Wednesday, November 11, 2009

KANKER PAYUDARA


Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi.

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa:
Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.

Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.

Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara); adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa; terdapat model parasternal;
terdapat nodul supraklavikula; adanya edema lengan; adanya metastase jauh; serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

Faktor-faktor penyebab
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
Penggunaan hormon: Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menopause.
Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.

Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan.

Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.

Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

Friday, October 2, 2009

THE LAKI-LAKI

Mengingat kejadian di halte busway.... Selama ini saya hanya bisa melihat pelecehan yang terjadi saat antri masuk ke busway. Laki-laki ada saja yang mencari-cari kesempatan untuk pegang pantat, pegang tangan, pegang dada, dsb. Kalau melihatnya, rasanya saya pengen tonjok atau marah, tapi takut. Siapa tahu, cowok itu jahat. Nah, kalau yang sudah begini sih, bukan jahil atau unik lagi, tapi jahat!!

Saya pun baru-baru ini mendapat musibah yang sama. Dalam keramaian untuk masuk ke halte busway, saling dorong dan sempit banget, saya merasa ada yang pegang pantat saya. Tapi, ketika saya melihat ke belakang laki-laki itu sudah ga ada. Dengan marahnya saya langsung tanya ke penumpang cewek di sebelah saya, siapa laki-laki yang ketika masuk berdiri di belakang saya. Lalu saya juga tanya ke kernet busway, tapi ga ada yang tahu! Uh, sialan! Saya benci banget. Marah tak terlampiaskan!!!! (pengen tampar, tonjok trus lapor ke satpam)

Saat berangkat kantor atau jalan-jalan, ada saja laki-laki yang berhenti dengan mobilnya mengajak masuk, ada juga yang panggil-panggil ga jelas, ada yang merayu dengan suit-suit, dsb. Saya merasa tingkah ini bukanlah menghargai keindahan wanita, tetapi sedikit melecehkan. Padahal, setahu saya... pakaian yang saya gunakan atau teman-teman lain biasa aja tuh, ga kurang kain atau lupa dijahit.

Benar sih, laki-laki itu suka mengagumi keindahan/ kecantikan, makanya di zaman Alkitab juga laki-laki kuat juga bisa kalah dan takluk oleh kecantikan wanita. Sebut saja: Samson takluk pada Delilah, Nero dan Acte. Kalau zaman sekarang sih misalnya: Bambang dan Mayangsari. Sekali mereka menyukai, untuk mendapatkan wanita itu mereka bisa melakukan/ memberikan apa saja untuk mendapatkan atau membahagiakan wanita tersebut... (sampai-sampai lupa kalau udah punya istri).

Makanya ada pepatah yang bilang: dibalik kesuksesan pria, ada wanita. Jadi, bangga juga jadi wanita hihihihi...

Wajarlah. Masa yang indah dan cantik itu ga mau dilihat? But sewajarnya aja, jangan sampai merugikan orang lain. Kata pak Eko yang sok alim dan pecinta Luna Maya ini sih: “Cuma liat doang kog. Kan ada istri di rumah?” atau kalau ada yang cantik en montok paling bilang: “jadi pengen pulang ke rumah...”

Wednesday, September 30, 2009

CINTA DAN KADALUARSA


Berakhir, pisah, putus, merupakan sekumpulan kata yang berinti kepada satu rasa: sakit. Sakit memang, bila kebahagiaan, dan kebersamaan pada kenyataannya berakhir dengan perpisahan. Berpisah dengan kehidupan (kematian), berpisah dengan keluarga, pasangan, pacar, dsb. Ada unsur kelemahan yang lambat laun, pelan tapi pasti meredupkan sinar di hati manusia.

Seperti lagu Chrisye: Badai Pasti Berlalu, saya pun yakin seluruh rasa duka, kegagalan yang dialami dalam kehidupan ini mengalami perputaran, yang pada akhirnya berganti terang. Seperti malam yang gelap, berganti siang.

Disini saya mengecilkan konsep berakhir dengan: berpisah dari orang yang kita cintai. Mencintai seseorang dengan tulus, memang membutuhkan perjuangan yang tanpa henti. Lalu, ketika ada pendapat yang menyatakan: rasa cinta itu ada masa kadaluarsanya. Apakah yang tergambar di dalam benak kalian masing-masing?

Saya mencoba mengapresiasikan pernyataan ini dengan idealisme dan perasaan saya. Hanya untuk menjawab arti cinta pada diri saya sendiri.

Cinta dalam kamus saya adalah suara hati, jawaban hati yang menerima dengan tulus segala kekurangan dan kelebihan orang lain. Tidak bertipe, karena saya tidak ingin mengelompokkan orang per orang. Kuncinya adalah hati, hanya hati!! Hal ini yang sangat sulit dipahami oleh orang lain, termasuk orang terdekat saya sekalipun. Tetapi ini bukan muluk-muluk semata, karena saya tahu “rasa” saling mencintai akan bertahan bila terus dilakukan/ diperbaharui oleh kedua belah pihak, satu sama lain menunjukkan rasa cinta kasih, mengapresiasikannya dalam bentuk tindakan dan kata terus menerus,…. sampai akhirnya cinta itu berakhir pada keabadian.

Kata cinta, kasih dan sayang adalah kata yang indah. Terdengar berharga, terhormat dan murni, karena itu saya selalu mengucapkan kata-kata indah tersebut untuk orang yang saya hargai, saya hormati dan saya sayangi. Menghargai arti cinta adalah sama dengan menghargai kehidupan. Karena itu, kata-kata indah tidak saya obralkan kepada orang lain, karena salah-salah bisa mengakibatkan persepsi yang berbeda atau salah paham yang mengakibatkan reaksi berbeda dari orang yang mendengarkan.

Bila memang perpisahan harus terjadi, mungkin sudah waktunya. Mungkin ini jatah yang harus saya terima sebagai konsekuensi dari pengorbanan saya. Tidak perlu egois untuk mempertahankan cinta bila seseorang itu sudah tidak menghargai, tidak perduli, tidak menghormati dan memahami arti cinta. Kasarnya: tidak pantas mencintai orang yang tidak mencintaimu!! Tidak akan ada gunanya bila diteruskan. Hanya akan meninggalkan luka yang dalam, membunuh pelan-pelan dan kepalsuan berkepanjangan.

Dalam sebuah pernikahan, perpisahan bukan hanya membawa dampak untuk diri sendiri, tetapi juga efek sosial yang mungkin lebih menyakitkan. Orang lain yang menggambarkan perceraian dalam pernikahan dengan pendapatnya sendiri, berkembang menurut pemikirannya sendiri, menambah beban yang harus dipikul. Sudah jatuh tertimpa tangga pula!

Kalau rasa cinta ada masa kadaluarsanya, benarkah perceraian itu pada akhirnya dibenarkan? Seperti putus dari pacar pertama ke pacar kedua dan berikutnya? Bisakah konteks pacaran disamakan dengan pernikahan? Apakah perpisahan terjadi karena rasa cinta mereka sudah kadaluarsa? Hufffth, saya menjadi semakin takut untuk membayangkan bila pasangan saya kelak, membenarkan bahwa rasa cinta itu punya masa kadaluarsa.

Setahu saya, masa kadaluarsa itu identik dengan masa pemakaian, masa berlaku. Jadi selama belum mencapai tanggal kadaluarsa yah... tidak ada salahnya untuk digunakan. Nah, kalau dalam hubungan mencintai, yang dilakukan oleh sepasang manusia yang berbeda, yang memiliki talent, perasaan, logika yang sehat sehingga punya kemampuan untuk bereaksi membaharui kehidupan, harus ikut-ikutan memberi batas kadaluarsa dalam hal saling mencintai?

Sebelum pacaran, apalagi sebelum menikah, seseorang pasti sudah mempertimbangkan baik buruknya sebuah relasi. Ketidakseimbangan atau perbedaan, belum jodoh, ketemu orang lain yang lebih menarik, dsb seringkali menjadi alasan perpisahan. Padahal itu sebenarnya bukanlah penyebab, tetapi akibat. Awal dari akibat tersebut, itulah yang sebenarnya perlu diketahui, dan dicari solusinya.

Turun naik dalam berelasi merupakan dinamika yang harus diterima. Tidak ada kehidupan yang berjalan mulus-mulus saja. Orang yang sudah menikah bertahun-tahun pun terus berproses untuk saling mencintai. Pada saatnya, semua akan berubah. Seperti yang saya tahu, tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi, rasa cinta akan tetap ada bila kedua belah pihak menempatkan hati mereka pada satu titik yang sama. Titik yang sama-sama saling berubah mengikuti aliran kehidupan yang fana ini.

Andainya perpisahan terjadi.... saya percaya, untuk bertahan seseorang akan berjuang habis-habisan… sampai pada titik kepasrahan dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sampai pada titik itu, segala perjuangan pun terhenti. Ucapan selamat tinggal pun siap terlontar dan diterima.

Saya tahu, tidak ada seorang pun yang menyukai zona kejatuhan. Tapi, kenyataan tidak dapat dielakkan. Sakit, terluka, putus asa merupakan akibat dari kegagalan. Saya pun pernah merasakannya. Kepasrahan menjadi tonggak pertahanan. Menyimpan kenangan indah ketika bersama. Susah sekali untuk menerima kenyataan orang yang saya cintai telah pergi. Susah sekali untuk menerima orang baru untuk masuk menembus rasa rindu dan cinta ini, karena tidak ingin merubah rasa cinta yang telah ada. Sikap ini, tanpa saya sadari mungkin telah menyakiti atau mematahkan perasaan orang lain. Sendiri dulu…. saat ini adalah obat yang terbaik untuk menyembuhkan rasa sakit (maaf untuk siapa saja yang tersakiti dan kecewa, karena hati ga bisa bohong).

Tidak bisa diterjemahkan, hanya bisa dirasakan. Rasa sakit dan suka dalam mencintai ibarat dua sisi koin hitam dan putih yang menyatu. Akhir cerita hanya ada dua pilihan: bersatu atau berpisah. Dan semuanya terjadi karena hati kedua belah pihak.

Perpisahan yang berakhir dengan indah dan tidak indah, pasti rasanya sakit. Tapi, bila berakhir dengan baik-baik mungkin membawa kesan berharga. Hanya, bila memang kamu masih saling mencintai, bila memang kamu belum bisa melupakan, mengapa harus berhenti berjuang? mengapa masih angkuh?

Intinya satu, jika memang sudah waktunya, perpisahan akan menjemput secara alamiah bagaikan ajal. Bungkus dan caranya bermacam-macam, tapi kekuatan yang menggerakkannya satu dan serupa. Tentu dalam prosesnya kita berontak, protes, menyalahkan ini-itu, dan seterusnya. Namun hanya dengan terus berproses dalam aliran kehidupan, kita baru menyadari hikmah di baliknya. (Catatan Tentang Perpisahan, Blog Dewi Lestari)

Saat ini… saya pun harus bersabar menanti. Orang lain selalu bertanya apa yang saya cari? Mengapa tetap berkeras menyerahkan jawaban kepada hati? Sekali lagi, saya tidak bisa menjawabnya, saya hanya bisa merasakannya…Saya tau, konsekuensi penantian saya mungkin sia-sia, tapi saya menghargai kehidupan, hati dan cinta saya…. Semua yang terjadi, dulu, sekarang dan akan datang adalah Anugerah. Thanks God.

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger