Tuesday, September 29, 2009

190909

“Aku hanya ingin menghirup nafasmu
karena dadaku terasa sesak”
kata terakhir dari satu mimpi.
Yang sangat ingin kukatakan
di penghujung waktuku.....


190909.... Akhirnya hanya akan tersimpan dalam hati dan mimpiku. Dalam keramaian terasa sepi menyelimutiku. Aku sempat melihat ruangan dan tempat saat kami pernah duduk disana, pernah jalan berdua, pernah makan dan minum disana. Rasanya sesak banget. Nafasku sulit keluar, karena ingin menahan tangis (sungguh sangat sulit).

190909.... Pesawatku sudah mulai take off, tapi aku masih menunggu seseorang yang kutahu tak mungkin datang hari ini. Hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun saja, rasanya tak mungkin. Tak mungkin (bisikku lagi...) karena suara dan pesanku tak bisa lagi diterima olehnya. Aku tak mungin bisa melihat wajahnya hari ini.

190909.... Aku tetap mengingat tanggal ulang tahunmu. Aku tetap bertahan dengan tegarku yang mulai rapuh tanpa kehadiranmu. Aku sadar, aku tetap akan sama seperti dulu. Walaupun waktu memaksaku untuk berubah. Walaupun kamu memintaku untuk berjalan dan beranjak melupakan semuanya. Aku akan tetap sama dalam cintaku. Aku akan tetap sama dalam mimpiku. Aku akan tetap sama dalam diamku.

190909.... Memang, ada hati yang patah dariku. Sayangnya, kamu tidak bisa merasakannya. Sangat ingin kukatakan: Kamu yang terpenting di dalam hidupku. Entah apa aku juga terpenting bagimu. Ketiadaanmu membuat tiap detik jarum kehidupanku terhenti.

190909.... Aku selalu mengingat kamu (kadang aku senyum sendiri, lalu sedih...) Kemarahanku karena kepergianmu, tak bisa kamu dengar lagi. Kemarahanku karena kamu membuatku menunggu lama sekali, hingga membuatku mencubit dan memukul dadamu, tak mungkin lagi. Kemarahanku karena kejahilan kamu, hingga membuat kamu menerima hukuman dariku. Menonton film bersama sampai kelaparan. Berjalan jauh sekali, sambil bicara dan bergenggaman tangan. Ngambek dan diam-diaman, lalu baikan lagi... (kita kayak anak kecil lagi ngambek ya?).

Penghujung bulan September ini, aku ingin menuliskan kata yang belum sempat terucap: Selamat Ulang Tahun (bukan karena aku melupakanmu).

Sudah cukup lama kita berdiam dalam kebisuan yang semu, pasif dan samar. Berpijak pada keadaan temaram, tanpa hitam atau putih yang jelas. Sang kehidupan sungguh membuat cerita ini terasa panjang tak berujung. Mungkin benar kata orang, antara cinta dan benci itu berbeda tipis...

PS: Happy Bithday Bumi, keabadianmu telah tertulis di hatiku.

Friday, August 28, 2009

PESAN TERAKHIR

Satu per satu, walau sulit, semuanya harus dilewati. Waktu terus berjalan dan tidak perduli apa yang saya, kamu dan mereka alami.

Hari yang penuh dinamika. Saya terbawa sedih, karena teman kantor sekaligus tempat curhat mengalami musibah. Menangis. Semua terjadi karena masalah yang tidak cukup pantas dimuntahkan oleh seorang dermawan, kaya, pintar dan orang nomor satu!!! Saya hanya bisa menghibur dan memberi semangat untuknya. Dan pada akhirnya, wajah kami semua mulai muram.... (saat ini secara melambat, kami mulai belajar tersenyum).

Sedangkan saya sendiri??? Di minggu yang sama, harus melewati jembatan yang tak ingin saya seberangi. Waktu yang mulai beranjak tak perduli, rasa yang lambat laun terpaksa dihukum mati...

Tiga hari dua malam, saya terus menangis. Tak terhitung berapa kali saya diam, berapa kali saya menangis......... tapi saat itu, saya tidak pernah tersenyum!!! Entah ada gunanya atau tidak, saya tak perduli. Saya lebih suka menangis sendiri, daripada bicara dan merengek-rengek. Saya pikir cukup untuk melampiaskan amarah dan kesakitan.

Kegagalan yang tak pernah saya tau, menghampiriku layaknya petir yang membakar setengah bagian harapanku. Kuharap, masih ada yang bisa kulakukan untuk memperbaikinya. Saya akan mencoba sadar dan bangun, ketika kutahu tak ada rencana itu lagi. Walaupun sebuah penghargaan tak saya temukan disana, walaupun kegagalan itu hanya terbaca dengan pesan tanpa terlihat................ saya akan melihat dengan hati saya sendiri.

Saya akan melihat dengan hati saya sendiri, walaupun semua akan pergi dan menghilang..... (seperti yang tertulis di pesan terakhir).

Friday, August 21, 2009

KUPANGGIL NAMAMU

Kupanggil Namamu

Sambil menyeberangi sepi
kupanggili namamu, wanitaku.
Apakah kau tak mendengarku?

Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.

Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia.
Tak ada yang bisa kujangkau.
Sempurnalah kesepianku.

Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.

Berulang kali kupanggil namamu
Dimanakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggili namamu.
Kupanggili namamu.

Karena engkau rumah di lembah.
Dan Tuhan?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal-hal yang besar saja.

Seribu jari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak.
Aku tak bisa kembali.

Sambil terus memanggili namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
Penuh. Dan perawan.

Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku.

(dari Blues untuk Bonnie, 1971)
WS Rendra

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger