Thursday, January 29, 2009

APA ITU CINTA??

Pagi yang cerah, udara yang segar membuat hari ini saya berangkat kerja dengan semangat. Dengan baju putih plus rok putih garis biru, teman-teman menilai hari ini saya begitu feminim. Hal pertama yang saya lihat adalah blog favorit saya, Dewi Lestari. Mata saya tertuju pada labels On Love an Loving. Bukan jawaban pasti dan jelas tetapi saya hanya bisa mendapatkan pemahaman seiring perjalanan dan pengalaman pribadi saya tentang apa itu cinta??
Pertanyaan yang sering dan selalu sepanjang hidup ini menjadi pencarian yang tak henti. Menjadi sumber inspirasi tiap film, lagu dan cerita. Menurut Anda, apa itu cinta?? Dewi Lestari mengungkapkan bahwa cinta itu pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, dan bukan tujuan. Ungkapan ini membuat saya mencari tau apa dipikirkan nya.
Saya mencoba menterjemahkannya. Yang saya dapatkan bukan penjelasan, tetapi pemahaman. Dengan catatan: pemahaman ini pun hidup, dan bergerak. Kita tidak bisa berharap menjadi manusia yang selamanya sama dan konstan. Pemahaman kita berubah, pengalaman kita berubah. Seperti pemahaman yang terus menerus menyempurnakan arti cinta dalam hidup kita (termasuk saya) lewat pengalaman yang terus bergerak here and now, hanyalah kail pancing untuk memahami "diri" sebagai cinta itu sendiri.
Memahami "diri" sebagai cinta seutuhnya, terbuka dan aktual. Sehingga cinta itu tidak lagi palsu dan usang. Pun cinta kepada pasangan yang terus berkembang, mengartikan suatu usaha "diri" untuk terbuka apa adanya, berkorban dan setia seiring pengalaman yang terus berubah untuk menyempurnakan arti cinta itu sesungguhnya pada pasangan kita.
Shering ini menjadi pengalaman baru untuk saya tentang cinta. Kembali menurut Anda sendiri, "apa itu cinta?"

Wednesday, January 28, 2009

PERJALANAN

Setelah dia pergi ke luar kota selama 10 hari, akhirnya dia kembali ke Jakarta selasa sore tanggal 27 Januari 2009. Topi coklat, jaket hitam, celana jeans dengan tas Eiger merah yang berat. Beban yang dia pikul apakah semakin berkurang? Maksudnya adalah beban batin tentang keluarganya yang broken home. Selama ini selalu menjadi alasan nya merasa kurang beruntung dari pada orang lain. Masalah keluarga yang selalu menghantui masa mudanya sampai dengan umurnya 26 tahun, sering juga membuat dia harus berkorban. Berkorban entah untuk orang tua atau saudaranya.

Kesan pertama tiba di Jakarta, dia lapar!! Hehehe, karena dia langsung saja nongkrong dan menyantap mie ayam di stasiun senen plus es tee dingin. Tas dan oleh-olehnya diletakkan di samping kursi, sambil membaca majalah. Apakah dia benar-benar sudah menemukan jawaban yang dia cari di Yogya?? Hmmm... saat ini belum terjawab.

Tiba di rumah, dia mengeluarkan dan membagikan oleh-oleh. Bercanda dan nonton TV, tapi dia belum juga menceritakan kisah nya selama di Yogya. Penasaran bukan?? Setelah satu jam ditunggu-tunggu, dia mulai menceritakan cerita perjalanannya satu per satu selama di Yogya. Disertai dengan foto-foto serta video dari handphonenya, terlihat jelas semua yang terjadi. Disana dia bertemu ayah-ibunya, sepupu, eyang putri, paman, tante, dll. Kehidupan keluarga yang menurut kacamatanya dinilai sangat rumit dan memalukan. Entah mulai dari intrik orang tuanya sampai dengan keluarganya yang lain. Wajahnya terlihat lemas, kesal, dan menyesali kehidupan keluarga besarnya yang berantakan. Sedikit terlihat mimik wajahnya yang hampir menangis...

Sepertinya dia ingin sekali merubah dan memperbaiki keadaan keluarganya. Entah dengan apa?? Dia sendiri tidak tahu dan tidak bisa melakukan apa-apa, karena semua sudah terjadi, masa lalu tak bisa dibalik lagi. Dia bisa apa?? Dia tidak bisa mengubah keadaan saudara-saudaranya secepat yang dia harapkan bukan?? Apa bisa kita mengubah jalan hidup orang lain?? Seperti mengubah dunia yang tidak mungkin dilakukan oleh kedua tangan ini, kedua kaki ini, sepasang mata ini. Semuanya kembali ke diri orang itu sendiri bukan?? Sebagai manusia kita hanya bisa mendoakan dan kembali memperbaiki diri kita sendiri. Mudah-mudahan menjadi contoh untuk kehidupan orang lain supaya menjadi lebih baik. Toh tidak semua keluarganya yang berantakan, masih ada sifat baik dan positif yang bisa diambil dari keluarga tantenya yang harmonis.

Semua yang terjadi dan terlewati tak bisa kembali lagi. Sekarang bagaimana dia bisa menerima dan yakin pada dirinya sendiri untuk menjadi manusia yang baik, setia terhadap panggilan hidupnya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Ini lah awal perjalanan panjang kehidupannya dalam memahami arti kesetiaan dalam panggilannya menuju hidup berkeluarga.....

Tuesday, January 27, 2009

FEBRI & KRIDA (ALM)

Sepasang insan yang saling mencintai, tetapi harus dipisahkan oleh maut. Perjuangan dan penantian cinta yang mengharukan. Kesetiaan cinta dari seorang laki-laki (Febri), selama 8 tahun lebih kepada cintanya. Tetap yakin menunggu, padahal wanita itu sudah bersama dengan laki-laki lain. Penantian yang tidak sia-sia, setelah sekian lama cintanya datang dalam keadaan sakit...

Saya bertemu dengan wanita ini (Krida) empat tahun yang lalu sekitar bulan Agustus 2004. Kesan pertama dia begitu keras dan cuek. Maklum, dia accounting senior, umur saya yang jauh lebih muda dari dia, dan dia dikenal dekat dengan owner perusahaan kami (dulu saya bekerja satu perusahaan dengan dia). Seiring waktu, kami jadi dekat, sungguh sangat dekat. Saya merasakan perlindungan seperti seorang adik kepada kakak perempuannya. Kami cerita apa saja, dari hal kecil sampai hal besar, dari hal lucu sampai serius, dsb. Masing-masing kami tahu apa yang terjadi dan bergejolak dihati kami masing-masing, termasuk urusan cowok.

Bang Febri, demikian saya menyebut pacar ka krida. Dia begitu optimis, periang dan semangat... Pertama kali ketemu dengannya, mereka dan ka krida kelihatan serasi. Jujur, saya bahagia melihat ka krida tertawa. Dia laki-laki yang cocok untuk ka krida, bisik hatiku. Supportku, selalu jadi pertimbangan ka krida, syukurlah.. dia mendengar anak kecil ini (sebutannya padaku). Mereka akhirnya pacaran.

Di apartemen yang sama, kamar yang sama, kami berdua selalu bercerita dan tertawa. Ada sedikit ribut, tapi kami selalu bisa menyelesaikannya dengan baik. Saat berpisah karena saya resign, ada kata yang keluar sekelibat dari bibirnya saat malam terakhir kami bersama, "win, aku pasti sedih kamu ga ada? aku bisa mati sendirian". Saya diam, tak mengerti maksud kata-katanya. Saya pikir dia mengigau, mimpi atau apalah... Saya tidak menyangka... itu terjadi!!! Dia kanker payudara!!
Bang Febri setia menemani bahkan tak segan-segan membersihkan luka di dadanya yang semakin parah dan membau. Menggendong, menyuapi, memberikan minum, berdoa bersama... kegiatan rutin yang tak pernah lepas diberikan bang Febri. Luka dan wajah ka krida yang semakin rapuh bahkan tidak secantik dulu, tidak meluluhkan kesetiaannya. Dia terus mendampingi ka krida sampai hembusan nafas terakhir...
26 Januari 2009, bang Febri telepon dan mengungkapkan kepada saya kalau dia masih merasakan kehadiran ka krida, dia selalu membayangkan kebersamaan mereka. Bang Febri selalu berdoa untuk kebahagiaan ka krida. Dia tidak tahu langkah ini akan dibawa kemana, dan bagaimana selanjutnya bang Febri?? Bang Febri hanya mengatakan kalau dia akan mengikuti arus hidup ini dengan hati yang berserah, mengalir saja.... (Saya benar-benar kagum).

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger