Thursday, February 18, 2010

APA ITU MASA PRAPASKAH?

Masa Prapaskah adalah masa pertumbuhan jiwa kita. Kadang-kadang jiwa kita mengalami masa-masa kering di mana Tuhan terasa amat jauh. Masa Prapaskah akan mengubah jiwa kita yang kering itu. Masa Prapaskah juga membantu kita untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah.

Banyak orang mengikuti retret setiap tahun. Retret itu semacam penyegaran jiwa. Kita membebaskan diri dari segala beban dan segala rutinitas sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat meluangkan waktu untuk memikirkan dan mendengarkan Tuhan. Kalian boleh menganggap Masa Prapaskah sebagai suatu Retret Agung selama 40 hari. Yaitu saat untuk mengusir semua kekhawatiran dan ketakutan kita supaya kita dapat memusatkan diri pada Sahabat kita dan mempererat hubungan kita dengan-Nya. Sahabat itu, tentu saja, adalah Tuhan. Kita dapat mempererat hubungan kita dengan-Nya dengan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya. Cara lain yang juga baik adalah dengan membaca bagaimana orang lain membangun persahabatan dengan Tuhan di masa silam. Kitab Suci adalah bacaan yang tepat atau bisa juga kisah hidup para santo dan santa.

Akhirnya, hanya ada dua kata untuk menyimpulkan apa itu Masa Prapaskah, yaitu: "NIAT" dan "USAHA". Misalnya saja kita berniat untuk lebih mengasihi sesama, kita juga berniat untuk tidak lagi menyakiti hati sesama. Salah satu alasan mengapa kita gagal memenuhi niat kita itu adalah karena kita kurang berusaha. Kitab Suci mengatakan "roh memang penurut, tetapi daging lemah". Di sinilah peran Masa Prapaskah, yaitu membangun karakter yang kuat. Kita berusaha untuk menguasai tubuh dan pikiran kita dengan berlatih menguasai diri dalam hal-hal kecil. Oleh karena itulah kita melakukan silih selama Masa Prapaskah. Kita berpantang permen atau rokok atau pun pantang menonton program TV yang paling kita sukai. Dengan berpantang kita belajar mengendalikan diri. Jika kita telah mampu menguasai diri dalam hal-hal kecil, kita dapat meningkatkannya pada hal-hal yang lebih serius.

Berlatih menguasai diri baru sebagian dari usaha. Tidaklah cukup hanya berhenti melakukan suatu kebiasaan buruk, tetapi kita juga harus memulai suatu kebiasaan baik untuk menggantikan kebiasaan buruk kita itu. Misalnya saja membaca Kitab Suci setiap hari, berdoa Rosario, menerima Komuni secara teratur. Jadi jangan hanya duduk diam saja, LAKUKAN SESUATU. Mulailah Hari Rabu Abu dengan menerima abu yang telah diberkati, lalu kemudian memulai hidup baru bagi jiwamu!


Sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

Wednesday, November 18, 2009

SALJU TURUN DI JAKARTA

.
Mustahil. Tapi, bolehkan berharap dan bermimpi. Menjelang akhir tahun 2009, kalender kecil putih selalu membuat saya tertarik untuk menuliskan beberapa kejadian setiap hari. Rasanya senang menyilangkan tanggal-tanggal yang berjalan dengan cepat.

Beradaptasi dengan musim hujan yang dingin, basah, tetapi menyenangkan... membuat saya harus menikmati rasa sakit. Hmm, cukup untuk menjadikan saya tidur lelap dan harus meninggalkan kegiatan membaca dan jalan-jalan. Itupun harus disuntik dulu dan teriak-teriak. Malu banget sih, apalagi harus diliatin sohibku 'Dina' (ketahuan deh takut disuntik). Uggggh, lemas banget....

Desember sudah ada di depan mata. Saya membayangkan dan sangat ingin sekali salju turun di malam Natal nanti. Salju putih seperti pasir atau bongkahan-bongkahan kristal yang kecil, melintas di hidung dan kepala saya, tergenggam dan terpeluk oleh telapak tangan. Wow, its.. amazing. Hmm, aku ingin sekali.... Memang sih, harapan saya ini menurut logika, ga mungkin! Salju turun di Jakarta?? Pasti semua (termasuk saya) menjawab: “ga mungkin laggh... kecuali mukjizat”. Tapi, ga ada yang mustahil kan untuk Tuhan??

Untuk menjawab itu, bisa kita mulai dari proses terjadinya salju.
Berawal dari uap air yang berkumpul di atmosfer Bumi, kumpulan uap air mendingin sampai pada titik kondensasi (yaitu temperatur di mana gas berubah bentuk menjadi cair atau padat), kemudian menggumpal membentuk awan. Pada saat awal pembentukan awan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut mengapung di udara – persis seperti kayu balok yang mengapung di atas permukaan air. Namun, setelah kumpulan uap terus bertambah dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel air pun jatuh ke Bumi.

Partikel air yang jatuh itu adalah air murni (belum terkotori oleh partikel lain). Air murni tidak langsung membeku pada temperatur 0 derajat Celcius, karena pada suhu tersebut terjadi perubahan fase dari cair ke padat. Untuk membuat air murni beku dibutuhkan temperatur lebih rendah daripada 0 derajat Celcius. Ini juga terjadi saat kita menjerang air, air menguap kalau temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada 100 derajat Celcius adalah perubahan fase dari cair ke uap. Untuk mempercepat perubahan fase sebuah zat, biasanya ditambahkan zat-zat khusus, misalnya garam dipakai untuk mempercepat fase pencairan es ke air.

Biasanya temperatur udara tepat di bawah awan adalah di bawah 0 derajat Celcius (temperatur udara tergantung pada ketinggiannya di atas permukaan air laut). Tapi, temperatur yang rendah saja belum cukup untuk menciptakan salju. Saat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan dengan udara, maka air murni tersebut terkotori oleh partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang berfungsi mempercepat fase pembekuan, sehingga air murni dengan cepat menjadi kristal-kristal es.
 
Setelah mengetahui proses terjadinya salju, harusnya sih, ga usah berharap lagi salju turun di Jakarta yang tropis ini kan??.

Tapi, mukjizat pasti selalu ada di hati, di jiwa dan di rasa dengan cara yang berbeda-beda.... seperti kristal salju yang memungkinkan salju untuk memantulkan semua warna ke semua arah dalam jumlah yang sama...

Tuesday, November 17, 2009

PS I Love U (Part 1)



Pembaca yang budiman, Namaku Holly. Belum lama ini Gerry, suamiku, meninggal karena kanker. Sebelum penyakitnya mengganas, kami pasangan yang bahagia. Mungkin Gerry bukan pasangan sempurna, karena dia paling malas mematikan lampu kamar saat kami sudah meringkuk di balik selimut yang hangat. Akibatnya, tulang keringku sering terantuk kaki ranjang dan memar-memar. Ketika Gerry tiada, aku kehilangan sahabatku, kekasihku, batu karangku, dan hidup ini terasa hampa. Namun Gerry tak membiarkanku sendiri. Dia meninggalkan seikat surat untuk kubuka setiap bulan. Seiring bulan-bulan berlalu, aku menjadi lebih tabah. Bersama sahabat dan keluargaku, aku menangis, tertawa, serta belajar mengenal dan menjalani hidup ini. Seperti kata Gerry di surat pertamanya, Ingatlah semua kenangan manis kita, tapi jangan takut menciptakan kenangan-kenangan baru. Hidup ini memang untuk dijalani dengan sepenuh hati. Dan rasanya nyaman juga ada malaikat yang mengawasi setiap langkahku. Cinta sejati memang tak pernah mati... Holly PS: I love you

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger