Wajahnya kelihatan merah. Aku berusaha tersenyum, sedikit menyapa, dan berharap dia bisa bicara. Tapi dia hanya diam... berusaha menyibukkan diri dengan barang-barang yang hendak dipindahkan. Aku seakan-akan tidak ada di depannya. Seperti patung, atau orang lain kah? Sakit banget!!! Aku merasakan badannya masih sakit, dia demam dan keringatan. Dia sakit, tapi masih datang membantuku pindah rumah. Barang-barangku dibungkus dengan rapi dan diangkat ke taksi yang juga dipanggil oleh dia.
Dia sibuk dengan barang-barang itu. Barang-barangku yang berat dan sedikit berdebu. Tapi... dia begitu menikmatinya. Sedangkan aku? Aku hanya dilihat oleh sudut matanya saja. Sesekali aku melihat dia memperhatikan aku, sesekali aku melihat dia perduli kalau tanganku kesakitan, sesekali aku melihat dia perduli saat aku batuk, saat aku menyapu dan mengepel lantai. Tapi..... dia tidak bicara. Diam. Dingin. Sedingin hatinya yang mungkin sudah membatu dan marah kepadaku.
Dia sibuk dengan barang-barang itu. Barang-barangku yang berat dan sedikit berdebu. Tapi... dia begitu menikmatinya. Sedangkan aku? Aku hanya dilihat oleh sudut matanya saja. Sesekali aku melihat dia memperhatikan aku, sesekali aku melihat dia perduli kalau tanganku kesakitan, sesekali aku melihat dia perduli saat aku batuk, saat aku menyapu dan mengepel lantai. Tapi..... dia tidak bicara. Diam. Dingin. Sedingin hatinya yang mungkin sudah membatu dan marah kepadaku.
Aku tak tahu lagi, harus bagaimana membuktikan kepadanya...Semua dugaan, prasangka nya terhadapku semuanya salah. Kepindahan ku ini pun, tak lain untuk kami berdua. Karena aku ingin bersamanya. Aku sendirian dan merasa tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan prasangkanya terhadapku. Aku tak diberi kesempatan bicara. Kalau pun aku bicara, tapi dia tak mau mendengarkanku, kata-kataku lewat begitu saja dan dia tidak perduli sama sekali. Bajunya yang basah karena keringat, berkali kali aku beri dia kaus ganti, tapi dia menolak dan tidak melihat mataku yang memohon... karena kuatir dia bisa masuk angin. Aku semakin tidak mengenalnya, aku seperti orang lain saja di matanya yang sendu dan merah karena sedang sakit....
Hatiku sakit, sakit banget dan hancur. Apalagi saat ini dia sedang sakit, tapi aku tak bisa menyentuh bahkan membantunya. Dia terus membelakangi aku, berusaha menjauh dan tidak membalas kata-kataku. Dia juga tidak bisa hadir saat aku bernyanyi dengan teman-temanku di salah satu gereja. Padahal, selama kami pacaran, belum pernah dia hadir saat hari-hari bahagiaku. Karena kami terlalu sering memikirkan masalah cinta kami yang sungguh rumit dari hubungan normal biasanya.
Aku berusaha diam dan terima. Tapi... entah sampai kapan aku bisa bertahan. Mungkin, dia tidak akan pernah tahu semua ini atau dia tidak akan mau tahu lagi. Aku ingin sekali bersamanya, tapi mengapa semua mempermasalahkan hubungan ini? Orang tua kami, keluarga, teman bahkan semua umat di dunia ini. Tuhan..... andai aku bisa melupakan dia. Andai aku bisa membuat semuanya berubah dan tidak menerima cintanya, aku yakin kami tidak akan sesakit ini...
Pernahkah kau bicara
Tapi tak didengar
Tak dianggap
Pernahkah kau bicara
Tapi tak didengar
Tak dianggap
Sama sekali..
Pernahkah kau tak salah
Tapi disalahkan
Pernahkah kau tak salah
Tapi disalahkan
Tak diberi kesempatan
Ku hidup dengan siapa
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku tapi Orang lain bagiku
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku tapi Orang lain bagiku
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah.. Teruskanlah..
Kau begitu
Kau tak butuh diriku
Aku patung bagimu
Cinta bukan Kebutuhanmu
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah.. Teruskanlah
Kau begitu
(Agnes Monica)
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah.. Teruskanlah..
Kau begitu
Kau tak butuh diriku
Aku patung bagimu
Cinta bukan Kebutuhanmu
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah.. Teruskanlah
Kau begitu
(Agnes Monica)
No comments:
Post a Comment