Hari yang penuh dinamika. Saya terbawa sedih, karena teman kantor sekaligus tempat curhat mengalami musibah. Menangis. Semua terjadi karena masalah yang tidak cukup pantas dimuntahkan oleh seorang dermawan, kaya, pintar dan orang nomor satu!!! Saya hanya bisa menghibur dan memberi semangat untuknya. Dan pada akhirnya, wajah kami semua mulai muram.... (saat ini secara melambat, kami mulai belajar tersenyum).
Sedangkan saya sendiri??? Di minggu yang sama, harus melewati jembatan yang tak ingin saya seberangi. Waktu yang mulai beranjak tak perduli, rasa yang lambat laun terpaksa dihukum mati...
Tiga hari dua malam, saya terus menangis. Tak terhitung berapa kali saya diam, berapa kali saya menangis......... tapi saat itu, saya tidak pernah tersenyum!!! Entah ada gunanya atau tidak, saya tak perduli. Saya lebih suka menangis sendiri, daripada bicara dan merengek-rengek. Saya pikir cukup untuk melampiaskan amarah dan kesakitan.
Kegagalan yang tak pernah saya tau, menghampiriku layaknya petir yang membakar setengah bagian harapanku. Kuharap, masih ada yang bisa kulakukan untuk memperbaikinya. Saya akan mencoba sadar dan bangun, ketika kutahu tak ada rencana itu lagi. Walaupun sebuah penghargaan tak saya temukan disana, walaupun kegagalan itu hanya terbaca dengan pesan tanpa terlihat................ saya akan melihat dengan hati saya sendiri.
Saya akan melihat dengan hati saya sendiri, walaupun semua akan pergi dan menghilang..... (seperti yang tertulis di pesan terakhir).
No comments:
Post a Comment