Dalam kehidupan sehari-hari ada saja orang yang berprofesi dan memiliki rutinitas baik, tetapi ternyata sikapnya tidak baik. Biasanya lebih banyak ngomong, memberikan role model dan aturan teoritis yang tanpa dia katakan pun semua orang sudah tahu itulah yang baik. Rajin memberikan ceramah/ kata-kata mutiara yang bijaksana, tetapi dia sendiri tidak bisa melaksanakannya, ga mau kalah dan selalu benar. Seperti menutupi semua sifatnya dalam topeng tebal dibalik kata, pakaian atau profesinya.
Kadang, lebih nyaman mengenal / bergaul dengan orang jahat, memiliki profesi tidak lazim, tetapi sikapnya tidak ditutupi topeng. Orang jujur tidak repot dan tidak susah untuk bertopeng dengan berpura-pura baik diluar, mereka apa adanya, dan tidak ingin merugikan orang lain. Jahat ya jahat, kotor ya kotor, tetapi tidak ingin membuat orang lain mencontoh kesalahan mereka, tak ingin mempengaruhi orang lain dan merusak kehidupan orang lain. Semua dilakukan atas dasar kebebasan dan tanpa memaksa.
Misalkan saja ada seseorang "wanita malam", mereka memang mengetahui profesi mereka salah, tidak baik dicontoh, tetapi mereka tidak mempengaruhi orang lain untuk mengikuti mereka. Mereka menunggu pelanggan, bukan memaksa pelanggan. Tak bertopeng seperti malaikat jatuh dari langit, atau pangeran berjubah putih yang seakan-akan tanpa noda dan dosa. Karena mereka mau membantu, mendengar dan memberikan sandaran saat temannya punya masalah atau sedih.
Bagaimana dengan manusia bertopeng? Yang setiap hari rajin memberikan kata-kata mutiara, bekerja di tempat yang seperti tanpa dosa, setiap hari memberikan atau mendapatkan siraman rohani, tetapi tidak memiliki hati yang sama seperti rutinitasnya. Rasanya lebih kaget dan tak menyangka bila dia melakukan kesalahan itu karena semua orang berpikir rasanya ga mungkin dia melakukan itu. Bahkan si korban dari manusia bertopeng ini pun jatuhnya sakit luar biasa karena tidak menyangka dia akan setega atau sejahat itu.
Untuk orang yang sifatnya bertopeng sampai ada lagunya lho dari Peter Pan "Topeng" yang mungkin dari pengalaman personelnya, liriknya seperti ini :
Tapi kudapat melangkah pergiBila kau tipu aku disiniKudapat melangkah pergiKu dapat hal itu
Reff :Tapi buka dulu topengmuBuka dulu topengmuBiar ku lihat warnamuKan kulihat warnamu
Reff :Tapi buka dulu topengmuBuka dulu topengmuBiar ku lihat warnamuKan kulihat warnamu
Ada lagi lagu yang menceritakan tipuan dan dari Nugie judulnya "Tertipu" liriknya begini:
Manis tutur kataDari mulut yang terbungkus norma-normaHarum wangi tubuhTerbar aroma beratus bunga mawar
Itu palsu, Itu topengAku Tertipu,Dia memikatku tanpa beri aku kesempatan'Tuk berdalih dan coba berpikirRenggut apapun,semua keringat, air mata dan hatiku
Manis tutur kataDari mulut yang terbungkus norma-normaHarum wangi tubuhTerbar aroma beratus bunga mawar
Itu palsu, Itu topengAku Tertipu,Dia memikatku tanpa beri aku kesempatan'Tuk berdalih dan coba berpikirRenggut apapun,semua keringat, air mata dan hatiku
Itulah kenapa untuk mengenali seseorang lebih dekat atau berhubungan jangka panjang, kita berharap bisa diterima "apa adanya", bukan "ada apanya". Kecuali hanya ingin memiliki hubungan singkat atau hanya persinggahan semata-mata untuk mencari pengalaman, tantangan, atau hiburan.
Katakan 'Ya' bila 'Ya', katakan 'Tidak' bila 'Tidak' dengan tutur kata yang baik dan sopan lho, bukan dengan frontal atau keras. Karena biasanya dengan penyampaian yang keras, susah diterima oleh pendengarnya.
Bisa saja, orang yang menjadi korban seseorang yang bertopeng pun, pada akhirnya bertopeng menutupi kesedihannya, hanya untuk menghargai dirinya sendiri dihadapan orang yang sudah menyakiti hatinya. Dan subjek yang sudah menipu orang lain melenggang manis tanpa berdosa telah menyakiti orang lain. Atau bila pun dia menyadari kesalahannya, dengan alasan bahwa pengampunan bisa dia dapatkan dari Tuhan tetap berjalan tegak diatas kesedihan orang lain tanpa berubah menjadi lebih baik, tanpa merasa bersalah dan berdosa sudah menyakiti orang lain.
Penerimaan yang tulus, mampu menerima apa adanya, adalah hal yang indah. Sampai kapan akan menutupi hati dan sifat asli kita dengan topeng yang hanya membuat orang lain tak sadar lalu lama kelamaan menyadari bahwa sudah tertipu, sampai akhirnya sakit hati? Cukuplah kehadiran yang tulus, watak sikap yang jujur tanpa basa-basi, tanpa topeng kebenaran untuk menyalahkan orang lain, menjadi dasar perkenalan.
Tak semua orang sempurna dengan kebaikan, kecantikan dan kemurnian, selalu ada saja cacat, noda dan kesalahan masa lalu. Apakah pernah kamu menemukan orang baik yang sempurna sesuai dengan keinginan, dan pemikiran kamu?
Jadi jangan berpikir kamu terlalu baik atau sangat baik untuk orang lain, jangan selalu menganggap diri paling benar dan orang lain itu salah, jangan menghakimi orang lain karena suatu saat kita tidak tahu saat kemalangan atau kesusahan datang.
Hidup ini indah bila kita saling menerima dengan penuh kasih serta saling menerima perbedaan. Perbaikilah sifat dan sikap yang mungkin masih salah. Jadilah kamu seperti kamu apa adanya. Jadilah diri sendiri yang bebas dan siap menerima perubahan ke arah yang lebih baik. Jadilah diri sendiri, bukan terpaksa merubah diri karena orang lain, tetapi sebaiknya perubahan itu berasal dari keinginanmu sendiri. Jadilah diri sendiri tanpa menipu dan bertopeng, karena bila sekali kamu berbohong, kamu akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya, capek kan??? Padahal siapa tahu teman, pasangan, saudaramu, orang lain di sekitarmu menyukai sifat aslimu yang lucu, periang, penuh canda dan lain-lain.