Friday, September 11, 2015

Hidup Terus Berjalan, Wujudkanlah Mimpi


Tak cukup banyak cara untuk menggapai mimpimu? Mulai dari mana? Caranya bagaimana? Sampai akhirnya karena tak berani menggapai impian, kamu akhirnya menyerah dan jatuh tergeletak di zona nyamanmu. Mencintai kenyamanan dan terdiam menunggu keajaiban yang datang entah kapan. Sementara waktu terus berjalan dan tak perduli dengan kediamanmu menanti keajaiban.

Hai... bukankah keajaiban itu datang karena keberanianmu melangkah? Keajaiban itu datang karena keberanianmu mendobrak rasa nyaman diam tak bergerak itu? Cobalah, dan terus mencoba. Apa yang bisa kamu dapatkan dengan diam dan terpesona akan kenyamanan fantasi yang fatamorgana? Lebih baik kamu mencoba berusaha, walau mungkin akan kamu temukan cobaan baru, masalah baru, tapi setidaknya kamu tahu apa yang salah dan perlu kamu perbaiki. 

Kenyamanan dan diam akan kita dapatkan saat kita tiada. Jadi tak perlu dicari dan dipertahankan selama kita masih hidup. Diam dan nyaman dalam hidupmu akan tiba saatnya, saat kamu sendirian dan membiru menghadap Sang Khalik. Di dunia?? Dunia memang tidak memberikan kepastian, waktu di dunia terus berjalan dengan berbagai cara menggelitik jiwa dan hatimu untuk tertawa, tersenyum dan menangis.

Kamu adalah manifestasi hidup kamu, kamu adalah penulis skenario hidup kamu. Mungkin orang lain memperlakukanmu tidak adil, mempersalahkan kekurangan kamu, membesar-besarkan kesalahan kecil kamu bahkan mencibirmu kepada orang lain. Tersenyumlah, tak perlu membalas, biarkan saja dia dengan puasnya mengecilkan pribadi kamu. Ini hidup kamu, tersenyumlah apapun yang dikatakan orang lain. Karena hidupmu bukan tergantung kata-kata mereka dan mereka tidak tahu apa-apa tentang kamu. Jika kamu ingin membuktikan pada mereka bahwa mereka salah, kamu hanya perlu mewujudkan mimpi terbaik itu. Dengan menunjukkan kamu bahagia, tersenyum dan berhasil, adalah cara terbaik untuk balas menjawab pandangan negatif orang lain.

Segalanya butuh proses tetapi perjuangan panjang pasti akan terbayarkan. Jangan menyerah apabila kamu jatuh sekali dua kali, atau mungkin ratusan kali. Kamu memang hanya perlu bangkit lagi, bahkan apabila semesta seolah bangkit melawanmu. Jangan menyerah tapi jangan biarkan diri kamu jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Sederhana tapi memang tidak mudah.

Cinta? Cinta yang pantas mendamipingimu itu adalah cinta yang menghargai kekurangan dan kelebihanmu, memaafkan dengan hati dan tak mengungkit masa lalu, berani bersikap tegas untuk kebahagiaan berdua. Tak perlu menyesali masa lalu, karena masa lalu tidak bisa dirubah. Andai kamu menyesal kenapa harus bertemu pria yang salah lagi. Andai kamu menyesal kenapa harus bertemu pria yang selalu menyalahkanmu dan tak pernah memahami kamu. Andai kamu menyesal kenapa harus pernah berhubungan dengan pria bermental pengecut dan tidak berani melangkah. Semuanya hanya bisa dijawab oleh dirimu sendiri. Karena luka yang tergores itu ada padamu, sejatinya kamu sendirilah yang mampu mengobati rasa sakit dan luka itu.

Gagal bukan berarti tak bisa. Gagal bukan berarti kamu selalu salah. Inilah kehidupan untuk membentukmu lebih dewasa dan bijaksana dalam memilih dan akhirnya sukses meraih mimpimu. Hidup tak melulu memikirkan orang yang menghancurkan hidup dan mimpimu. 

Misalkan saja dalam pacaran kamu bertemu orang yang salah lagi. Orang yang selalu mengambil sisi negatif dari setiap kejadian, bahkan menuduhmu adalah si pembuat masalah. Bersyukurlah, kamu sudah menemukan orang seperti itu. Karena kamu belajar untuk diam dan menangis, belajar untuk menikmati rasa luka yang rasanya membunuhmu, tidak membalas semua ucapan kasarnya, pergi dengan ikhlas dan tersenyumlah. Itu adalah pelajaran berharga untukmu. Karena tak semua orang pernah merasakan proses seperti itu. 

Kamu adalah kamu yang bukan memakai topeng, yang tidak selalu merasa benar karena kamu sadar bahwa kamu tidak sempurna. Bangunlah, tak perlu lagi mencari kesalahan. Bangunlah, tak perlu lagi mencari siapa yang benar. Bangunlah, tak perlu terlena dengan ucapan indah cinta yang hanya kata tanpa bukti. Karena lidah tak bertulang, dan kamu tak bisa menyalahkan siapapun. Dia, kamu, mereka, berhak untuk menilai orang lain. Hanya kamu yang tau siapa dirimu dan memantaskan diri dalam kehidupan yang lebih baik. 

Lepaskan saja beban masa lalu yang menyakitkan. Pastikan kamu sudah berusaha keras memperbaiki keadaan, dan bila tidak bisa diperbaiki, ikhlaskanlah. Jangan manja ketika kamu jatuh, hidup terus berjalan tanpa perduli perasaanmu. Kamu hanya perlu bangkit lagi. Jika ingin mewujudkan mimpi, bangunlah dan tata hidupmu dengan cerdas. Ini soal pergumulan dengan dirimu sendiri. Kamu harus percaya pada mimpimu melebihi siapapun. Bahwa mimpimu tidak akan tergeletak dan terinjak, jatuh dan binasa oleh orang lain. Ini persoalan bagaimana kamu berani menggenggam mimpi itu untuk dibawa hingga ke garis akhir. Karena hidup terus berjalan dan ada yang tak bisa pernah kembali: Waktu, Perkataan dan Kesempatan.


Tuesday, September 8, 2015

Please Remember Me



Time, sometimes the time just slips away
And your left with yesterday
Left with the memories, 
I'll always think of you and smile
And be happy for the time
I had you with me

Though we go our seperate ways
I won't forget so don't forget the memories we made
Please remember, please remember
I was there for you and you were there for me
Please remember, our time together
The time was yours and mine while we were wild and free
Please remember, please remember me

Goodbye, there's just no sadder word to say
And it's sad to walk awaywith just the memories
Who's to know what might have been
We'll leave behind a life and time 
I'll never know again
Please remember, please remember me

I was there for you and you were there for me
And remember, Please remember me
Please remember, please remember I was there for you And you were there for me
Please remember, our time together The time was yours and mine
While we were wild and free

Then remember, please remember me
And how we laugh and how we smile
And how this heart was yours and mine 
and how a dream was out of reach I stood by you, you stood by me
We took each day and made it shine
We wrote our names across the sky
We ride so fast, we ride so free
And I knew that you had me

Itu adalah lagu yang terakhir kalinya kuberikan untuk dia. Sudah beberapa bulan berlalu, aku masih mengingat dia dan lagu ini. 

Sekejap duniaku berubah saat Leo menyampaikan kabar tentang dia. Duniaku berhenti, air mata turun, dadaku sesak dan sulit bernafas, tubuhku kedinginan dan gemetar, semua langsung lesu dan buram. Aku tak melihat dia, aku hanya mendengar kabarnya, dan semua langsung berubah. 

Aku terdiam, mundur, dan sakit sekali rasanya. Apa yang terjadi saat ini membuktikan aku masih mencintai dia. Dan sakitnya adalah, rasa cinta ini membuatku tersiksa dan sakit. Tak adakah yang mengerti perasaanku? Tahukah kamu kalau aku masih mencintaimu dan semua membuatku takut.

Aku takut untuk bertemu kamu, aku takut untuk melihatmu lagi, aku takut bersamamu lagi, aku takut untuk memulai lagi denganmu atau pun bersama dengan yang lain. Aku hanya ingin sendiri. Aku hanya ingin pergi dari manapun, duniaku yang lain. Oh... rasanya berat untuk bangun dari mimpi siang ini. Wajahmu masih teringat jelas di hatiku, dan semua tentangmu masih kuingat.

Kudengar kau disana menanyakan kabarku apakah aku sehat-sehat saja. Taukah kamu, sekian lama aku berharap kamu menanyakan kabarku? Kudengar kau disana menyatakan kalau aku adalah cintamu yang pertama dan terakhir, kalau tidak ada lagi wanita yang bisa mengisi hatimu. 

Aku lemas mendengar pengakuanmu itu. Entah apa yang membuatmu membuat pengakuan seperti itu kepada Leo. Kamu tau, Leo pasti menyampaikannya padaku, dan itu membuatku menangis. Selama ini aku berpikir kau tidak pernah mencintaiku, kau tidak pernah menganggapku pernah ada.

Aku tak tahan menahan air mata di meja kantor, dan meluapkan air mataku di toilet. Di toilet, kurasa nafasku sesak dan lemas. Aku takut sesak nafas ini membuatku harus pulang ke Medan lagi dan menyusahkan orang tuaku.

Leo..., bahkan berpikir kalau aku tega karena sekarang sudah dekat dengan pria lain. Akhirnya aku bilang ke Leo kalau semua yang kulewati sangat berat. Aku sakit dan pulang ke Medan, bolak-balik jatuh, menyendiri dan menangis, rasanya sia-sia dan tak punya harapan. Tak pernah semudah itu Leo. Tak pernah semudah itu melupakan dia dan membiasakan hidupku tanpa dia.

Leo, kamu bertanya apa aku sangat mencintai dia? Ya, aku bilang iya, dan akhirnya kamu pun terdiam. Aku? Perasaanku? Sakitku? Ketahuilah, semua ini tak mudah untukku....

Terima kasih untuk teman kami Leo, yang sudah menyiapkan waktu dan telinganya untuk mendengarkan curhatan kami. Bagiku, Leo adalah bagian dari jalan Tuhan untuk kami. Entah bagaimana akhirnya, Leo ada diantara cerita kami. Terima kasih untuk semuanya Leo....

Tuesday, August 25, 2015

Malaikat Juga Tahu


"... Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang." (Rectoverso)

Lelahmu...jadi lelahku juga
Bahagiamu...bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri

Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat tak bersayap
Tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya

Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian, tetapi kesempatan
Untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji

Ku percaya diri, cintakulah yang sejati
Kau selalu meminta terus kutemani
Dan kau s'lalu bercanda andai wajahku diganti
Melarangku pergi karena tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan (Dee)



Kamu pernah menjadi seorang malaikat tak bersayap untukku, dan kupikir biarkanlah sebagai malaikat yang selalu ada di sampingku. Karena aku hanya ingin melihat kebaikan yang ada padamu.

Aku paham, inilah takdir kita berdua. Berbagi takdir bersamamu, aku tau kau pun merasakan hal yang sama. Tak ada yang salah dengan cinta kita, cerita kita adalah sejarah.

Bukannya ingin melihat siapa yang menang atau kalah, siapa yang akhirnya bahagia atau sedih. Biarkan kita jalani tanpa menghakimi, biarkan kita jalani tanpa caci maki, biarkan kita jalani tanpa sakit hati. Aku berharap kamu bisa bahagia dengan pilihanmu, dan aku pun pantas bahagia walau tak bisa bersamamu.

Kalau kau tanya, apakah perasaanku padamu? Apakah aku sakit hati? Apakah aku masih mencintaimu? Setelah setahun ini, semua perasaan itu masih ada, dan kupikir biarkanlah semua menjadi warna abadi, atau mungkin akan memudar seiring waktu, aku pun tak tau.

Walau susah payah membangun rasa percaya lagi pada cinta, aku berusaha untuk mengerti waktu terus berjalan, tak bisa menunggu dan diam. Kau tak perlu lagi kutunggu dan kuingat-ingat. Dari semua mimpi dan nyata yang kutakutkan adalah perpisahan kita. Tapi, itu semua sudah terjadi. Kurasa kau tahu betapa hancurnya aku saat itu…….

Sekarang, ada sosok biasa yang mengisi hari-hariku. Awalnya aku tak yakin, hatiku marah, kesal, ga terima. Bahkan aku kesal karena dia sabar, dan aku sudah menyampaikan dengan kiasan halus menunjukkan aku ga suka, ga mau dan ga terima. Bersama dia, kepalaku pusing, mual, muntah dan tidak selera makan. Hatiku menangis. Saat di mobil bersamanya, aku bilang kalau aku ga suka dia, jangan bicara terlalu banyak karena kepalaku pusing dan mau muntah. Si abang langsung dengan sabar bilang, “adek jangan pusing, aku tidak memaksa.”

Melihat bagaimana bahagianya orang tuaku, kalau sekarang aku didekati seorang pria batak, PNS, mapan, punya jabatan, dewasa, sopan dan berani bertemu orang tuaku. Aku tak punya pilihan, karena semua tipe pria baik ada padanya. Orang tuaku yang sakit dan sudah tua pun bahagia dan langsung menari-nari, katanya ingin sekali bisa melaksanakan pesta pernikahanku. Aku diam……….

Sebulan sosok biasa itu selalu sabar bahkan sepertinya dia tau aku tak suka dikejar-kejar dan selalu ditanya mengenai perasaanku, dia hanya bisa memperhatikanku sebagai seorang yang lebih dewasa. Kami memang jauh, dia di Medan, tetapi dia selalu memberikan sikap yang dewasa dan mengerti kecuekan ku. Dia tak punya cukup banyak kata, tapi dia menunjukkan keseriusannya dengan tindakan yang membuatku mulai menerima dia.

Walau dia lebih tinggi jabatannya, dia selalu ingin lebih baik lagi, tidak sombong dan pamer. Aku suka cowok pintar. Dia tidak suka tebar pesona, tidak banyak ngomong dan obral janji, dia lebih menunjukkan kemampuannya dengan sikap dan hasil. Aku tau ini semua, karena dia satu kantor dengan adikku yang PNS, tetapi mereka beda bagian kerja.

Bahkan, karena saat itu aku tidak terlalu ingin berkenalan dengan dia, teman-teman sekantornya sampai rela menjemputku dan menemani kami makan agar aku tidak malas. Yah, aku berkenalan dengannya saat aku berlibur ke Medan. Bertemu dengannya bukan hal yang direncanakan, tak ada tujuan keluarga untuk mempertemukan, kami bahkan tidak mengenal dia. Adikku yang sekantor dengannya pun tak pernah bicara dan kenal dengannya. Karena dia sibuk dan jarang di kantor, kalau pun di kantor dia sibuk dengan pekerjaannya. Atasannya pun sampai merekemondesikan dia, dan menyampaikan kalau Abang adalah sosok biasa yang punya kebaikan dan kemampuan luar biasa. Semua teman, atasan, saudara, mengatakan dia adalah laki-laki yang baik.

Aku?? Seperti biasa, hanya bisa diam dan tersenyum, tak banyak bicara, malah kepalaku makin pusing. Kupikir si abang tahu, aku tidak suka padanya….

Sebulan…, jarak jauh, dan kami mulai dekat, mulai bisa tertawa. Setelah aku nyaman, ada step lagi yang harus kusiapkan: aku harus siap menikah, siap kembali ke rumahnya di Medan. Tapi sebelum itu, aku juga harus siap menyampaikan semua masa laluku. Yang bisa saja dia tanyakan kapan saja.

Sekarang, aku menjalani hubungan yang serius, bukan hanya untuk pacaran, tetapi untuk menikah dan membahagiakan orang tuaku. Sudah tak saatnya bermain dengan perasaanku, tetapi belajar realistis, kalau hidup terus berjalan tanpa bisa mengerti perasaanku atau harapanku.

Bersama dia, aku mulai bisa tersenyum, aku bahagia. Entahlah dengan semua rencana yang sudah dia siapkan untukku. Tak muluk-muluk, aku juga tak sempurna, jadi tak perlu juga aku menuntutnya sempurna seperti harapanku. Semua kita lihat saja, entah apa yang terjadi ke depannya, dia kah pelabuhan terakhir itu? Aku tak tau, tak berani berspekulasi, tak berani berharap tinggi, hanya berserah dan menjalaninya dengan lebih baik lagi. Kalau Tuhan merestui, mungkin rencana pernikahan itu akan terjadi dalam waktu dekat ini. Atau kalau tidak jadi, itu pun juga yang terbaik. Aku menyiapkan hatiku untuk menerima kedatangannya September ini dan siap-siap mendengar hal serius yang akan dia sampaikan. Hal ini sudah dia sampaikan, agar aku bersiap-siap.

Tuhan... tetaplah bersamaku mengambil keputusan. Tuhan... tetaplah bersamaku menyampaikan dan menjawab semua tentang aku, perasaanku dan harapanku. Tuhan... apapun yang terjadi, aku berserah padaMu dan percaya campur tanganMu.


Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger