# Terpaut usia
Umur terpaut jauh sering menjadi masalah. Si dia ketuaan, dibilang lebih cocok jadi om kita. Si dia jauh lebih muda, apalagi.... Begitu pacar main ke rumah, alih-alih bersikap ramah, orangtua kita malah menyambut dengan tatapan aneh. Seperti pengalaman Julian, 23. “Pacar saya masih muda banget, baru merayakan ulang tahun ke-18 bulan lalu dan masih kuliah. Sebenarnya kami sama sekali nggak ada masalah, apalagi pribadi si dia dewasa. Tapi sayangnya, orangtua saya nggak setuju dengan hubungan kami—saya disuruh putus.” Pembuktian bahwa usia sama sekali nggak mempengaruhi tingkat kematangan seseorang butuh usaha ekstra. Kita juga nggak bisa berjuang sendirian. Dorong si dia bersikap pantang mundur. Sekalipun dijutekin ortu, hindari pacaran lewat jalan belakang. Si dia harus menunjukkan kedewasaannya dengan berani menghadapi dan berniat meluluhkan hati ortu kita, dong…. Beri waktu pada orangtua untuk menyadari itikad baik si dia dan... akhirnya mereka nggak mempermasalahkan usia si dia lagi.
#Musuh bebuyutan
Apa jadinya kalau hubungan kita dan si dia baik-baik saja, tapi orangtua kita dan orangtua si dia punya cerita masa lalu, seperti pengalaman Nana, 26. “Hubungan saya dan si dia sudah berjalan dua tahun, dan selama ini berjalan baik-baik saja. Tapi sayangnya, sampai sekarang kami masih backstreet karena masing-masing orangtua nggak setuju dengan hubungan kami. Masalahnya cuma satu, ayah saya pernah berpacaran dengan ibu si dia waktu masih kuliah—putusnya nggak baik-baik pula.”
Aneh juga, sih, kalau hubungan kita dan si dia terganggu cuma gara-gara masa lalu orangtua—kayak Romeo + Juliet aja! Lebih konyol lagi karena ternyata orangtua yang kita anggap lebihmatang dan bijaksana malah bertingkah kekanak-kanakan seperti itu.
Coba, deh, pertemukan mereka berempat pada suatu kesempatan, ulangtahun kita misalnya. Kalau suasana sudah cair karena orangtua sudah bisa ngobrol santai, siap-siap say goodbye sama kata-kata backstreet, deh
Umur terpaut jauh sering menjadi masalah. Si dia ketuaan, dibilang lebih cocok jadi om kita. Si dia jauh lebih muda, apalagi.... Begitu pacar main ke rumah, alih-alih bersikap ramah, orangtua kita malah menyambut dengan tatapan aneh. Seperti pengalaman Julian, 23. “Pacar saya masih muda banget, baru merayakan ulang tahun ke-18 bulan lalu dan masih kuliah. Sebenarnya kami sama sekali nggak ada masalah, apalagi pribadi si dia dewasa. Tapi sayangnya, orangtua saya nggak setuju dengan hubungan kami—saya disuruh putus.” Pembuktian bahwa usia sama sekali nggak mempengaruhi tingkat kematangan seseorang butuh usaha ekstra. Kita juga nggak bisa berjuang sendirian. Dorong si dia bersikap pantang mundur. Sekalipun dijutekin ortu, hindari pacaran lewat jalan belakang. Si dia harus menunjukkan kedewasaannya dengan berani menghadapi dan berniat meluluhkan hati ortu kita, dong…. Beri waktu pada orangtua untuk menyadari itikad baik si dia dan... akhirnya mereka nggak mempermasalahkan usia si dia lagi.
#Musuh bebuyutan
Apa jadinya kalau hubungan kita dan si dia baik-baik saja, tapi orangtua kita dan orangtua si dia punya cerita masa lalu, seperti pengalaman Nana, 26. “Hubungan saya dan si dia sudah berjalan dua tahun, dan selama ini berjalan baik-baik saja. Tapi sayangnya, sampai sekarang kami masih backstreet karena masing-masing orangtua nggak setuju dengan hubungan kami. Masalahnya cuma satu, ayah saya pernah berpacaran dengan ibu si dia waktu masih kuliah—putusnya nggak baik-baik pula.”
Aneh juga, sih, kalau hubungan kita dan si dia terganggu cuma gara-gara masa lalu orangtua—kayak Romeo + Juliet aja! Lebih konyol lagi karena ternyata orangtua yang kita anggap lebihmatang dan bijaksana malah bertingkah kekanak-kanakan seperti itu.
Coba, deh, pertemukan mereka berempat pada suatu kesempatan, ulangtahun kita misalnya. Kalau suasana sudah cair karena orangtua sudah bisa ngobrol santai, siap-siap say goodbye sama kata-kata backstreet, deh