Friday, February 27, 2009

BARANGKALI CINTA

Barangkali cinta…
jika darahku mendesirkan gelombang
yang tertangkap oleh darahmu
dan engkau beriak karenanya.
Darahku dan darahmu,
terkunci dalam nadi yang berbeda,
namun berpadu dalam badai yang sama.

Barangkali cinta…
jika napasmu merambatkan api
yang menjalar ke paru-paruku
dan aku terbakar karenanya.
Napasmu dan napasku,
bangkit dari rongga dada yang berbeda,
namun lebur dalam bara yang satu.

Barangkali cinta…
jika ujung jemariku mengantar pesan
yang menyebar ke seluruh sel kulitmu
dan engkau memahamiku seketika.
Kulitmu dan kulitku,
membalut dua tubuh yang berbeda,
namun berbagi bahasa yang serupa.

Barangkali cinta…
jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa
dan aku dapati rumah yang kucari.
Matamu dan mataku,
tersimpan dalam kelopak yang terpisah,
namun bertemu dalam setapak yang searah.

Barangkali cinta…
karena darahku, napasku, kulitku,
dan tatap mataku,
kehilangan semua makna dan gunanya
jika tak ada engkau di seberang sana.

Barangkali cinta…
karena darahmu, napasmu, kulitmu,
dan tatap matamu,
kehilangan semua perjalanan dan tujuan
jika tak ada aku di seberang sini.

Pastilah cinta…
yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian,
kecerdasan, dan kebijaksanaan
untuk menghadirkan engkau, aku,
ruang, waktu,
dan menjembatani semuanya
demi memahami dirinya sendiri.

SELAMAT ULANG TAHUN MAMA


Mama.... Hari ini kamu begitu cantik
Lebih cantik dari biasanya
Jejak air yang kau kibaskan
lewat rambutmu yang mulai memutih
Wajahmu yang mulai berkerut
membentuk wajah telaga
yang menerima apa adanya, tanpa pamrih

Tarian langkahmu cepat,
menyiapkan pagi ini tanpa suara emasmu
yang setiap pagi biasanya bernyanyi
mulai seperti lagu melow sampai nge – rock
semua tergantung pendengar yang terbangun atau belum??

Hari ini, kau diam. Kenapa??
Ada titik-titik kristal di matamu
seperti hendak menangiskah??
Kenapa kau tahan?? Siapa yang kau tunggu???
Apakah menunggu aku?? Merindukan aku??
Aku yang sekarang
Jauh...., jauh....., jauh sekali....

Tanganmu berkerut,
Badanmu sudah tak tegak berdiri
Jalanmu harus ditopang dulu,
Mulai manja dan ingin dilindungi.
Ingin dipeluk dan dicium

Mama, aku ingat...
hari ini, Ulang Tahunmu........
27 Februari............ dan kau menangis???
Maafkan aku mama,
aku harus pergi dan kau tak bisa melihatku lagi

Tapi aku selalu berdiri di sampingmu
Hadir di setiap duka dan sukamu
Aku ingin berteriak,
Agar kau tahu aku ada...
Tapi, aku tahu... hatimu tau aku ada kan mama??

Mama, maafkan aku.... Aku pergi jauh sendirian...
AKU INGAT HARI ULANG TAHUNMU
Tahukah mama???
Aku mencium pipimu ketika kau tertidur
Aku memeluk tubuhmu ketika kau kedinginan
Aku menopang tanganmu ketika kau ingin tegak berdiri
Aku menangis di bahumu, ketika aku rapuh dan kalah
Aku menemanimu, ketika kau sendirian
Aku ada mama...., aku selalu ada....
Dan hari ini pun,
Aku melakukannya berkali-kali???

Aku selalu mengikuti langkahmu,
setapak demi setapak, langkah demi langkah,
Aku berharap Tuhan mengijinkan aku menyentuhmu secara nyata.....
Di hari Ulang tahunmu yang ke 55...
Hari ini, Saat ini, Detik ini, aku menangis sendirian.
Maafkan aku mama, aku tak bisa melakukan apa-apa.
Semoga kamu bahagia mamaku....

Kupersembahkan untuk : Semua Mama yang selalu datang dan menyayangi ananda dengan seluruh hidupnya. Mama yang memberikan ananda kebebasan memilih dan bertanggung jawab tanpa pamrih, mendampingiku seumur hidupnya.........

Tuesday, February 24, 2009

MALAIKAT JUGA TAHU

Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan.

Perempuan itu hafal rutinitas ketat yang berlaku di sana. Laki-laki di sebelahnya memangkas rumput setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Mencuci baju putih setiap Senin, baju berwarna gelap hari Rabu, baju berwarna sedang hari Jumat. Menjerang air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang bermerk sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore.

Banyak orang yang bertanya-tanya tentang persahabatan mereka berdua. Orang-orang penasaran tentang topik obrolan mereka dan apa kegiatan perempuan itu selama berjam-jam di sana. Sudah jadi pengetahuan umum bahwa ibu dari laki-laki itu, yang mereka sebut Bunda, sangat pandai memasak. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah kos paling legendaris. Bahkan ada ikatan alumni tak resmi dengan anggota ratusan, dipersatukan oleh kegilaan mereka pada masakan Bunda. Setiap Lebaran, Bunda memasak layaknya katering pernikahan. Terlalu banyak mulut yang harus diberi makan. Namun jika cuma akses tak terbatas atas masakan Bunda yang jadi alasan persahabatan mereka berdua, orang-orang tidak percaya.

Laki-laki itu, yang biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta. Abang tidak galak, tidak menggigit, tapi orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Setiap pagi dia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya. Sekalipun sanggup, Bunda tidak bisa memasang pemanas air bertenaga listrik atau sel surya. Anaknya harus menjerang air. Secerek air panas dan mencuci baju sewarna adalah masalah eksistensial bagi Abang. Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar Bumi agar berhenti mengedari matahari.

Bukannya tidak mungkin berkomunikasi wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tinggi yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi Bunda. Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita.

Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita masalah percintaannya yang berjubel dan selalu gagal. Tidak seperti kebanyakan orang, Abang tidak berusaha memberikan solusi. Abang menimpali keluh kesahnya dengan menyebutkan daftar album Genesis dan tahun berapa saja terjadi pergantian anggota. Gerutuannya pada kumpulan laki-laki brengsek yang telah menghancurkan hatinya dibalas dengan gumaman simfoni Bach dan tangan yang bergerak-gerak memegang ranting kayu bak seorang konduktor. Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa.

Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk pertama kalinya, anak itu menuliskan sesuatu di luar sejarah grup musik art rock atau komposisi musik klasik. Ia menuliskan surat cinta—kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta.

Barangkali segalanya tetap sama jika adik Abang, anak bungsu Bunda, tidak kembali dari merantau panjang di luar negeri. Sang adik, kata orang-orang, adalah hadiah dari Tuhan untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda, disusul anak pertamanya, seorang gadis yang bahkan tak sempat lulus SD, meninggal karena penyakit langka dan tak ada obatnya, lalu anak keduanya, Abang, mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik. Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah di rumah karena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah.

Barangkali sang adik tetap menjadi figur yang sempurna jika saja ia tidak memacari perempuan satu-satunya yang dikirimi surat cinta oleh kakaknya. Bunda tahu, secerek air panas dan cucian berwarna seragam sudah resmi bergandengan dengan rutinitas lain: perempuan itu. Dan bagi Abang, rutinitas bukan sekadar hobi, melainkan eksistensi.

Pertama kali Bunda mengetahui si bungsu dan perempuan itu berpacaran, Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata. Ia memilih perempuan itu untuk diajak bicara pertama karena dipikirnya akan lebih mudah.
'Bagi kamu pasti ini terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan Abang.’

Perempuan itu terenyak. Apa-apaan ini? pikirnya gusar. Jangan pernah bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk dijadikan pacar. Jelas tidak mungkin.
Bunda melanjutkan dengan suara tertahan, 'Dia mencintai bukan cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, bukan cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.’
'Tapi… Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.’

Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun ia tahu perbedaannya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada.

Masih sambil berbaring, dengan punggung tangannya perempuan itu mengusap-usap rumput. Lengannya bergerak lambat dan gemulai seolah menarikan tari perpisahan. Ini akan menjadi malam Minggu terakhirnya di pekarangan serapi lapangan golf. Semalam mereka bicara bertiga. Dia, Bunda, dan si bungsu.
'Dia tidak bodoh.’
'Bunda, saya tahu dia tidak bodoh.’
'Dia akan segera tahu kalian berpacaran.’
'Bunda, lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti setelah kami menikah.’
Bunda melengakkan kepala dengan tatapan tak percaya. 'Bagi abangmu, apa bedanya sekarang dan nanti?’
'Kami tidak mungkin sembunyi-sembunyi seumur hidup!’ Anak laki-lakinya setengah berseru.
'Kalau perlu kalian harus sembunyi-sembunyi seumur hidup!’ balas Bunda lebih tegas.
'Ini tidak adil. Ini tidak masuk akal…’ protes anaknya lagi.
'Jangan bicara soal adil dan masuk akal. Aturan kamu, aturan kita, tidak berlaku bagi dia…’ desis Bunda, 'kamu tidak tinggal di rumah ini. Kamu tidak mengenalnya seperti Bunda.’

Satu hari, pernah ada anak kos yang jahil. Dia menyembunyikan satu dari seratus sabun koleksi Abang. Bunda sedang pergi ke pasar waktu itu. Abang mengacak-acak satu rumah, lalu pergi minggat demi mencari sebatang sabunnya yang hilang. Tiga mobil polisi menelusuri kota mencari jejaknya. Baru sore hari ia ditemukan di sebuah warung. Ada sabun yang persis sama dipajang di etalase dan Abang langsung menyerbu masuk untuk mengambil. Penjaga warung menelepon polisi karena tidak berani mengusir sendiri. Kejadian itu mengharuskan Abang diterapi selama beberapa bulan ke rumah sakit dan diberi obat-obat penenang. Bunda tahu betapa anaknya membenci rumah sakit dan obat-obatan itu hanya membuat otaknya rapuh. Tak ada yang memahami bahwa seratus sabun adalah syarat bagi anaknya untuk beroleh hidup yang wajar.

'Kamu harus tetap ke mari setiap malam minggu. Tidak bisa tidak,' kata Bunda pada perempuan itu. 'Dan selama kalian di rumah ini, kalian tidak boleh kelihatan seperti kekasih. Buat kalian mungkin tidak masuk akal. Tapi hanya dengan begitu abangmu bisa bertahan.’
Selepas berbicara dengan Bunda, mereka berbicara berdua. Mereka sepakat untuk selama-lamanya pergi dari kehidupan rumah itu. Tidak mungkin mereka terpenjara setiap minggu di sana. Mereka menolak menjadi bagian dari ritual menjerang air, cuci baju, dan seratus sabun.
Di pekarangan dengan tinggi rumput seragam, perempuan itu mengucapkan selamat tinggal di dalam hati. Persahabatan yang luar biasa ternyata mensyaratkan pengorbanan di luar batas kesanggupannya. Perempuan itu mengucap maaf berulang kali dalam hati.
Sejenak lagi, malam Minggu terakhir mereka usai.

Bunda menangisi setiap malam Minggu. Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam hati.
Semua anak kos kini menyingkir jika malam Minggu tiba. Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, barang-barang yang diberantaki, dan seseorang yang hilir mudik gelisah mengucap satu nama seperti mantra. Menanyakan keberadaannya.
Kalau beruntung, Abang akhirnya kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya. Kalau tidak, sang ibu terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang.

Pada setiap penghujung malam Minggu, Bunda bersandar kelelahan dengan bulir-bulir besar peluh membasahi wajah, anaknya yang berbadan dua kali lebih besar tertidur memeluk kakinya erat-erat. Selain dengkuran dan napas anaknya yang memburu, tidak ada suara lain di rumah besar itu. Semua pergi. Dobi telah mati.

Bunda tak bisa dan tak merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia.

Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri.

Tidak perlu ada kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya.

"DIA"

Saat ini, saya begitu merindukan dia. Menutup hari dengan menulis perasaan rindu ini dalam sebuah kertas putih. Mencoba menenangkan diri dengan berucap, “Aku kangen kamu. Gimana kabar kamu disana?” Hmm, saya hanya bisa menulis dan sekali lagi menulis semua rasa rindu dan isi hati saya. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, sampai menjadi sebuah cerita. Hampir setiap hari, setiap malam, kini menjadi kebiasaan............ sebelum saya memejamkan mata dan menutup hari dengan doa.

Ketika dia tertawa, ketika dia menangis, ketika dia bicara, ketika dia menonton atau ketika dia membuat saya kesal dan pengen 'jitak' kepalanya ..... semua adalah kenangan yang selalu datang setiap saya membayangkan dia. Hanya Dia dan Saya. Dia yang selalu malu, ketika saya mencoba memperhatikan wajahnya dengan dalam dan lama. Mukanya merah ketika saya berhasil membuat dia malu dan kesal. Dia yang selalu membuat saya tertawa dan susah sekali untuk kesal, karena dia selalu bisa membuat hal-hal lucu yang menggelikan. Dia yang selalu siap menjadi pendengar yang baik. Wajahnya yang kelihatannya polos (aslinya jayus banget), sering memancing saya untuk memanggilnya “anak kecil” atau “adik ku”.

Dia. Manusia biasa yang membuat dunia kecil saya menjadi begitu besar. Dia yang mencoba untuk jujur secara total pada semua masa lalu, mimpi dan harapannya. Dia yang mencoba menyukai makanan favorit saya, Sate Padang. Padahal saya tahu dia tidak menyukainya. Tanpa saya minta untuk menyukainya, ternyata, dia jadi suka Sate Padang, bahkan sekarang jadi teman rebutan untuk mendapatkan satu tusuk daging. Dia yang mengajarkan saya untuk mengamati dan memperhatikan dunia di sekitar saya. Dia yang mengajarkan saya untuk tidak melupakan masa lalu. Dia yang selalu mau saya ajak taruhan “suitan”, padahal saya tahu dia ga tega menghukum saya, bila saya kalah.

Dia pernah bilang, “kamu harus kuat, jangan takut, yah” selalu saya ingat ketika saya sedih dan kesepian. Sekarang. Saat ini. Kemarin. Rindu itu adalah Kamu. Rindu adalah Dia. Dia adalah keheningan. Dia adalah karya yang selalu bisa kubagi apa adanya, bersisian, tanpa takut dan malu. Dia adalah motivator saya untuk selalu menulis dalam sebuah blogger, pembaca setia dan penilai tulisanku yang paling jujur, jadi saya bisa terus memperbaiki dan semangat menulis. Dia adalah tawa dan tangis ku. Dia adalah sebuah perjuangan tanpa henti ketika orang lain menilai dia adalah sebuah kesalahan atau dosa termanis???!!!! Tapi, saya tahu, saat ini dia pun sedang berjuang untuk dirinya sendiri... entah demi cinta?? demi keluarga?? atau demi dirinya sendiri??

Dia adalah cerita kamu dan saya. Kita Berdua. Saat kau dan aku saling bercermin, hanya HATI YANG BISA MENJAWABNYA???????!!!!...........

Monday, February 23, 2009

HIDUP DAN CINTA

Istriku,
Rasanya begitu banyak hal-hal berat yang kita hadapi akhir-akhir ini. Begitu sering kesadaran, kesabaran dan cinta kita diuji. Begitu banyak pihak yang mengkritik dan menghujat perjalanan kita, memporak-porandakan kesetiaan kita. Berat sekali. Saya tahu. Tapi saya bangga, sayang. Bangga sekali. Karena ketika hal berat dan duka mendera, ketika kita yang sewajarnya sebagai manusia merasa takut dan pergi menjauhi rasa sakit, kita justru malah berpelukan erat dan tidak mau lepas. Tak ada kata menjauh, tak ada kata jarak. Ya, kita sama-sama menyadari bahwa rasa sakit karena duka hanya akan menjadi lebih perih jika kita justru berlari menjauh meninggalkan satu sama lain. Alih-alih mampu menyelesaikannya sendiri, kita malah gagal dan semakin terpuruk. Masalah tidak akan pernah selesai bahkan tetap ada dan semakin berat......
(tulisan dari: Marcell Siahaan)
Tulisan isi hati dari seorang suami yang sungguh mengagumi istrinya. Ditengah banyak masalah yang berusaha memecah dan memisahkan hubungan mereka.... tetapi kekuatan cintanya mampu meleburkan satu per satu penghalang hubungan cinta itu...
Cintakah yang menyatukan mereka? Cintakah yang membuat mereka bisa bertahan di tengah banyak orang yang menilai salah pada cinta mereka?? Apakah cinta itu bisa bertahan selamanya? Sampai waktu menutup mata, sampai menua dan rambut memutih, sampai hidup ini berakhir?? Janji bersama sehidup semati. Semuanya karena cinta?
Lalu bagaimana tanpa cinta? Bisakah hidup ini dilewati dengan menyangkal hati yang mencintai dan dicintai?? Bisakah hidup ini dilewati hanya sebagai silih, sebagai pengorbanan untuk menyelamatkan status di masyarakat, keluarga maupun diri sendiri?
Kembali meresapi dan merenungi setiap keputusan dengan penuh tanggung jawab....

MERESAPI DUNIA YANG BIASA

Sudah lama, saya tidak pernah datang ke Bekasi. Sekitar 6 bulan lebih. Teman-teman lama menunggu kehadiranku disana... Saya suka siang ini, tidak panas, tidak hujan, nyaman sekali. Bis Patas AC segera meluncur di hadapan saya, dan pengamen yang menyanyikan lagu-lagu baru yang enak didengar. Sepertinya alam juga merestui perjalanan panjang saya ke Bekasi.

..... Suara dengarkanlah aku , apa kabarnya pujaan hatiku,
Aku disini menunggunya masih berharap di dalam hatinya.
Suara dengarkanlah aku, apakah aku masih di hatinya
aku disini menunggunya, masih bertahan...
Lagu pertama yang dinyanyikan pengamen. Dari Band 'Hijau Daun'.

Wah, saya suka lagu ini... membujuk sampai mengajak saya untuk melamun... sambil menikmati pemandangan yang biasa dari Jakarta. Gedung-gedung yang menjulang tinggi, rumah-rumah besar dan kecil sampai jalan tol yang biasa saja. Tapi kali ini saya benar-benar memperhatikan dan menyelami tiap pandangan yang terlihat oleh sepasang mata saya. Gedung yang menjulang tinggi, seperti orang-orang Jakarta yang terus bersaing mencari nama dan kedudukan. Kontur jalan yang turun naik, plus kendaraan yang beraneka melengkapi arti kehidupan jalan raya. Entah hubungan yang saling menguntungkan atau memanfaatkan!! Jalan dan kendaraan tampak serasi berdampingan mengisi dunia yang penuh lika-liku. Ada juga orang-orang yang sikut kiri dan kanan untuk duduk di bis, untuk duduk nyaman di halte dsb...
Ada rasa syukur, Tuhan masih memberikan saya mata yang sempurna ini untuk melihat sampai menginterpretasikan alam sesuka hati saya. Mata yang mengajarkan saya untuk menjadi seorang Dwina yang “sekarang”.

Saya tersenyum ketika saya teringat pesan dari Raka: Untuk melihat, memperhatikan dan mengamati sekitar saya... karena waktu tidak akan kembali mundur. Sendirian...... saya menikmatinya seperti ketika saya menikmati perjalanan bersama orang tua saya ketika saya masih kecil. Hanya sekarang, saya yang bertanya, saya juga yang menjawab. Tak ada mama/ papa, tak ada teman dan tak ada kekasih di samping saya.

Cewek yang tiba-tiba duduk di samping saya, seketika menyapu cerita yang sedang bermain di lamunan saya. Kembali saya tenang dan nyaman karena yang duduk di samping saya bukan laki-laki paruh baya yang berbadan tambun, tapi cewek manis yang mungkin sebaya dengan saya. Hmmm, saya menyandarkan kepala, menikmati dan mengamati perjalanan lagi.....

Satu per satu bayangan masa lalu di Bekasi datang, muncul dan mulai mengisi babak demi babak lamunan saya. Berusaha merangkai cerita masa lalu secara berurut, dari awal sampai akhirnya selesai dan terbang bersama waktu. Saya tersenyum, karena saya bisa melewati akhir cerita itu dengan tegar dan kuat. Saya pun mencoba mengumpulkan kekuatan dulu untuk keputusan yang pasti menjelang Maret.

Mungkin karena saya melewati tempat-tempat yang dulu pernah kami lewati. Saya mengingat dia. Dia yang dulu pernah mengisi awal cerita cinta saya di pulau Jawa ini. Masa lalu yang tak pernah saya lupakan. Disinilah awal kedewasaan kami terbentuk. Awal pertemanan dari masa kuliah yang penuh tawa dan persaingan. Sampai akhirnya kami bertemu lagi di Jakarta. Dia adalah Agus. Alumni Mahasiswa Teknik Elektro yang seangkatan dengan saya.

Sekarang, kami sudah mengisi waktu yang berlalu dengan orang baru, kisah baru dan cerita baru. Dan kami tidak tahu lagi kabar masing-masing. Tapi, Jumat kemarin... saya menerima forwardan sms Agus dari sahabat saya 'Elsye': “Agus sedang opname di RS Omni” karena tifus. "Semoga saja dia lekas sembuh", pikir saya.

Agus seorang yang optimis, mandiri, pintar, pekerja keras termasuk juga keras kepala. Yah ini penilaian saya sendiri. Sekali lagi, itu watak Agus menurut versi saya! Mungkin ini lah yang menyebabkan dia sakit. Lupa makan dan kurang istirahat. Dia pasti baik-baik saja. Dia pasti bisa!!!
Sepengetahuan saya, dia masih ingin tahu tentang saya lewat elsye. Setiap bertemu atau bicara dengan teman-teman saya, ujungnya pasti berakhir dengan pertanyaan "bagaimana keadaan Wina"???? Karena itu, kami cukup tahu keadaan masing-masing lewat teman-teman saja. Tanpa bertemu, tanpa bicara dan tanpa saling tahu!!! Tanx Gust, untuk semua kisah kita yang dulu..... Saya harap kita berdua bisa bahagia dengan jalan kita masing-masing.

Fiuh, pikiran saya lelah, seiring lamanya saya duduk diam di bis yang mulai membuat pantat saya teriak 'capek'!!! Tiba di kos elsye, saya langsung menyandarkan badan saya ke tempat tidur. Kami cerita panjang lebar tentang kegiatan dan kejadian baru. Sebentar diam, sebentar tertawa... dan akhirnya sekitar pukul 4 sore, saya tertidur. Sore itu rencananya ke gereja, tetapi, saya mengantuk dan elsye tak tega membangunkan tidur lelap saya.

Pukul enam sore, saya terbangun dan kami langsung berkunjung sekaligus menginap di rumah teman kuliah saya dulu di Medan, Suryani. Energi saya sudah pulih, berjalan sambil cerita kisah lucu dengan elsye membuat sore itu begitu indah. Ketika saya melihat suryani dari kejauhan, saya sengaja mengganggu suryani dengan teriakan saya “Suryaniiiiiiiiii!!!!!!!!” Suryani langsung berlari dan kita berpelukan seperti sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu. Sambil cerita-cerita di kos suryani, kami foto-foto di HP dengan gaya yang aneh plus narsis!! Tukar-tukaran lagu di HP sampai ngegosip!!! Seperti sekelompok bocah-bocah kecil yang bermain diatas tempat tidur, menikmati permainan dan makanan kecil yang meramaikan suasana.

Berharap, bermimpi dan berhayal: andai??? andai??? dan sekali lagi andai??? sering kali menjadi topik hangat yang membuat masing-masing kadang sedih, kadang diam, kadang tertawa.

Ketika permainan selesai, saya terdiam. Saya melihat wajah-wajah dan gaya tidur teman saya dengan hati yang bersyukur. Tuhan, terima kasih... mereka bagian terindah yang mengisi hidup saya. Saya tahu, kami tak selamanya bersama. Pada satu masa, pada satu titik, kami bisa berpisah. Entah karena kami punya kesibukan sendiri, entah karena masing-masing nanti berkeluarga dan punya anak-anak, atau karena waktu yang sudah habis di dunia fana ini???

Saya terus mengamati kebersamaan ini. Dengan mata saya, sekaligus dengan hati saya. Mengingat kembali perjalanan awal menuju Bekasi sampai saya bertemu dengan teman-teman saya. Saya tak menyangka, waktu membuat kehidupan, keadaan, dan pengetahuan saya berubah... pun dengan teman-teman saya. Menyeruak rasa syukur dalam perjalanan singkat hari ini. Kejadian yang biasa, tetapi ada rasa syukur yang mengingatkan saya sekali lagi untuk menikmati "kebahagiaan dalam hal-hal-hal kecil". "Keindahan dalam Kesederhanaan". 'Keluarbiasaan dalam hal-hal yang biasa".

Thursday, February 19, 2009

PECUNDANG!!

Wanita itu kecewa. Muram. Hampir putus asa. Siapa yang sangka laki-laki yang dia lihat baik dan penuh perhatian itu ternyata hanya seorang buaya!!! (julukan bagi laki-laki yang suka mempermainkan wanita).
Yani. Wanita yang pintar, rajin, taat beribadah, smart. Hari ini kelihatan muram dan sedih. Diam dan menggerutu "kenapa dia bohong???". Sepertinya Yani bukan hanya menyalahkan Wisnu, tapi juga menyalahkan dirinya sendiri, mengapa terlalu cepat berharap dan menyukai semua perhatian baik Wisnu. Yani mengerang dan menangis. Dia hanya bisa mengadu pada sahabatnya Ria. Yani tak biasanya seperti ini!! Dia kalah, kacau dan membutuhkan pertolongan. Mendengar cerita Yani, sampai berusaha menenangkannya.... Ria tahu, hati sahabatnya itu hancur!!!
Wisnu, laki-laki yang dikenalnya di sebuah kelompok belajar anak-anak panti asuhan dan tidak mampu, di kawasan Jakarta Pusat. Tanpa pamrih, Yani semangat untuk mengajar, padahal jarak antara rumah dengan lokasi panti sangat jauh. Tubuh Yani kelihatan kurus dan tergambar kelelahan di wajahnya, apalagi Senin hingga Jumat, Yani bekerja di sebuah perusahaan swasta yang menuntut dia bekerja dengan teliti, maklum Yani bekerja sebagai Supervisor Accounting.
Kalau anak muda seperti Yani biasanya menikmati weekend dengan bersenang-senang, tapi Yani malah mengajar anak-anak panti. Karena sering bertemu dan Wisnu memberikan perhatian yang membuat Yani bangga, sosok Wisnu segera mengisi hati Yani yang kosong. "Ini bangku untuk kamu Yan, jangan berdiri, duduk aja", ucapan pertama dari Wisnu yang memberikan tempat duduknya untuk Yani. Dan selanjutnya perkenalan itu berlanjut dengan telepon, sms, nganter pulang, dsb. Ria sendiri membaca kalau Wisnu memang menyukai Yani.
Pendekatan sekitar 10 bulan, Wisnu tak pernah mengikrarkan hubungan mereka sebagai pasangan. Yani merasa ada yang aneh, tapi tak urung bertanya. Bahkan Wisnu semakin menjauh dan menjaga jarak, sampai akhirnya hampir menghilang tanpa pesan. Yani melawan keegoannya untuk mencari tahu ada apa??? Wisnu selalu mengelak. Sampai akhirnya sms Yani: "Wisnu, saya tidak tahu apa yang terjadi? Tapi setidaknya kamu berikan saya jawaban agar saya bisa melanjutkan hidup saya tanpa mencari jawaban tentang kamu. Setelah itu, kita jalani semuanya dengan tenang. GBU". Wisnu membalas dengan singkat dan padat: "Yani, maafkan saya. Saya sudah menikah. Saya memang seorang pecundang, karena itu saya tidak pantas bersama kamu".
Yani kaget!! Wisnu sudah menikah?? Kapan? Dimana? Kenapa dia dulu bohong? Bukankah saya pernah tanya? Yani hanya bisa merenungi nasibnya. Dia tidak menyangka kalau Wisnu sejauh itu, hanya sampai Wisnu sudah punya cewek lain, bukannya sampai menikah??!!! Tapi jawaban itu lebih lengkap lagi, karena Wiwi yang baru dikenal Yani (sekampung Wisnu) memberitahu kalau Wisnu itu sudah menikah sejak lama, jauh sebelum Yani kenal dengan Wisnu. Apaaa????!!! Sontak Ria sebagai pendengar saja tak percaya dan terdiam sejenak. Ria hanya berpikir: Bagaimana hati Yani? Apa yang bisa Ria perbuat untuk Yani?
"Yani, tabah yah... Jangan merasa bersalah dan bodoh. Kita hanya manusia biasa yang bisa saja salah dan jatuh", ucap Ria. Diam. Hening. Tersendat-sendat tapi pasti Yani bicara, "saya mau lupain Wisnu dan semua yang berhubungan dengannya. Wisnu memang pecundang, jahat banget!! Tapi sudahlah, saya harap Wisnu sadar kalau dia udah buat kesalahan. Saya mengampuninya".
Yani, hatimu memang begitu baik.......
"Seorang pecundang, pembohong, menutupi kekurangan dan kejahatannya dengan sikap baik yang bersifat sementara. Sebagai manusia biasa, salah menilai mungkin saja terjadi. Berhati-hatilah dan bawa dalam doa setiap harap dan citamu. Manusia yang baik hati itu, bukan hanya dari penampilan luar dan sifat baik yang sesaat, tapi dari hati yang sederhana, setia dan tulus selamanya........... Tuhan tahu, siapa yang benar dan salah. God Bless U all...."

SAATNYA BERJUANG DEMI SI DIA!

# Terpaut usia
Umur terpaut jauh sering menjadi masalah. Si dia ketuaan, dibilang lebih cocok jadi om kita. Si dia jauh lebih muda, apalagi.... Begitu pacar main ke rumah, alih-alih bersikap ramah, orangtua kita malah menyambut dengan tatapan aneh. Seperti pengalaman Julian, 23. “Pacar saya masih muda banget, baru merayakan ulang tahun ke-18 bulan lalu dan masih kuliah. Sebenarnya kami sama sekali nggak ada masalah, apalagi pribadi si dia dewasa. Tapi sayangnya, orangtua saya nggak setuju dengan hubungan kami—saya disuruh putus.” Pembuktian bahwa usia sama sekali nggak mempengaruhi tingkat kematangan seseorang butuh usaha ekstra. Kita juga nggak bisa berjuang sendirian. Dorong si dia bersikap pantang mundur. Sekalipun dijutekin ortu, hindari pacaran lewat jalan belakang. Si dia harus menunjukkan kedewasaannya dengan berani menghadapi dan berniat meluluhkan hati ortu kita, dong…. Beri waktu pada orangtua untuk menyadari itikad baik si dia dan... akhirnya mereka nggak mempermasalahkan usia si dia lagi.

#Musuh bebuyutan
Apa jadinya kalau hubungan kita dan si dia baik-baik saja, tapi orangtua kita dan orangtua si dia punya cerita masa lalu, seperti pengalaman Nana, 26. “Hubungan saya dan si dia sudah berjalan dua tahun, dan selama ini berjalan baik-baik saja. Tapi sayangnya, sampai sekarang kami masih backstreet karena masing-masing orangtua nggak setuju dengan hubungan kami. Masalahnya cuma satu, ayah saya pernah berpacaran dengan ibu si dia waktu masih kuliah—putusnya nggak baik-baik pula.”
Aneh juga, sih, kalau hubungan kita dan si dia terganggu cuma gara-gara masa lalu orangtua—kayak Romeo + Juliet aja! Lebih konyol lagi karena ternyata orangtua yang kita anggap lebihmatang dan bijaksana malah bertingkah kekanak-kanakan seperti itu.
Coba, deh, pertemukan mereka berempat pada suatu kesempatan, ulangtahun kita misalnya. Kalau suasana sudah cair karena orangtua sudah bisa ngobrol santai, siap-siap say goodbye sama kata-kata backstreet, deh

Wednesday, February 18, 2009

"Aduh Salah Pegang"

Biasa sesama cewek kalau lagi ngumpul, apalagi kalau ga curhat, curhat en curhat. Tentang kejadian terbaru sampai yang kuno. Kita sebut saja namanya 'Dee'. Kita udah dekat sejak SD dan ketika dewasa ketemu lagi. Kebayang kan?? Tingkah kita itu bisa kayak anak kecil, bisa juga dewasa.

Pulang kerja, Dee berenang dan saya baru datang sekitar pukul 20.30 WIB. Rencananya sih kita walking-walking naik motor mio Luke. Tapi, saya minta dicancel karena badan saya kurang enak, ngantuk plus capek.

Dee mengeluarkan snack dan minuman dingin. Tapi saya memang lagi ga selera makan, jadi snack itu cuma nongkrong aja di lantai sampai akhirnya disimpan di lemari es. Bicara dengan lugas dan santai, tapi sepertinya curhat kali ini sedikit sekali terdengar tawa ngakak... (biasanya kalau ceritanya lucu kita ga segan tertawa lebar hehehe...).

Mungkin karena kami lelah banget. Mata Dee aja kelihatan merah kena air (renang) sedangkan saya kurang enak badan. Mata dan suara kita udah timbul tenggelam, udah kayak orang mabuk berat. Kadang terdengar nyata, kadang kayak angin sepoi-sepoi. Tidur aja bleh... ngantuk nehhhh.

Dua cewek ini memang tidurnya kayak 'spiderman'. Kaki bisa kemana? Tangan juga kemana? Tapi biasanya gerakan tidur itu tidak kita sadari. Maklum-maklum ajalah. Tapi malam ini beda!! Karena mengikuti cerita di mimpi saya, tangan kiri saya tiba-tiba mendarat en meluk badan si Dee. Gubrak!!! Saya tersadar kalau itu bukan sosok di dalam mimpi saya. Duh, sial banget, salah pegang!! Mudah-mudahan Dee ga sadar, pikirku. Saya melihat Dee masih tidur. Saya tenang dan tidur lagi membelakangi wajahnya. Malu bangets...

Bangun pagi, Dee ditelepon Luke. Kita terbangun. Emang kompak kali yah?? Cerita pagi ini kita awali dengan menertawai kejadian tadi malam. Dee cerita kalau dia terbangun dan merhatiin saya tidur. Eh dia juga mimpi dengan Luke dan mikir saya itu Luke. Nah dia hampir aja meluk saya lagi!! Tapi dia lebih mujur karena dalam keadaan ngantuk, Dee masih sempat tersadar kalau yang disampingnya itu 'saya' not Luke. Dan Dee sebenarnya tau, kalau saya sempat meluk dia. Aduh malu banget kan?? Dee cuma pura2 tidur aja.

Kita tertawa. Wkwkwkwkwk, hahahaha, gubrak, blehhhhh.... Nih gara-gara kita berdua mimpi yang sama kali ya? Cuma beda sosok yang dimimpiin aja. Hahahaha. Aduh, salah pegang deh jadinya. Aduh, ga lagi-lagi dah. Mimpi kog bisa kompak juga sih??!!!

BIKIN 'HIDUP LEBIH HIDUP'

1. Curhat
Sharing nggak hanya membantu kita melepas semua kejenuhan, tapi oke juga untuk mendapat informasi baru. Pengalaman teman bisa membantu kita untuk lebih bersyukur.

2. Cari tantangan baru
Di waktu libur pasti ada saatnya kita nggak mengerjakan apa-apa. Gunakan waktu itu buat melakukan hal yang selama ini hanya ada di pikiran saja, seperti ikutan kelas dansa atau mencoba les piano. Jangan ngintilin pacar melulu!

3. Ingat yang asyik-asyik
Setiap hari, sepulang kerja, tulislah setiap saat dan peristiwa yang menyenangkan bagi kita. Biarpun cuma kejadian kecil, kalau dibaca lagi pasti bikin kita lebih bersemangat.

4. Jangan ditunda
Kebiasaan menunda akan membuat kita menyesal dan tambah stres. Mulai sekarang biasakan, deh, lebih disiplin dan menyicil kerjaan. Mau nggak mau, toh, harus kita kerjakan juga.

5. Stop mengeluh
Merasa jadi orang paling malang sedunia nggak bakal membuat hidup kita berarti, sebaliknya malah makin terpuruk. Masalah nggak akan selesai dengan diratapi saja. Lihat sekeliling, banyak banget yang nggak seberuntung kita. CC

SUKSES BISNIS SENDIRI

#Siapkan mental
Dibandingkan bekerja di perusahaan, berwirausaha memang lebih banyak risikonya, termasuk risiko kehilangan seluruh modal yang kita tanamkan. Makanya, menyiapkan mental adalah hal pertama yang harus kita lakukan sebelum mulai berbisnis.

Bagaimanapun juga, kita harus siap bekerja kerjas menghadapi semua kemungkinan yang ada di depan. Bisnis kita bisa sukses besar, tapi bisa juga gagal. Berhasil tidaknya usaha kita ada di tangan sendiri.

# Pilih-pilih
Segudang bidang usaha ada di depan, mulai dari berjualan makanan, baju, sampai jasa event organizer. Mana yang kita pilih? Untuk menentukan bisnis yang akan kita ambil, kita bisa cari peluang yang ada di pasar atau justru menciptakan pasar.

Mencari peluang di pasar artinya harus jeli melihat apa yang sedang dibutuhkan masyarakat. Misalnya, nih, kita menangkap tren ibu bekerja yang terpaksa meninggalkan anak di rumah. Ini bisa kita jadikan peluang untuk buka jasa penitipan anak.

Kita juga bisa menciptakan pasar kita sendiri. Caranya, lihat saja keahlian yang kita miliki. Misalnya, kita ahli memasak makanan India. Pasar mungkin belum merasa membutuhkan produk kita, tapi dengan pemasaran dan kualitas produk yang oke, kita bisa ciptakan tren dan membuat pasar malah membutuhkan barang kita. CC

LOVE CAN DO ANYTHING

'fight 4 your love, never bury it'

Kisah ini terjadi di beijing Cina … seorang gadis bernama Yo Yi Mei ….memiliki cinta terpendam terhadap teman karibnya di masa sekolah …namun ia tidak pernah mengungkapkannya …Ia hanya selalu menyimpan di dlm hati berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri …tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya ..hanya menganggapnya sebagai sahabat ..tak lebih.
Suatu hari … Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya akan segera menikah hatinya sesak …tapi ia tersenyum " aku harap kau bahagia " ….sepanjang hari Yo Yi mei bersedih …ia menjadi tidak ada semangat hidup …. Tapi dia selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya …
12 Juli 1994 sahabatnya memberikan contoh undangan pernikahannya yg akan segera dicetak kepada Yi mei …ia berharap Yi Mei akan datang…sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus dan tidak ceria bertanya " apa yg terjadi denganmu , kau ada masalah ??? Yi Mei tersenyum semanis mungkin…" kau salah lihat ..aku tak punya masalah apa – apa …wah contoh undanganya bagus .. tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna merah muda lebih lembut …" Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya .. sahabatnya tersenyum "oh ya …ummm aku kan menggantinya … , terimakasih atas sarannya …. Mei ..aku harus pegi menemui calon istriku hari ini kami ada rencana melihat2 perabotan rumah … daah " Yi Mei tersenyum … melambaikan tangan .. Ia pulang dengan hati yg sakit sangat sakit ….
18 Juli 1994 ..Yi Mei terbaring di rumah sakit … Ia mengalami koma , Yi Mei mengidap kanker darah stadium akhir … ,kecil harapan Yi Mei untuk hidup …semua organnya yg berfungsi hanya pendengaran , dan otaknya …yg lain bisa dikatakan "mati " dan semuanya memiliki alat bantu … , hanya muzizat yg bisa menyembuhkannya …sahabatnya setiap hari menjenguknya … menunggunya …bahkan ia menunda pernikahannya ..baginya ..Yi Mei adalah tamu penting dlm pernikahannya …, keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan "suntik mati " untuk Yi Mei ..krn tak tahan melihat penderitaan Yi Mei … 10 Desember 1994 …semua keluarga setuju besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik mati ..dan semua sudah ikhlas … hanya sahabat Yi Mei yg mohon diberi kesempatan … berbicara yg terakhir ……
Sahabatnya menatap Yi Mei yg dulu selalu bersama …. Ia mendekat berbisik … di telinga Yi Mei " Mei apakah ingat waktu kita mencari belalang , menangkap kupu2….. ? kau tahu ..aku tak pernah lupa hal itu , dan apa kau ingat waktu disekolah waktu kita dihukum bersama gara2 kita datang terlambat ….kita langganan kena hukum ya? Apa kau ingat juga waktu aku mengejekmu ..kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba lari,kau marah dan mendorongku hingga akupun kotor ?apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di rumahmu ? aku tak pernah melupakan hal itu … , Mei .. aku ingin kau sembuh … aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu …aku sangat suka lesung pipitmu yg manis … kau tega meninggalkan sahabatmu ini ??? tanpa sadar sahabat Yi Mei menangis , air matanya menetes membasahi wajah Yi Mei ….
" Mei ..kau tau ..kau sangat berarti untukku …aku tak setuju kau disuntik mati , rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini … aku ingin kau hidup ……, kau tau kenapa ??? krn aku sangat mencintaimu …aku takut mengungkapkan padamu , takut kau menolakku ……meskipun aku tau kau tidak mencintaiku … aku tetap ingin kau hidup …. Aku ingin kau hidup .. …, Mei tolonglah …. Dengarkan aku Mei … bangunlah …. !! sahabatnya menangis …… ia menggengam kuat tangan Yi Mei …aku ..selalu berdoa Mei ..aku harap Tuhan berikan keajaiban buatku ..Yi Mei sembuh ..sembuh total ..aku percaya …. Bahkan kau tau aku puasa … agar doaku semakin didengar Tuhan …. " " Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu ..kau jahat …kau sudah tak mencintaiku sekarang kau mau pergi …. Aku sangat mencintaimu … aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga ..kau bisa mencari pria yg selalu kau impikan …hanya itu Mei … seandainya saja kau bilang kau mencintaiku ..aku akan membatalkan pernikahanku ..aku tak peduli …tapi itu tak mungkin …kau bahkan mau pergi dariku ..sebagai sahabat ..., sahabat Yi mei mengecup pelan dahi Yi Mei ….ia berbisik .." aku sayang kamu , aku mencintaimu .." suaranya terdengar parau krn tangisan … …
Dan apa yg terjadi …it's amazing .."CINTA " bisa menyembuhkan segalanya, 7 jam setelah itu ..dokter menemukan tanda-tanda kehidupan dalam diri Yi Mei …jari tangan Yi Mei bisa bergerak, jantungnya, paru2nya, organ tubuhnya bekerja …..sungguh sebuah keajaiban, pihak medis menghubungi keluarga Yi Mei..dan memberitahukan keajaiban yg terjadi ….dan sebuah muzizat lagi … masa koma lewat ….pada tgl 11 Des 1994 14 Des 1994 Saat Yi Mei bisa membuka mata dan berbicara ..sahabatnya ada disana …ia memeluk Yi Mei menagis bahagia ….. , dokter sangat kagum akan keajaiban yg terjadi …. , " aku senang kau bisa bangun ..kau sahabatku terbaik …. " sahabatnya memeluk erat Yi Mei …. Yi Mei tersenyum …. " kau yg memintaku bangun ..kau bilang kau mencintaiku ..taukah kau ….aku selalu mendengar kata-kata itu …aku berpikir aku harus berjuang ..untuk hidup " "Lei …aku mohon jangan tinggalkan aku ya ..aku sangat mencintaimu ….." Lei memeluk Yi Mei …….. " aku sangat mencintaimu juga " …
17 Februari 1995 ..Yi Mei & Lei menikah ......, hidup bahagia ..dan sampai dengan saat ini pasangan ini memiliki 1 orang anak laki – laki yg telah berusia 14 tahun ….
Kisah ini sempat gempar di Beijing

TOKYO LOVE STORY

Rewind. Film favorit pertama tentang kisah cinta. Saat remaja. Masih teringat dan ingin sekali menonton film itu lagi. Dulu, ada di TV Indosiar saat pertama kali launching. Nama pemeran utama yang masih selalu diingat: Rika Akana (cewe) dan Kanji (cowo).
Ceritanya mungkin sudah sedikit buram diingatan, tapi nama dan perpisahan antara mereka berdua masih jelas teringat. Rika dan Kanji. Rika bekerja di perusahaan swasta dan Kanji seorang dokter. Mereka berteman, sampai akhirnya muncul rasa tertarik dan cinta.

...................................................... Rika dan Kanji berharap mereka bisa bertemu dan bisa mengucapkan “Aku Cinta Kamu”. Setiap ada orang yang mirip, Rika maupun Kanji selalu berlari dan menghampiri seseorang itu, berharap bertemu dengan orang yang dicintainya. Masa penantian itu terjawab. Rika melihat Kanji menyeberang lampu merah. Karena di Tokyo banyak sekali orang yang berjalan kaki, Rika sempat kehilangan jejak Kanji. Tapi dia terus berlari, dan berlari.... Akhirnya Kanji ditemukan, di taman yang dipenuhi bunga sakura berwarna pink dan putih.

“Kanji. Kanji”, ucap Rika. Kanji berhenti dan melihat ke arah suara itu. Kanji berlari dan langsung memeluk Rika. Menangis...... Mereka membicarakan isi hati dan perjuangan selama ini. Rika datang ke kota tempat Kanji bekerja karena ingin ke Rumah Sakit (?????)

..... Entah bagaimana lagi ceritanya, tapi Rika dan Kanji itu berpisah. Cara berpisah yang 'agung' sekaligus sedih. Mereka bicarakan baik-baik. Ada air mata. Tapi menurut mereka itu yang terbaik. Kalau harus melihat wajah, mungkin tidak sanggup berpisah. Jadi diputuskan, mereka berpisah menghadap ke arah yang berbeda, tanpa melihat ke belakang. Mulai dari dekat sekali, sampai menjauh. Setiap langkah sama dengan jumlah nama yang disebut..... Rika menyebut nama “Kanji” sedangkan Kanji menyebut nama “Rika” terus dan terus sampai tak terdengar lagi seruan dan teriakan antara mereka ......

"Untuk mencapai bahagia, senang, suka... semuanya butuh perjuangan. Hidup ini begitu singkat untuk dihabiskan dengan orang yang salah, dengan orang yang tidak kita cintai"

Tuesday, February 17, 2009

MENJEMPUT IMPIAN

17 Februari 2009
Berhenti sejenak dari pertanyaan, himpitan dan kesedihan. Istilah "istirahat" yang dimaksud berhenti sejenak. Keputusan yang berat untuk memberi diri sejenak melihat mundur ke belakang dan merencanakan masa depan.

Berat. Sulit. Sedih. Kesal. Sebenarnya ingin menolak. Tapi penantian ini adalah yang terbaik. Tak mungkin hanya bermain di lapangan yang pemainnya sendiri tidak tahu akhir dari permainan itu. Kapan permainan itu selesai, apa rewardnya, atau sampai dimana dikatakan kalah dan menang???

Semoga dia bisa menjemput impian bersama. Menjemput impian yang direncanakan. Sebuah harapan. Cita-cita. Mimpi. Menghapus semua ketidakpastian dan putus asa. Berganti dengan niat tulus untuk bersama.

Dia pergi untuk kembali. Menjemput impian yang direncanakan bersama. Karena segala sesuatu pasti ada akhirnya. Ini belum akhir, tapi dia harus lebih berjuang lagi. Semoga pengorbanan ini membawa hasil yang membahagiakan. Semoga.
"..........Aku akan pergi untuk sementara
bukan untuk meninggalkanmu selamanya
ku pasti kan kembali pada dirimu..........
17 Maret 2009"

Monday, February 16, 2009

HATI ITU SEDERHANA

Terima kasih untuk semuanya. Diam ini mungkin lebih baik. Biar alam menyaksikan dan menyadari tiap hembusan nafas dan gerak ini. Mungkin hanya itu yang bisa dilakukan. Mencoba menghayati arti perjalanan panjang yang penuh liku. Tak semudah yang terbayangkan, tak seindah yang terlukiskan. Semakin kuat menghindarinya, tapi semakin rapuh dan tak berdaya. Semakin tegar melawan kesedihan itu, semakin hancur hati itu. Hati seorang manusia yang bukan terbuat dari batu karang yang kuat walapun diterpa ombak, bukan terbuat dari karet yang elastis yang ditarik tetap tidak putus.
Hanya seorang manusia yang ingin hidup damai. Bukan karena pilihan yang ini dan itu, bukan karena permintaan yang panjang dan rumit. Sederhana, hanya sedikit saja...... Andai keberadaan dan pengorbanan itu berakhir bahagia. Andai penantian itu tidak sia-sia. Andai ada waktu untuk menunggu. Andai pilihan itu bebas tak bersyarat. Kenyataannya............... semua hanya "andai".
Lalu, apa yang harus dilakukan? Ketika rasa sedih dan pengorbanan bercampur menjadi satu, siapakah yang harus dibela? Pendapat mana yang harus didengar dan dipilih? Kebahagiaan mereka atau hati itu sendiri??
Sederhana.... sungguh sangat sederhana. Hati itu hanya butuh cinta kasih. Yang bisa membuatnya tenang dan damai dalam menghadapi dunia yang tak pasti. Yang bisa membuatnya tersenyum dan tegar ketika duka menghampiri. Yang bisa membuatnya tulus mencintai tanpa syarat. Sekali lagi "tanpa syarat".
Lalu, bagaimana kalau hati itu tidak diperdulikan lagi? Bagaimana keadaannya? Adakah yang perduli dan mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan hati itu? Hati itu butuh kamu, hanya kamu. Hati itu butuh cinta mu. Tapi, bisakah kamu menjaga hati itu selamanya? Seumur hidupmu? Di tengah masalah dan tantangan kamu untuk bersama dengan hati itu??
Andai kamu bisa memeluk hati itu, dan tidak melepaskan dia terbang bebas. Karena ketika hati itu terbang bebas, dia pergi dan tak kembali lagi. Terluka dan berkorban untuk semuanya. Mungkin itu akan dilakukannya. Hanya untuk melihat kamu dan semua yang didekatnya bahagia. Sebenarnya, hati itu tak ingin kamu memberikan jawaban "kebebasan".
Sayang, hati itu sederhana....... sangat sederhana. Maafkan dia, kalau dia salah dan rapuh. Dua hati yang berbeda menjadi satu, memang membutuhkan segenap hati yang seluas samudra. Dua hati dengan cinta yang luar biasa, dua hati yang sederhana. Bisakah menghadapi semua cobaan dunia dan orang yang melahirkan hati itu ke dunia ini?? Perjuangan ini sangat panjang... bisakah melewati cobaan dari dalam diri sendiri, orang lain dan waktu???
Kembali hati ini yang menjawabnya. Hati yang tulus dan terbuka.........

Wednesday, February 4, 2009

Antara Dia dan DIA

Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka aku berani memutuskan
dengan siapa aku akan menikah. Aku tidak banyak bertanya tentang calon
pasangan hidupku, aku jemput dia di tempat yang Allah suka, dan satu hal yang
pasti, aku tidak ikut mencampuri ataupun mengatur apa-apa yang menjadi
urusan Allah. Sehingga aku nikahi seseorang yang tegar dan tulus kepadaku.

Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka aku berusaha sekuat
tenaga untuk tidak melihat segala kekurangan pasanganku. Dan sekuat
tenaga pula, aku mencoba membahagiakan dia.

Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka meneteslah air mataku saat
melihat segala kebaikan dan kelebihannya, yang rasanya sulit aku
tandingi.

Ketika Allah menjadi alasan paling utama, maka akupun berdoa,
Yaa Bapa, jadikan dia dan aku, orang tua yang baik bagi anak-anak, yang dapat menjadi contoh teladan kasih-Mu yang suci bersih. Amin.

Sobat, kalau Allah menjadi alasan paling utama untuk
menikah, maka seharusnya tidak ada lagi istilah, mencari yang cocok,
yang ideal, yang menggetarkan hati, yang menentramkan jiwa,
yang.....yang. ...yang.. ....dan 1000 "yang"...... lainnya.. ...Karena
semua itu baru akan muncul justru setelah melewati jenjang pernikahan.
Niatkan semua karena Allah dan harus yakin kepada Sang Maha Penentu
segalanya.

Sobat, ketika usiaku meninggalkan 25 tahun, aku sudah memiliki niat untuk
menikah, meskipun hanya sekedar niat, tanpa keilmuan yang cukup.
Karena itu, aku meminta jodoh kepada Allah dengan banyak kriteria. Lalu kemudian aku berkeputusan memberikan diriku.
Namun ternyata Allah-pun belum mengabulkan niatku.

Ketika usiaku 30 tahun, semua orang-orang yang ada di sekelilingku,
terutama orang tuaku, mulai bertanya pada diriku dan bertanya-tanya
pada diri mereka sendiri. Maukah aku segera menikah atau mampukah aku
menikah?
Dalam doaku, aku kurangi permintaanku tentang jodoh kepada Allah.
Tapi rupanya masih terlalu banyak syarat yang kuminta pada-Nya.
Dan Allah-pun belum mengabulkan niatku.

Ketika usiaku 35 tahun, aku bertekad, bagaimanapun caranya, aku harus
menikah. Saat itulah, aku menyadari, terlalu banyak yang aku minta
kepada Allah soal jodoh yang aku inginkan. Mulailah aku mengurangi
kriteria yang selama ini menghambat niatku untuk segera menikah,
dengan bercermin pada diriku sendiri.

Ketika aku minta yang cantik dan ganteng, aku berpikir sudah cantik dan tampankah aku?
Ketika aku minta yang cukup harta, aku berpikir sudah cukupkah
hartaku?
Ketika aku minta yang baik, aku berpikir sudah cukup baikkah diriku?
Bahkan ketika aku minta yang solehah, bergetar seluruh tubuhku sambil
berpikir keras di hadapan cermin, sudah solehkah aku?*

Ketika aku meminta sedikit..... Ya Allah, berikan aku jodoh yang sehat
jasmani dan rohani dan mau menerima aku apa adanya,
masih belum ada juga tanda-tanda Allah akan mengabulkan niatku.

Dan ketika aku meminta sedikit...sedikit. ..sedikit. ...lebih
sedikit.....
Ya Allah, siapapun saja dia, yang langsung menerima ajakanku untuk
menikah tanpa banyak bertanya, berarti dia jodohku. Dan Allahpun mulai
menujukkan tanda-tanda akan mengabulkan niatku untuk segera menikah.
Semua urusan begitu cepat dan mudah aku laksanakan.

Puji Tuhan Alleluya, ketika aku meminta sedikit, Allah memberi jauh lebih
banyak.
Aku yakin, sahabat-sahabat jauh
lebih mampu dan lebih baik daripada yang sudah aku jalani. Aku yakin,
sahabat-sahabat tidak perlu waktu 10 tahun untuk mengurangi kriteria
soal hidup.


HAPPY VALENTINE's DAY.....Freennzz....


(The Sinner's Diary)

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger