Monday, April 13, 2009

TIGA BELAS

Malam berganti pagi... Matahari yang terbenam, mulai menunjukkan kuasanya dengan gagah. Mengganti malam yang bertahtakan bulan dan bintang. Bangun!! Mulai!! dan Bangkit!! Hari ini, memaksa saya untuk menerima tanggal 13 April 2009. Tanggal yang selalu saya rindukan, impikan, sekaligus saya harapkan menjadi moment terindah dalam sebagian perjalanan hidup saya setiap tahun.

Tak bisa saya pungkiri, saya juga merasakan kesedihan yang teramat sangat, ketika malam menjelang 13 April 2009. Tiga Belas (13), angka yang disebutkan orang lain pada umumnya sebagai angka keramat alias menakutkan. Tapi, bagi saya pribadi, angka 13, bukan angka yang patut dilewatkan bahkan sampai ditakutkan.

Saya merenungkan tahun-tahun yang telah berlalu...........

Sejak kecil, saya selalu membuat angka 13 ini sebagai angka keberuntungan. Bahkan dokter Rontgen RS Elisabeth tempat ibu saya bekerja dulu, juga lahir tanggal 13. Saya sempat merasakan kebaikan dokter Tan (panggilan dokter itu). Masa kecil dulu, figur yang langsung saya lihat dan saya banggakan adalah dokter Tan. Seseorang yang tanggal lahirnya sama dengan saya, orang yang baik dan kebapakan. Hanya karena dia memberikan sebuah permen coklat yang saya sukai, dengan senyumnya yang khas, pakaian putih dan rambutnya yang memutih, akhirnya.......... saya tidak takut lagi kalau datang dan berobat ke RS.

Setiap ulang tahun, ayah, ibu, kakak, adik, mengucapkan selamat ulang tahun. Walaupun sampai saya dewasa, ulang tahun tahun saya tidak pernah dirayakan dengan sebuah pesta ulang tahun, pesta yang mengundang semua teman-teman beserta kue tart dan lilin yang besar, gaun dan sepatu yang cantik.... tapi saya bersyukur, ulang tahun saya masih diingat keluarga dan orang-orang yang saya kasihi.

Terkadang, setiap melihat anak kecil ulang tahun, ada sedikit kerinduan dan hati saya berbisik “waktu kecil, ulang tahun saya tidak pernah dirayakan”. Saya masih ingat... dulu saya pernah menangis minta ulang tahun saya dirayakan, tapi tidak diberikan!!. Saya terus menunggu dengan sedihnya, siapa tahu papa pulang kerja, membawa kado ulang tahun. Menunggu di kursi panjang berwarna kuning, karena pesta ulang tahun tidak ada, mama hanya memasak menu yang berbeda hari itu. Tapi, hati saya tetap saja sedih, karena tidak mendapatkan pesta ulang tahun, teman-teman tidak ada, bahkan saya tidak mendapatkan kado ulang tahun. Dan ternyata........ ketika papa pulang kerja, dia membawa kado ulang tahun, baju plus rok kecil warna merah putih berbunga-bunga. Saya senaaaang sekali. Dan, ternyata.... inilah sejarahnya!! Hanya saya (dari ketujuh anaknya) yang pernah dibelikan kado ulang tahun oleh papa saya. Hanya saya yang pernah dibelikan baju langsung dari tangan papa saya.

Papa saya..... adalah orang yang cool, tegas dan bijaksana. Memang, dibandingkan papa, mama lebih sering bersama dengan anak-anaknya. Karena sewaktu saya kecil, papa sering pulang kerja sekitar jam 20.00 lewat. Tapi, kemarin malam ulang tahun saya, papa-mama telepon, mengucapkan selamat hari ulang tahun. Dan ketika tanggal 13 April 2009, mama, kakak, adik, mengucapkan lagi “Selamat Ulang Tahun”. Dengan harapan-harapan yang mereka inginkan terjadi pada saya, intinya semua untuk kebahagiaan saya.

"Seseorang yang menerima, menghargai, dan mengasihi saya, apa adanya, tulus, dan tanpa syarat", terucap doa permohonan saya di tanggal tiga belas.

Saya tak butuh lagi pesta!!, keramaian!! di hari ulang tahun saya. Tapi, kasih sayang dari orang-orang yang saya cintai. Sebuah kata dan doa yang begitu sempurna dan penuh kasih, membuat saya begitu berharga dan disayangi.

Terima kasih Tuhan untuk semua anugerahMU, lewat keluarga besar saya, kekasih, teman serta sahabat yang hadir dalam kehidupan saya........(ada setitik air mata).

Monday, April 6, 2009

KAU BERBEDA....

Wajahnya kelihatan merah. Aku berusaha tersenyum, sedikit menyapa, dan berharap dia bisa bicara. Tapi dia hanya diam... berusaha menyibukkan diri dengan barang-barang yang hendak dipindahkan. Aku seakan-akan tidak ada di depannya. Seperti patung, atau orang lain kah? Sakit banget!!! Aku merasakan badannya masih sakit, dia demam dan keringatan. Dia sakit, tapi masih datang membantuku pindah rumah. Barang-barangku dibungkus dengan rapi dan diangkat ke taksi yang juga dipanggil oleh dia.

Dia sibuk dengan barang-barang itu. Barang-barangku yang berat dan sedikit berdebu. Tapi... dia begitu menikmatinya. Sedangkan aku? Aku hanya dilihat oleh sudut matanya saja. Sesekali aku melihat dia memperhatikan aku, sesekali aku melihat dia perduli kalau tanganku kesakitan, sesekali aku melihat dia perduli saat aku batuk, saat aku menyapu dan mengepel lantai. Tapi..... dia tidak bicara. Diam. Dingin. Sedingin hatinya yang mungkin sudah membatu dan marah kepadaku.

Aku tak tahu lagi, harus bagaimana membuktikan kepadanya...Semua dugaan, prasangka nya terhadapku semuanya salah. Kepindahan ku ini pun, tak lain untuk kami berdua. Karena aku ingin bersamanya. Aku sendirian dan merasa tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan prasangkanya terhadapku. Aku tak diberi kesempatan bicara. Kalau pun aku bicara, tapi dia tak mau mendengarkanku, kata-kataku lewat begitu saja dan dia tidak perduli sama sekali. Bajunya yang basah karena keringat, berkali kali aku beri dia kaus ganti, tapi dia menolak dan tidak melihat mataku yang memohon... karena kuatir dia bisa masuk angin. Aku semakin tidak mengenalnya, aku seperti orang lain saja di matanya yang sendu dan merah karena sedang sakit....

Hatiku sakit, sakit banget dan hancur. Apalagi saat ini dia sedang sakit, tapi aku tak bisa menyentuh bahkan membantunya. Dia terus membelakangi aku, berusaha menjauh dan tidak membalas kata-kataku. Dia juga tidak bisa hadir saat aku bernyanyi dengan teman-temanku di salah satu gereja. Padahal, selama kami pacaran, belum pernah dia hadir saat hari-hari bahagiaku. Karena kami terlalu sering memikirkan masalah cinta kami yang sungguh rumit dari hubungan normal biasanya.

Aku berusaha diam dan terima. Tapi... entah sampai kapan aku bisa bertahan. Mungkin, dia tidak akan pernah tahu semua ini atau dia tidak akan mau tahu lagi. Aku ingin sekali bersamanya, tapi mengapa semua mempermasalahkan hubungan ini? Orang tua kami, keluarga, teman bahkan semua umat di dunia ini. Tuhan..... andai aku bisa melupakan dia. Andai aku bisa membuat semuanya berubah dan tidak menerima cintanya, aku yakin kami tidak akan sesakit ini...

Pernahkah kau bicara
Tapi tak didengar
Tak dianggap
Sama sekali..

Pernahkah kau tak salah
Tapi disalahkan
Tak diberi kesempatan
Ku hidup dengan siapa
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku tapi Orang lain bagiku
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah.. Teruskanlah..
Kau begitu

Kau tak butuh diriku
Aku patung bagimu
Cinta bukan Kebutuhanmu
Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah.. Teruskanlah
Kau begitu

(Agnes Monica)

Friday, April 3, 2009

PERTANDA KAH....

Hari ini. Jumat. Tiba-tiba saja, jari manis kiri saya tersayat kuku jari saya yang lain. Dalam, dan mengeluarkan banyak darah. Saya menjerit kesakitan, ada setitik air mata keluar dari kelopak mata. Teman2 kantor kaget, dan menolong... huhuhuhu, hikshiks.. sakit banget.

Tanpa sengaja juga, saya mengetik dan, hasilnya.. jari yang terluka itu tersentuh keyboard. Saya tidak tahu apa yang terjadi nanti? Pertanda apakah ini? Mudah2an bukan hal yang buruk. Agggh, sudahlah... saya tidak mau berpikir aneh, firasat jelek, dsb.

Jam istirahat pkl. 11.30 WIB, saya pergi ke gereja St. Fransiskus, agak dekat dari kantor. Dengan jari yang pedih, saya melangkahkan kedua kaki ini, berharap disana ada Misa Jumat pertama dan jalan salib. Matahari yang terik dan debu asap kendaraan yang mengebul, membuat nafas saya terasa sesak dan lemas. Tapi, kali ini saya benar2 berniat untuk ke gereja yang belum pernah saya kunjungi, padahal dekat dengan kantor saya.

Tiba di gereja, saya mendengar lonceng berbunyi. Senang sekali, saya langsung berlari, berharap itu tanda misa dimulai. Tapi..., saya sedih sekali, ternyata itu bukan lonceng pertanda misa dimulai, tetapi tanda anak TK selesai belajar. Lunglai, lemas, dan kecewa... saya berdiri, terdiam di depan pintu gereja. Menerawang suasana dalam gereja dari jendela dan dari halaman. Ingin mengadu dan terduduk di dalam gereja itu. Saya berusaha melihat ke sekitar, mencari gua maria. Akhirnya... saya bisa bersandar dan duduk di depan gua maria. Tempat yang tidak begitu panas, juga tidak begitu sejuk, karena pohon rimbun sedikit, sehingga kurang melindungi daerah gua maria. Ada seorang ibu yang tampak menangis berdoa disana. Dan, saya duduk..... mengambil posisi tak jauh dari ibu itu.

Saya tak tahu apa yang terjadi hari ini. Mulai merenung, merasakan kejadian yang terjadi hari ini mulai dari pagi sampai siang itu. Berangkat kerja, saat menyeberang jalan, saya hampir saja ditabrak sepeda motor dan pengendaranya terjatuh; saya bisa bertegur sapa dengan teman kuliah (Nikolas) lewat FB, setelah 6 tahun tak tahu kabarnya; jari saya terluka, teman dari STIE Kampus Ungu juga telepon bertanya kabar saya, padahal sudah lama sekali tidak bertegur sapa, dan hari ini juga, untuk pertama sekali setelah terjadi miss komunikasi, Rakadewa sms “gw baru saja pulang dari RS Carolus nebus obat dan mau istirahat. Met kerja and lunch!!! GBU”. Hanya itu saja, tanpa kata-kata lain.

Sungguh, entah mengapa hari ini, hati saya terasa tersentuh. Entah oleh apa? Saya hanya ingin mengadu, saya hanya ingin Tuhan tahu, saya ingin bicara denganNYA. Saya ingin sekali Dia tahu, saya sedih... tiba-tiba, dan ga tahu kenapa? Apakah yang terjadi hari ini? Adakah sesuatu yang terjadi, yang berhubungan dengan saya, orang-orang yang saya kasihi, mungkin keluarga?? Saya tahu, di gereja itu saya tidak akan menemukan jawaban. Tapi, saya ingin menumpahkan apa yang saya rasakan sekarang...

Dengan jari yang sakit, saya juga berusaha menulis blog ini. Rakadewa, maafkan saya. Saya tahu kamu marah dan membuat kamu sakit. Salah paham ini, mungkin membuat kita semakin dewasa dalam hidup. Saya tidak tahu, apakah hari ini terakhir saya bisa melihat dan berbicara dengan kamu. Atau mungkin saya tidak akan sempat melihat kamu lagi. Kemarahanmu membuat semuanya selesai dan semoga kamu lebih baik dari sebelumnya.

Sebenarnya, saya ingin terus bisa melihat kamu, tapi... kamu ingin pergi selamanya. Dan saya harus merelakannya....

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger