Monday, March 16, 2009

HANYA PADA-NYA


Dalam keping kehidupan, satu per satu datang menghujam jantung
Ada kerikil-kerikil tajam yang membuat kaki ini berdarah
Ada badai yang menghempaskan tubuh kecil ini
Ada sebilah pisau yang mencabik hati yang lembut itu
Mengingatkan dan menyadarkan kuasa Sang Hyang
dalam perjalanan yang disebut Kehidupan.........

DIA yang pernah sedikit terlupakan, entah pun pernah sungguh terlupakan ??
Karena terlalu fokus pada kesakitan dan kesembuhan
Saat raga tak lagi kuasa,
saat waktu tak dapat terhenti dan kembali,
saat semua tanya sudah terjawab,
diam tanpa kata, menerima tanpa mengingkari, menjawab tanpa bertanya lagi...
Diam saja, dan kuat ini hanya dari DIA..........Hanya DIA yang tahu dan beri.

Salah mereka, biarkan menjadi seonggok marah yang menghilang
Salah mereka, biarkan menjadi sejumput cerita yang menguatkan
Disini........... ingatan tentang kalian,
bersemayam dalam raga
melebur menjadi satu, tunggal dan abadi
tertinggal dan tersimpan dalam kunci maaf yang tulus,
dalam diam yang terselubung harap dan doa.........
akhirnya, lenyap menjadi tiada.

Saat nya telah tiba, masihkah dia tahu?
Masihkah ada padanya ingatan yang pertama dan terakhir?
Waktu yang panjang antara luka dan bahagia, antara gelap dan terang kami?
Antara gelak tawa dan airmata?
Inilah kenangan yang tersimpan dalam hujaman tanya
Inilah kenangan yang tersimpan dalam perjuangan tanpa henti
Inilah bukti dari kesetian dan tanggung jawab pada janji di dunia dan DIA
Inilah arti kami, yang mencoba bertahan, berharap dan berjuang
menerima jalan yang dipilihkan Sang Hyang
untuk jiwa kami yang fana ini................

“Bukan dengan barang fana Kau menebus dosaku
dengan segenap kasih dan pengorbananMu.......
Jadilah padaku seperti yang KAU ingini”

Gita Sang Hyang Widhi



"Saudari-saudaraku,
Demi Kerahiman Allah aku memperingatkan kamu:
Persembahkanlah Tubuhmu sebagai kurban yang hidup, yang suci dan berkenan pada Allah.
Itulah ibadatmu yang sejati.
Janganlah kamu menyesuaikan diri dengan dunia ini,
melainkan berubahlah menjadi manusia berbudi baru,
sehingga kamu sanggup membedakan apa yang dikehendaki Allah, apa yang baik, apa yang berkenan pada-Nya dan apa yang sempurna."
(Paulus di Roma 12)


Kami menghadap pada-Mu
Allah yg baik selalu
Hati kami hancur luluh, remuk redam
Kami menangis mengaduh.

Kami sungguh menyadari
Kedosaan diri kami
Namun kami tetap ingat
Akan Dikau sumber Rahmat

Ampunilah dosa kami
Yang sudah kami sesali
Semoga berkat restu-Mu
Kami bertobat selalu

Sungguh banyak dosa kami
Semua kami akui
Maafkanlah, Ampunilah, Sembuhkanlah
Hati kami luka parah


Smog tubuh kamipun
Dengan tabah lagi tekun
Melatih tobat dan tapa
Dengan pantang dan puasa
dalam masa prapaska suci.

Kami mohon pada Tuhan
Smoga masa persiapan ini
Kaulimpahi rahmat suci
Agar layak merayakan PASKA KebangkitaMu!
Amin.

Lelah...

Tubuh nan perkasa mulai rapuh,

mencerminkan jiwa yg lelah...

Tak sanggup menanggung beban akhirnya ia terkapar di ranjang dlm sakit kesenyapan

Hati ingin berteriak mengaduh namun bibir menahan dg senyuman.


Ia lewat di hadapanku, kemudian ia mengawasi pohon-pohon yang gundul seakan memohon kpd swargaloka agar menumbuhkan kembali daun-daun asa.

Aku bertanya,"Di mana kita sekarang, Saudari?

Jawabnya,"Kita berada di padang kekaguman!"

Aku menyahut,"Aku tidak mau di sini, ayo kembali! Tempat terpencil ini menakutkan dan pohon-pohon gundul itu membuat hatiku sedih."

Ia menjawab,"Sabarlah. Kekaguman merupakan awal keberanian."


Kemudian aku memandang sekeliling, tampak sosok anggun mendekatiku.

"Siapakah dia, Saudari?" tanyaku

"Ia adalah Anak Manusia, Dewa Pengilham Dukha," jawabnya.

"Ooh, Saudariku yang suci, mengapa Pengalaman Duka mendekatiku, sedangkan engkau ada di dekatku jua?!" sergahku.

Jawabnya,"Ia hendak memperlihatkan bumi dan kedukaannya padamu, krn manusia yang tak melihat Dukha, tak akan dpt merasakan Kebahagiaan."


Tanpa menyahut, bagai badai pilu Anak Manusia menutup mataku, dan ketika terbuka mataku, tiada lagi kulihat perawan jelitaku lagi. Dan meradanglah aku.......


Kulihat pemandangan yg serba menyedihkan:


Malaikat-malaikat Salib berperang melawan Setan-setan Kenikmatan. Dan di antara mereka tampak manusia berdiri ditarik oleh harapan ke satu arah dan ditarik pula oleh Keputusasaan ke arah lain.


Kulihat juga Cinta dan Benci menggeluti hati manusia. Cinta menyembunyikan kesalahan manusia, namun juga memabukkannya dengan anggur penyerahan dan penjilatan nafsu. Sedangkan Benci membujuknya, menyumbat telinganya dan membutakan matanya terhadap Kebenaran.


Aku melihat pemuda merajut rayu merebut hati perawan melalui kata-kata manis, dan bak kerbau dicocok hidung mengikutinya. Perasaan murni mereka sudah kabur, dan keilahian mereka lenyap.


Kulihat pula pendeta-pendeta yg licik penuh tipu daya. Nabi-nabi palsu bersekongkol hendak mengganggu Kebahagiaan manusia.


Kulihat dokter-dokter mempermainkan jiwa kecil manusia berhati polos dan jujur, memusnahkan tunas kasih Ilahi demi harga diri palsu manusia.


Kulihat Kepercayaan terkubur dalam buku-buku, dan Keraguan berdiri terpaku.


Kala aku memandang smua itu, aku smakin menangis sejadi-jadinya, meradang pilu,"Wahai Anak Manusia, apakah ini bumi yang sejati? Inikah Manusia?"


Dengan swara lembut n pedih ia menjawab,

"Yang kaulihat adalah Jalan Jiwa, yg diratakan dg kerikil-kerikil tajam dan dilapisi dg duri. Ini hanyalah bayangan Manusia. Inilah Malam Gelap. Tapi tunggu! Pagi akan segera terbit di sini!"


Ia kembali meletakkan tangan atas mataku menutupnya lalu membukanya kembali. Dan astaga kegelapan itu lenyap berganti cahaya yang melampaui terang kartika. Anak Manusia itu memegang tanganku, mengajakku berjalan menyusul Harapan yg berjalan terlebih dahulu.

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger