Wednesday, November 18, 2009

SALJU TURUN DI JAKARTA

.
Mustahil. Tapi, bolehkan berharap dan bermimpi. Menjelang akhir tahun 2009, kalender kecil putih selalu membuat saya tertarik untuk menuliskan beberapa kejadian setiap hari. Rasanya senang menyilangkan tanggal-tanggal yang berjalan dengan cepat.

Beradaptasi dengan musim hujan yang dingin, basah, tetapi menyenangkan... membuat saya harus menikmati rasa sakit. Hmm, cukup untuk menjadikan saya tidur lelap dan harus meninggalkan kegiatan membaca dan jalan-jalan. Itupun harus disuntik dulu dan teriak-teriak. Malu banget sih, apalagi harus diliatin sohibku 'Dina' (ketahuan deh takut disuntik). Uggggh, lemas banget....

Desember sudah ada di depan mata. Saya membayangkan dan sangat ingin sekali salju turun di malam Natal nanti. Salju putih seperti pasir atau bongkahan-bongkahan kristal yang kecil, melintas di hidung dan kepala saya, tergenggam dan terpeluk oleh telapak tangan. Wow, its.. amazing. Hmm, aku ingin sekali.... Memang sih, harapan saya ini menurut logika, ga mungkin! Salju turun di Jakarta?? Pasti semua (termasuk saya) menjawab: “ga mungkin laggh... kecuali mukjizat”. Tapi, ga ada yang mustahil kan untuk Tuhan??

Untuk menjawab itu, bisa kita mulai dari proses terjadinya salju.
Berawal dari uap air yang berkumpul di atmosfer Bumi, kumpulan uap air mendingin sampai pada titik kondensasi (yaitu temperatur di mana gas berubah bentuk menjadi cair atau padat), kemudian menggumpal membentuk awan. Pada saat awal pembentukan awan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut mengapung di udara – persis seperti kayu balok yang mengapung di atas permukaan air. Namun, setelah kumpulan uap terus bertambah dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel air pun jatuh ke Bumi.

Partikel air yang jatuh itu adalah air murni (belum terkotori oleh partikel lain). Air murni tidak langsung membeku pada temperatur 0 derajat Celcius, karena pada suhu tersebut terjadi perubahan fase dari cair ke padat. Untuk membuat air murni beku dibutuhkan temperatur lebih rendah daripada 0 derajat Celcius. Ini juga terjadi saat kita menjerang air, air menguap kalau temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada 100 derajat Celcius adalah perubahan fase dari cair ke uap. Untuk mempercepat perubahan fase sebuah zat, biasanya ditambahkan zat-zat khusus, misalnya garam dipakai untuk mempercepat fase pencairan es ke air.

Biasanya temperatur udara tepat di bawah awan adalah di bawah 0 derajat Celcius (temperatur udara tergantung pada ketinggiannya di atas permukaan air laut). Tapi, temperatur yang rendah saja belum cukup untuk menciptakan salju. Saat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan dengan udara, maka air murni tersebut terkotori oleh partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang berfungsi mempercepat fase pembekuan, sehingga air murni dengan cepat menjadi kristal-kristal es.
 
Setelah mengetahui proses terjadinya salju, harusnya sih, ga usah berharap lagi salju turun di Jakarta yang tropis ini kan??.

Tapi, mukjizat pasti selalu ada di hati, di jiwa dan di rasa dengan cara yang berbeda-beda.... seperti kristal salju yang memungkinkan salju untuk memantulkan semua warna ke semua arah dalam jumlah yang sama...

No comments:

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger