“Aku hanya ingin menghirup nafasmu
karena dadaku terasa sesak”
kata terakhir dari satu mimpi.
Yang sangat ingin kukatakan
di penghujung waktuku.....
190909.... Akhirnya hanya akan tersimpan dalam hati dan mimpiku. Dalam keramaian terasa sepi menyelimutiku. Aku sempat melihat ruangan dan tempat saat kami pernah duduk disana, pernah jalan berdua, pernah makan dan minum disana. Rasanya sesak banget. Nafasku sulit keluar, karena ingin menahan tangis (sungguh sangat sulit).
190909.... Pesawatku sudah mulai take off, tapi aku masih menunggu seseorang yang kutahu tak mungkin datang hari ini. Hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun saja, rasanya tak mungkin. Tak mungkin (bisikku lagi...) karena suara dan pesanku tak bisa lagi diterima olehnya. Aku tak mungin bisa melihat wajahnya hari ini.
190909.... Aku tetap mengingat tanggal ulang tahunmu. Aku tetap bertahan dengan tegarku yang mulai rapuh tanpa kehadiranmu. Aku sadar, aku tetap akan sama seperti dulu. Walaupun waktu memaksaku untuk berubah. Walaupun kamu memintaku untuk berjalan dan beranjak melupakan semuanya. Aku akan tetap sama dalam cintaku. Aku akan tetap sama dalam mimpiku. Aku akan tetap sama dalam diamku.
190909.... Memang, ada hati yang patah dariku. Sayangnya, kamu tidak bisa merasakannya. Sangat ingin kukatakan: Kamu yang terpenting di dalam hidupku. Entah apa aku juga terpenting bagimu. Ketiadaanmu membuat tiap detik jarum kehidupanku terhenti.
190909.... Aku selalu mengingat kamu (kadang aku senyum sendiri, lalu sedih...) Kemarahanku karena kepergianmu, tak bisa kamu dengar lagi. Kemarahanku karena kamu membuatku menunggu lama sekali, hingga membuatku mencubit dan memukul dadamu, tak mungkin lagi. Kemarahanku karena kejahilan kamu, hingga membuat kamu menerima hukuman dariku. Menonton film bersama sampai kelaparan. Berjalan jauh sekali, sambil bicara dan bergenggaman tangan. Ngambek dan diam-diaman, lalu baikan lagi... (kita kayak anak kecil lagi ngambek ya?).
Penghujung bulan September ini, aku ingin menuliskan kata yang belum sempat terucap: Selamat Ulang Tahun (bukan karena aku melupakanmu).
Sudah cukup lama kita berdiam dalam kebisuan yang semu, pasif dan samar. Berpijak pada keadaan temaram, tanpa hitam atau putih yang jelas. Sang kehidupan sungguh membuat cerita ini terasa panjang tak berujung. Mungkin benar kata orang, antara cinta dan benci itu berbeda tipis...
PS: Happy Bithday Bumi, keabadianmu telah tertulis di hatiku.
karena dadaku terasa sesak”
kata terakhir dari satu mimpi.
Yang sangat ingin kukatakan
di penghujung waktuku.....
190909.... Akhirnya hanya akan tersimpan dalam hati dan mimpiku. Dalam keramaian terasa sepi menyelimutiku. Aku sempat melihat ruangan dan tempat saat kami pernah duduk disana, pernah jalan berdua, pernah makan dan minum disana. Rasanya sesak banget. Nafasku sulit keluar, karena ingin menahan tangis (sungguh sangat sulit).
190909.... Pesawatku sudah mulai take off, tapi aku masih menunggu seseorang yang kutahu tak mungkin datang hari ini. Hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun saja, rasanya tak mungkin. Tak mungkin (bisikku lagi...) karena suara dan pesanku tak bisa lagi diterima olehnya. Aku tak mungin bisa melihat wajahnya hari ini.
190909.... Aku tetap mengingat tanggal ulang tahunmu. Aku tetap bertahan dengan tegarku yang mulai rapuh tanpa kehadiranmu. Aku sadar, aku tetap akan sama seperti dulu. Walaupun waktu memaksaku untuk berubah. Walaupun kamu memintaku untuk berjalan dan beranjak melupakan semuanya. Aku akan tetap sama dalam cintaku. Aku akan tetap sama dalam mimpiku. Aku akan tetap sama dalam diamku.
190909.... Memang, ada hati yang patah dariku. Sayangnya, kamu tidak bisa merasakannya. Sangat ingin kukatakan: Kamu yang terpenting di dalam hidupku. Entah apa aku juga terpenting bagimu. Ketiadaanmu membuat tiap detik jarum kehidupanku terhenti.
190909.... Aku selalu mengingat kamu (kadang aku senyum sendiri, lalu sedih...) Kemarahanku karena kepergianmu, tak bisa kamu dengar lagi. Kemarahanku karena kamu membuatku menunggu lama sekali, hingga membuatku mencubit dan memukul dadamu, tak mungkin lagi. Kemarahanku karena kejahilan kamu, hingga membuat kamu menerima hukuman dariku. Menonton film bersama sampai kelaparan. Berjalan jauh sekali, sambil bicara dan bergenggaman tangan. Ngambek dan diam-diaman, lalu baikan lagi... (kita kayak anak kecil lagi ngambek ya?).
Penghujung bulan September ini, aku ingin menuliskan kata yang belum sempat terucap: Selamat Ulang Tahun (bukan karena aku melupakanmu).
Sudah cukup lama kita berdiam dalam kebisuan yang semu, pasif dan samar. Berpijak pada keadaan temaram, tanpa hitam atau putih yang jelas. Sang kehidupan sungguh membuat cerita ini terasa panjang tak berujung. Mungkin benar kata orang, antara cinta dan benci itu berbeda tipis...
PS: Happy Bithday Bumi, keabadianmu telah tertulis di hatiku.