yang bertahtakan bulan dan bintang. Bangun!! Mulai!! dan Bangkit!! Hari ini, memaksa saya untuk menerima tanggal 13 April 2009. Tanggal yang selalu saya rindukan, impikan, sekaligus saya harapkan menjadi moment terindah dalam sebagian perjalanan hidup saya setiap tahun.

Tak bisa saya pungkiri, saya juga merasakan kesedihan yang teramat sangat, ketika malam menjelang 13 April 2009. Tiga Belas (13), angka yang disebutkan orang lain pada umumnya sebagai angka keramat alias menakutkan. Tapi, bagi saya pribadi, angka 13, bukan angka yang patut dilewatkan bahkan sampai ditakutkan.

Saya merenungkan tahun-tahun yang telah berlalu...........

Sejak kecil, saya selalu membuat angka 13 ini sebagai angka keberuntungan. Bahkan dokter Rontgen RS Elisabeth tempat ibu saya bekerja dulu, juga lahir tanggal 13. Saya sempat merasakan kebaikan dokter Tan (panggilan dokter itu). Masa kecil dulu, figur yang langsung saya lihat dan saya banggakan adalah dokter Tan. Seseorang yang tanggal lahirnya sama dengan saya, orang yang baik dan kebapakan. Hanya karena dia memberikan sebuah permen coklat yang saya sukai, dengan senyumnya yang khas, pakaian putih dan rambutnya yang memutih, akhirnya.......... saya tidak takut lagi kalau datang dan berobat ke RS.

Setiap ulang tahun, ayah, ibu, kakak, adik, mengucapkan selamat ulang tahun. Walaupun sampai saya dewasa, ulang tahun tahun saya tidak pernah dirayakan dengan sebuah pesta ulang tahun, pesta yang mengundang semua teman-teman beserta kue tart dan lilin yang besar, gaun dan sepatu yang cantik.... tapi saya bersyukur, ulang tahun saya masih diingat keluarga dan orang-orang yang saya kasihi.

Terkadang, setiap melihat anak kecil ulang tahun, ada sedikit kerinduan dan hati saya berbisik “waktu kecil, ulang tahun saya tidak pernah dirayakan”. Saya masih ingat... dulu saya pernah menangis minta ulang tahun saya dirayakan, tapi tidak diberikan!!. Saya terus menunggu dengan sedihnya, siapa tahu papa pulang kerja, membawa kado ulang tahun. Menunggu di kursi panjang berwarna kuning, karena pesta ulang tahun tidak ada, mama hanya memasak menu yang berbeda hari itu. Tapi, hati saya tetap saja sedih, karena tidak mendapatkan pesta ulang tahun, teman-teman tidak ada, bahkan saya tidak mendapatkan kado ulang tahun. Dan ternyata........ ketika papa pulang kerja, dia membawa kado ulang tahun, baju plus rok kecil warna merah putih berbunga-bunga. Saya senaaaang sekali. Dan, ternyata.... inilah sejarahnya!! Hanya saya (dari ketujuh anaknya) yang pernah dibelikan kado ulang tahun oleh papa saya. Hanya saya yang pernah dibelikan baju langsung dari tangan papa saya.

Papa saya..... adalah orang yang cool, tegas dan bijaksana. Memang, dibandingkan papa, mama lebih sering bersama dengan anak-anaknya. Karena sewaktu saya kecil, papa sering pulang kerja sekitar jam 20.00 lewat. Tapi, kemarin malam ulang tahun saya, papa-mama telepon, mengucapkan selamat hari ulang tahun. Dan ketika tanggal 13 April 2009, mama, kakak, adik, mengucapkan lagi “Selamat Ulang Tahun”. Dengan harapan-harapan yang mereka inginkan terjadi pada saya, intinya semua untuk kebahagiaan saya.

"Seseorang yang menerima, menghargai, dan mengasihi saya, apa adanya, tulus, dan tanpa syarat", terucap doa permohonan saya di tanggal tiga belas.

Saya tak butuh lagi pesta!!, keramaian!! di hari ulang tahun saya. Tapi, kasih sayang dari orang-orang yang saya cintai. Sebuah kata dan doa yang begitu sempurna dan penuh kasih, membuat saya begitu berharga dan disayangi.

Terima kasih Tuhan untuk semua anugerahMU, lewat keluarga besar saya, kekasih, teman serta sahabat yang hadir dalam kehidupan saya........(ada setitik air mata).

Monday, April 6, 2009

KAU BERBEDA....

Wajahnya kelihatan merah. Aku berusaha tersenyum, sedikit menyapa, dan berharap dia bisa bicara. Tapi dia hanya diam... berusaha menyibukkan diri dengan barang-barang yang hendak dipindahkan. Aku seakan-akan tidak ada di depannya. Seperti patung, atau orang lain kah? Sakit banget!!! Aku merasakan badannya masih sakit, dia demam dan keringatan. Dia sakit, tapi masih datang membantuku pindah rumah. Barang-barangku dibungkus dengan rapi dan diangkat ke taksi yang juga dipanggil oleh dia.

Dia sibuk dengan barang-barang itu. Barang-barangku yang berat dan sedikit berdebu. Tapi... dia begitu menikmatinya. Sedangkan aku? Aku hanya dilihat oleh sudut matanya saja. Sesekali aku melihat dia memperhatikan aku, sesekali aku melihat dia perduli kalau tanganku kesakitan, sesekali aku melihat dia perduli saat aku batuk, saat aku menyapu dan mengepel lantai. Tapi..... dia tidak bicara. Diam. Dingin. Sedingin hatinya yang mungkin sudah membatu dan marah kepadaku.

Aku tak tahu lagi, harus bagaimana membuktikan kepadanya...Semua dugaan, prasangka nya terhadapku semuanya salah. Kepindahan ku ini pun, tak lain untuk kami berdua. Karena aku ingin bersamanya. Aku sendirian dan merasa tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan prasangkanya terhadapku. Aku tak diberi kesempatan bicara. Kalau pun aku bicara, tapi dia tak mau mendengarkanku, kata-kataku lewat begitu saja dan dia tidak perduli sama sekali. Bajunya yang basah karena keringat, berkali kali aku beri dia kaus ganti, tapi dia menolak dan tidak melihat mataku yang memohon... karena kuatir dia bisa masuk angin. Aku semakin tidak mengenalnya, aku seperti orang lain saja di matanya yang sendu dan merah karena sedang sakit....

Hatiku sakit, sakit banget dan hancur. Apalagi saat ini dia sedang sakit, tapi aku tak bisa menyentuh bahkan membantunya. Dia terus membelakangi aku, berusaha menjauh dan tidak membalas kata-kataku. Dia juga tidak bisa hadir saat aku bernyanyi dengan teman-temanku di salah satu gereja. Padahal, selama kami pacaran, belum pernah dia hadir saat hari-hari bahagiaku. Karena kami terlalu sering memikirkan masalah cinta kami yang sungguh rumit dari hubungan normal biasanya.

Aku berusaha diam dan terima. Tapi... entah sampai kapan aku bisa bertahan. Mungkin, dia tidak akan pernah tahu semua ini atau dia tidak akan mau tahu lagi. Aku ingin sekali bersamanya, tapi mengapa semua mempermasalahkan hubungan ini? Orang tua kami, keluarga, teman bahkan semua umat di dunia ini. Tuhan..... andai aku bisa melupakan dia. Andai aku bisa membuat semuanya berubah dan tidak menerima cintanya, aku yakin kami tidak akan sesakit ini...

Pernahkah kau bicara
Tapi tak didengar
Tak dianggap
Sama sekali..

Pernahkah kau tak salah
Tapi disalahkan
Tak diberi kesempatan
Ku hidup dengan siapa
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku tapi Orang lain bagiku
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah.. Teruskanlah..
Kau begitu

Kau tak butuh diriku
Aku patung bagimu
Cinta bukan Kebutuhanmu
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah.. Teruskanlah
Kau begitu

(Agnes Monica)

Friday, April 3, 2009

PERTANDA KAH....

Hari ini. Jumat. Tiba-tiba saja, jari manis kiri saya tersayat kuku jari saya yang lain. Dalam, dan mengeluarkan banyak darah. Saya menjerit kesakitan, ada setitik air mata keluar dari kelopak mata. Teman2 kantor kaget, dan menolong... huhuhuhu, hikshiks.. sakit banget.

Tanpa sengaja juga, saya mengetik dan, hasilnya.. jari yang terluka itu tersentuh keyboard. Saya tidak tahu apa yang terjadi nanti? Pertanda apakah ini? Mudah2an bukan hal yang buruk. Agggh, sudahlah... saya tidak mau berpikir aneh, firasat jelek, dsb.

Jam istirahat pkl. 11.30 WIB, saya pergi ke gereja St. Fransiskus, agak dekat dari kantor. Dengan jari yang pedih, saya melangkahkan kedua kaki ini, berharap disana ada Misa Jumat pertama dan jalan salib. Matahari yang terik dan debu asap kendaraan yang mengebul, membuat nafas saya terasa sesak dan lemas. Tapi, kali ini saya benar2 berniat untuk ke gereja yang belum pernah saya kunjungi, padahal dekat dengan kantor saya.

Tiba di gereja, saya mendengar lonceng berbunyi. Senang sekali, saya langsung berlari, berharap itu tanda misa dimulai. Tapi..., saya sedih sekali, ternyata itu bukan lonceng pertanda misa dimulai, tetapi tanda anak TK selesai belajar. Lunglai, lemas, dan kecewa... saya berdiri, terdiam di depan pintu gereja. Menerawang suasana dalam gereja dari jendela dan dari halaman. Ingin mengadu dan terduduk di dalam gereja itu. Saya berusaha melihat ke sekitar, mencari gua maria. Akhirnya... saya bisa bersandar dan duduk di depan gua maria. Tempat yang tidak begitu panas, juga tidak begitu sejuk, karena pohon rimbun sedikit, sehingga kurang melindungi daerah gua maria. Ada seorang ibu yang tampak menangis berdoa disana. Dan, saya duduk..... mengambil posisi tak jauh dari ibu itu.

Saya tak tahu apa yang terjadi hari ini. Mulai merenung, merasakan kejadian yang terjadi hari ini mulai dari pagi sampai siang itu. Berangkat kerja, saat menyeberang jalan, saya hampir saja ditabrak sepeda motor dan pengendaranya terjatuh; saya bisa bertegur sapa dengan teman kuliah (Nikolas) lewat FB, setelah 6 tahun tak tahu kabarnya; jari saya terluka, teman dari STIE Kampus Ungu juga telepon bertanya kabar saya, padahal sudah lama sekali tidak bertegur sapa, dan hari ini juga, untuk pertama sekali setelah terjadi miss komunikasi, Rakadewa sms “gw baru saja pulang dari RS Carolus nebus obat dan mau istirahat. Met kerja and lunch!!! GBU”. Hanya itu saja, tanpa kata-kata lain.

Sungguh, entah mengapa hari ini, hati saya terasa tersentuh. Entah oleh apa? Saya hanya ingin mengadu, saya hanya ingin Tuhan tahu, saya ingin bicara denganNYA. Saya ingin sekali Dia tahu, saya sedih... tiba-tiba, dan ga tahu kenapa? Apakah yang terjadi hari ini? Adakah sesuatu yang terjadi, yang berhubungan dengan saya, orang-orang yang saya kasihi, mungkin keluarga?? Saya tahu, di gereja itu saya tidak akan menemukan jawaban. Tapi, saya ingin menumpahkan apa yang saya rasakan sekarang...

Dengan jari yang sakit, saya juga berusaha menulis blog ini. Rakadewa, maafkan saya. Saya tahu kamu marah dan membuat kamu sakit. Salah paham ini, mungkin membuat kita semakin dewasa dalam hidup. Saya tidak tahu, apakah hari ini terakhir saya bisa melihat dan berbicara dengan kamu. Atau mungkin saya tidak akan sempat melihat kamu lagi. Kemarahanmu membuat semuanya selesai dan semoga kamu lebih baik dari sebelumnya.

Sebenarnya, saya ingin terus bisa melihat kamu, tapi... kamu ingin pergi selamanya. Dan saya harus merelakannya....

Thursday, April 2, 2009

SALAH PENGERTIAN...

Sebuah kisah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga. Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka, tetapi segalanya sudah terlambat.

Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah mengkhianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama. Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah.Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga dan sebagainya.

Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari, tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata: "Mari, kita jemput nenek di kampung. Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukkan ke dalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan. Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek: "Ibu, rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira". Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa: "Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa bunga, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengka n kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan, dia selalu tanya itu berapa harganya, ini berapa. Setiap aku jawab, dia selalu berdecak dengan suara keras. Suamiku memencet hidungku sambil berkata: "Putriku, kan kamu bisa berbohong. Jangan katakan harga yang sebenarnya."

Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok, itulah cara dia protes .Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya: dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untuk dijual katanya. Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik.Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur. Suatu hari, nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya, dia segera masuk ke kamar sambil membanting pintu dan menangis.

Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil berkata: "Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan piring itu bisa membuatmu mati?"Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana menjadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemoohku sewaktu melihat padaku, seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri? Demi menjaga suasana pagi hari agar tidak terganggu, aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Luci, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku. Dan dia akhirnya berkata: "Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami setiap pagi". Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba canggung itu.

Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar semua. Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!

Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku, nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh…… suamiku segera mengejarnya keluar rumah.Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek. Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku. Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Luci, sebaiknya kamu periksa ke dokter". Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu? Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku.

Aku berkata pada diriku sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangat buruk?Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi, memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan sedihnya. Tengah malam, aku mendengar suara orang membuka laci, aku menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu. Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikkan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka lebar. Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku... Sambil menangis aku menjerit dalam hati: "Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku, jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian. Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika............ dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.

Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat. Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam.. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jantungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian. Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka. Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi.

Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi..... ...., semua berlalu begitu saja.Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.

"Suatu hari pulang kerja, aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu. 2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya: "Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya". Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar. Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya."Luci, kamu hamil?" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg mengalir keluar dengan derasnya. Aku menjawab: "Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi". Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku. Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali. Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata: "Maafkan aku, maafkan aku".

Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan. Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali. Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua makanan pemberian dia, tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas..Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak. Dia lupa........ , itu adalah dulu, saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang.

Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya.

Sepanjang hidupku, siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku berteriak histeris memanggil namanya.Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya…… aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit seperti saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjizat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk.

Aku tidak lagi peduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwara…… Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami. "Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku... Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu.

Didalam komputer ini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah. "Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun-tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayah cintai". Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku. "Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannya pada anak kita... Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya".

Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya". Dengan susah payah dia membuka matanya, tersenyum... ....... anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata............ .

Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini. Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan dari cerita ini: "Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam hati". Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.

Wednesday, April 1, 2009

NUN DI SANA


Nun di sana, di bukit sepi kelabu,
kulihat Penebus mati terpaku!
Sengsara dan mati untuk dosaku.
Lama kupandang, jiwaku kagum dan senang,
Anak Domba Allah yang duka lara,
dengan cinta Kau tebus dosa kita
Kalvari mulia, kemenangan jaya
Dicipta sejak semula, rencana agung Tuhan Esa
Nun disana, di bukit sepi kelabu,
kulihat Penebus dari kalvari
Di kala gelap tlah tiba,
dendam benci menjelma,
wafatlah Dia seorang diri......

Kalvari Mulia
Kalvari, Kalvari yang megah
Kalvari mulia, Kalvari yang megah
Kalvari yang indah, dicipta sejak semula.
Nun disana, di bukit sepi kelabu,
nun jauh disana..............

Lirik: John W Peterson

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger