Monday, February 23, 2009

MERESAPI DUNIA YANG BIASA

Sudah lama, saya tidak pernah datang ke Bekasi. Sekitar 6 bulan lebih. Teman-teman lama menunggu kehadiranku disana... Saya suka siang ini, tidak panas, tidak hujan, nyaman sekali. Bis Patas AC segera meluncur di hadapan saya, dan pengamen yang menyanyikan lagu-lagu baru yang enak didengar. Sepertinya alam juga merestui perjalanan panjang saya ke Bekasi.

..... Suara dengarkanlah aku , apa kabarnya pujaan hatiku,
Aku disini menunggunya masih berharap di dalam hatinya.
Suara dengarkanlah aku, apakah aku masih di hatinya
aku disini menunggunya, masih bertahan...
Lagu pertama yang dinyanyikan pengamen. Dari Band 'Hijau Daun'.

Wah, saya suka lagu ini... membujuk sampai mengajak saya untuk melamun... sambil menikmati pemandangan yang biasa dari Jakarta. Gedung-gedung yang menjulang tinggi, rumah-rumah besar dan kecil sampai jalan tol yang biasa saja. Tapi kali ini saya benar-benar memperhatikan dan menyelami tiap pandangan yang terlihat oleh sepasang mata saya. Gedung yang menjulang tinggi, seperti orang-orang Jakarta yang terus bersaing mencari nama dan kedudukan. Kontur jalan yang turun naik, plus kendaraan yang beraneka melengkapi arti kehidupan jalan raya. Entah hubungan yang saling menguntungkan atau memanfaatkan!! Jalan dan kendaraan tampak serasi berdampingan mengisi dunia yang penuh lika-liku. Ada juga orang-orang yang sikut kiri dan kanan untuk duduk di bis, untuk duduk nyaman di halte dsb...
Ada rasa syukur, Tuhan masih memberikan saya mata yang sempurna ini untuk melihat sampai menginterpretasikan alam sesuka hati saya. Mata yang mengajarkan saya untuk menjadi seorang Dwina yang “sekarang”.

Saya tersenyum ketika saya teringat pesan dari Raka: Untuk melihat, memperhatikan dan mengamati sekitar saya... karena waktu tidak akan kembali mundur. Sendirian...... saya menikmatinya seperti ketika saya menikmati perjalanan bersama orang tua saya ketika saya masih kecil. Hanya sekarang, saya yang bertanya, saya juga yang menjawab. Tak ada mama/ papa, tak ada teman dan tak ada kekasih di samping saya.

Cewek yang tiba-tiba duduk di samping saya, seketika menyapu cerita yang sedang bermain di lamunan saya. Kembali saya tenang dan nyaman karena yang duduk di samping saya bukan laki-laki paruh baya yang berbadan tambun, tapi cewek manis yang mungkin sebaya dengan saya. Hmmm, saya menyandarkan kepala, menikmati dan mengamati perjalanan lagi.....

Satu per satu bayangan masa lalu di Bekasi datang, muncul dan mulai mengisi babak demi babak lamunan saya. Berusaha merangkai cerita masa lalu secara berurut, dari awal sampai akhirnya selesai dan terbang bersama waktu. Saya tersenyum, karena saya bisa melewati akhir cerita itu dengan tegar dan kuat. Saya pun mencoba mengumpulkan kekuatan dulu untuk keputusan yang pasti menjelang Maret.

Mungkin karena saya melewati tempat-tempat yang dulu pernah kami lewati. Saya mengingat dia. Dia yang dulu pernah mengisi awal cerita cinta saya di pulau Jawa ini. Masa lalu yang tak pernah saya lupakan. Disinilah awal kedewasaan kami terbentuk. Awal pertemanan dari masa kuliah yang penuh tawa dan persaingan. Sampai akhirnya kami bertemu lagi di Jakarta. Dia adalah Agus. Alumni Mahasiswa Teknik Elektro yang seangkatan dengan saya.

Sekarang, kami sudah mengisi waktu yang berlalu dengan orang baru, kisah baru dan cerita baru. Dan kami tidak tahu lagi kabar masing-masing. Tapi, Jumat kemarin... saya menerima forwardan sms Agus dari sahabat saya 'Elsye': “Agus sedang opname di RS Omni” karena tifus. "Semoga saja dia lekas sembuh", pikir saya.

Agus seorang yang optimis, mandiri, pintar, pekerja keras termasuk juga keras kepala. Yah ini penilaian saya sendiri. Sekali lagi, itu watak Agus menurut versi saya! Mungkin ini lah yang menyebabkan dia sakit. Lupa makan dan kurang istirahat. Dia pasti baik-baik saja. Dia pasti bisa!!!
Sepengetahuan saya, dia masih ingin tahu tentang saya lewat elsye. Setiap bertemu atau bicara dengan teman-teman saya, ujungnya pasti berakhir dengan pertanyaan "bagaimana keadaan Wina"???? Karena itu, kami cukup tahu keadaan masing-masing lewat teman-teman saja. Tanpa bertemu, tanpa bicara dan tanpa saling tahu!!! Tanx Gust, untuk semua kisah kita yang dulu..... Saya harap kita berdua bisa bahagia dengan jalan kita masing-masing.

Fiuh, pikiran saya lelah, seiring lamanya saya duduk diam di bis yang mulai membuat pantat saya teriak 'capek'!!! Tiba di kos elsye, saya langsung menyandarkan badan saya ke tempat tidur. Kami cerita panjang lebar tentang kegiatan dan kejadian baru. Sebentar diam, sebentar tertawa... dan akhirnya sekitar pukul 4 sore, saya tertidur. Sore itu rencananya ke gereja, tetapi, saya mengantuk dan elsye tak tega membangunkan tidur lelap saya.

Pukul enam sore, saya terbangun dan kami langsung berkunjung sekaligus menginap di rumah teman kuliah saya dulu di Medan, Suryani. Energi saya sudah pulih, berjalan sambil cerita kisah lucu dengan elsye membuat sore itu begitu indah. Ketika saya melihat suryani dari kejauhan, saya sengaja mengganggu suryani dengan teriakan saya “Suryaniiiiiiiiii!!!!!!!!” Suryani langsung berlari dan kita berpelukan seperti sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu. Sambil cerita-cerita di kos suryani, kami foto-foto di HP dengan gaya yang aneh plus narsis!! Tukar-tukaran lagu di HP sampai ngegosip!!! Seperti sekelompok bocah-bocah kecil yang bermain diatas tempat tidur, menikmati permainan dan makanan kecil yang meramaikan suasana.

Berharap, bermimpi dan berhayal: andai??? andai??? dan sekali lagi andai??? sering kali menjadi topik hangat yang membuat masing-masing kadang sedih, kadang diam, kadang tertawa.

Ketika permainan selesai, saya terdiam. Saya melihat wajah-wajah dan gaya tidur teman saya dengan hati yang bersyukur. Tuhan, terima kasih... mereka bagian terindah yang mengisi hidup saya. Saya tahu, kami tak selamanya bersama. Pada satu masa, pada satu titik, kami bisa berpisah. Entah karena kami punya kesibukan sendiri, entah karena masing-masing nanti berkeluarga dan punya anak-anak, atau karena waktu yang sudah habis di dunia fana ini???

Saya terus mengamati kebersamaan ini. Dengan mata saya, sekaligus dengan hati saya. Mengingat kembali perjalanan awal menuju Bekasi sampai saya bertemu dengan teman-teman saya. Saya tak menyangka, waktu membuat kehidupan, keadaan, dan pengetahuan saya berubah... pun dengan teman-teman saya. Menyeruak rasa syukur dalam perjalanan singkat hari ini. Kejadian yang biasa, tetapi ada rasa syukur yang mengingatkan saya sekali lagi untuk menikmati "kebahagiaan dalam hal-hal-hal kecil". "Keindahan dalam Kesederhanaan". 'Keluarbiasaan dalam hal-hal yang biasa".

Thursday, February 19, 2009

PECUNDANG!!

Wanita itu kecewa. Muram. Hampir putus asa. Siapa yang sangka laki-laki yang dia lihat baik dan penuh perhatian itu ternyata hanya seorang buaya!!! (julukan bagi laki-laki yang suka mempermainkan wanita).
Yani. Wanita yang pintar, rajin, taat beribadah, smart. Hari ini kelihatan muram dan sedih. Diam dan menggerutu "kenapa dia bohong???". Sepertinya Yani bukan hanya menyalahkan Wisnu, tapi juga menyalahkan dirinya sendiri, mengapa terlalu cepat berharap dan menyukai semua perhatian baik Wisnu. Yani mengerang dan menangis. Dia hanya bisa mengadu pada sahabatnya Ria. Yani tak biasanya seperti ini!! Dia kalah, kacau dan membutuhkan pertolongan. Mendengar cerita Yani, sampai berusaha menenangkannya.... Ria tahu, hati sahabatnya itu hancur!!!
Wisnu, laki-laki yang dikenalnya di sebuah kelompok belajar anak-anak panti asuhan dan tidak mampu, di kawasan Jakarta Pusat. Tanpa pamrih, Yani semangat untuk mengajar, padahal jarak antara rumah dengan lokasi panti sangat jauh. Tubuh Yani kelihatan kurus dan tergambar kelelahan di wajahnya, apalagi Senin hingga Jumat, Yani bekerja di sebuah perusahaan swasta yang menuntut dia bekerja dengan teliti, maklum Yani bekerja sebagai Supervisor Accounting.
Kalau anak muda seperti Yani biasanya menikmati weekend dengan bersenang-senang, tapi Yani malah mengajar anak-anak panti. Karena sering bertemu dan Wisnu memberikan perhatian yang membuat Yani bangga, sosok Wisnu segera mengisi hati Yani yang kosong. "Ini bangku untuk kamu Yan, jangan berdiri, duduk aja", ucapan pertama dari Wisnu yang memberikan tempat duduknya untuk Yani. Dan selanjutnya perkenalan itu berlanjut dengan telepon, sms, nganter pulang, dsb. Ria sendiri membaca kalau Wisnu memang menyukai Yani.
Pendekatan sekitar 10 bulan, Wisnu tak pernah mengikrarkan hubungan mereka sebagai pasangan. Yani merasa ada yang aneh, tapi tak urung bertanya. Bahkan Wisnu semakin menjauh dan menjaga jarak, sampai akhirnya hampir menghilang tanpa pesan. Yani melawan keegoannya untuk mencari tahu ada apa??? Wisnu selalu mengelak. Sampai akhirnya sms Yani: "Wisnu, saya tidak tahu apa yang terjadi? Tapi setidaknya kamu berikan saya jawaban agar saya bisa melanjutkan hidup saya tanpa mencari jawaban tentang kamu. Setelah itu, kita jalani semuanya dengan tenang. GBU". Wisnu membalas dengan singkat dan padat: "Yani, maafkan saya. Saya sudah menikah. Saya memang seorang pecundang, karena itu saya tidak pantas bersama kamu".
Yani kaget!! Wisnu sudah menikah?? Kapan? Dimana? Kenapa dia dulu bohong? Bukankah saya pernah tanya? Yani hanya bisa merenungi nasibnya. Dia tidak menyangka kalau Wisnu sejauh itu, hanya sampai Wisnu sudah punya cewek lain, bukannya sampai menikah??!!! Tapi jawaban itu lebih lengkap lagi, karena Wiwi yang baru dikenal Yani (sekampung Wisnu) memberitahu kalau Wisnu itu sudah menikah sejak lama, jauh sebelum Yani kenal dengan Wisnu. Apaaa????!!! Sontak Ria sebagai pendengar saja tak percaya dan terdiam sejenak. Ria hanya berpikir: Bagaimana hati Yani? Apa yang bisa Ria perbuat untuk Yani?
"Yani, tabah yah... Jangan merasa bersalah dan bodoh. Kita hanya manusia biasa yang bisa saja salah dan jatuh", ucap Ria. Diam. Hening. Tersendat-sendat tapi pasti Yani bicara, "saya mau lupain Wisnu dan semua yang berhubungan dengannya. Wisnu memang pecundang, jahat banget!! Tapi sudahlah, saya harap Wisnu sadar kalau dia udah buat kesalahan. Saya mengampuninya".
Yani, hatimu memang begitu baik.......
"Seorang pecundang, pembohong, menutupi kekurangan dan kejahatannya dengan sikap baik yang bersifat sementara. Sebagai manusia biasa, salah menilai mungkin saja terjadi. Berhati-hatilah dan bawa dalam doa setiap harap dan citamu. Manusia yang baik hati itu, bukan hanya dari penampilan luar dan sifat baik yang sesaat, tapi dari hati yang sederhana, setia dan tulus selamanya........... Tuhan tahu, siapa yang benar dan salah. God Bless U all...."

SAATNYA BERJUANG DEMI SI DIA!

# Terpaut usia
Umur terpaut jauh sering menjadi masalah. Si dia ketuaan, dibilang lebih cocok jadi om kita. Si dia jauh lebih muda, apalagi.... Begitu pacar main ke rumah, alih-alih bersikap ramah, orangtua kita malah menyambut dengan tatapan aneh. Seperti pengalaman Julian, 23. “Pacar saya masih muda banget, baru merayakan ulang tahun ke-18 bulan lalu dan masih kuliah. Sebenarnya kami sama sekali nggak ada masalah, apalagi pribadi si dia dewasa. Tapi sayangnya, orangtua saya nggak setuju dengan hubungan kami—saya disuruh putus.” Pembuktian bahwa usia sama sekali nggak mempengaruhi tingkat kematangan seseorang butuh usaha ekstra. Kita juga nggak bisa berjuang sendirian. Dorong si dia bersikap pantang mundur. Sekalipun dijutekin ortu, hindari pacaran lewat jalan belakang. Si dia harus menunjukkan kedewasaannya dengan berani menghadapi dan berniat meluluhkan hati ortu kita, dong…. Beri waktu pada orangtua untuk menyadari itikad baik si dia dan... akhirnya mereka nggak mempermasalahkan usia si dia lagi.

#Musuh bebuyutan
Apa jadinya kalau hubungan kita dan si dia baik-baik saja, tapi orangtua kita dan orangtua si dia punya cerita masa lalu, seperti pengalaman Nana, 26. “Hubungan saya dan si dia sudah berjalan dua tahun, dan selama ini berjalan baik-baik saja. Tapi sayangnya, sampai sekarang kami masih backstreet karena masing-masing orangtua nggak setuju dengan hubungan kami. Masalahnya cuma satu, ayah saya pernah berpacaran dengan ibu si dia waktu masih kuliah—putusnya nggak baik-baik pula.”
Aneh juga, sih, kalau hubungan kita dan si dia terganggu cuma gara-gara masa lalu orangtua—kayak Romeo + Juliet aja! Lebih konyol lagi karena ternyata orangtua yang kita anggap lebihmatang dan bijaksana malah bertingkah kekanak-kanakan seperti itu.
Coba, deh, pertemukan mereka berempat pada suatu kesempatan, ulangtahun kita misalnya. Kalau suasana sudah cair karena orangtua sudah bisa ngobrol santai, siap-siap say goodbye sama kata-kata backstreet, deh

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger