Wednesday, July 1, 2015

Penyakit Lupa


Kesekian kalinya, dalam bulan Juni 2015, kelupaan lagi. Minggu kemarin HP Android sudah hilang di kolam renang karena lupa ketinggalan di kursi kolam. Akhirnya ke Grapari Telkomsel minta nomor lama diaktivasi lagi. Dan tanggal 30 Juni 2015 sore, saat pulang kantor dan sudah tiba di rumah, harus balik lagi ke kantor karena HP tidak ada di tas. Padahal belum sempat beli HP canggih, HP yang tinggal ini adalah HP biasa hanya untuk keperluan mendadak telepon atau sms. Balik lagi ke kantor dengan bercelana santai dan berharap Office Boy masih ada di bawah, karena kalau OB sudah di lantai 5, harus teriak kayak "Tarzan" biar kedengaran dan pintu utama bisa dibuka.

Yup, saat kembali ke kantor, pintu utama masih terbuka dan langsung ke meja untuk mengecek ulang laci dan meja, siapa tahu HP nya masih ada. Holaaaa, HP hitam Nokia yang mungil pun masih ada. Sekarang mau ke ATM BCA transfer bayar kain Batik, sampai di halte Busway, lupa bawa dompet dan kartu ATM. Oalah... lupa lagi? Whaaattt? Geleng-geleng kepala, sambil jalan santai kayak di pantai padahal yang dilewati bukan pantai, tapi jalan kering yang penuh orang-orang yang sibuk beli makanan buka puasa. Tak peduli itu orang suit-suit atau manggil-manggil cewek, bodo amat, jalan aja, anggap aja orang-orang kurang kerjaan kepo, ga bisa liat cewek manis jalan sendirian. Miss no comment, miss cuek, miss freedom sih, sudah disematkan teman-teman sepermainan. Jurus yang ampuh banget dan sudah biasa untuk menangani orang-orang kepo, followers, haters, dan lain sebagainya. Biasalah itu, namanya hidup pasti ada dimana saja orang yang mengganggu atau tidak setuju dengan cara/ jalan orang lain. Jadi ga usah dipikirinlah orang-orang seperti itu, positive thinking aja, selama ga disenggol bodynya. 

Ya ampun , cerita ke teman kantor malah diketawain dan bilang kuping bisa juga tuh ketinggalan kalau dilepas. Diketawain gitu, bingung antara galau dan lucu.

Setiba di rumah, nonton TV sambil menyiapkan sayuran salad untuk dimakan dan pengen makan mie goreng contekan resep ka Roma (ka Roma ini dulu yang bantu-bantu di rumah waktu masih anak kecil). Yup, jadilah makanannya yang ciamik. Selesai makan, mandi dan nonton film kesukaan "Tetangga Masa Gitu", "Ashoka", "Jodha Akbar", "Cinta di Langit Taj Mahal". Kenapa suka film itu ya? Jawabannya karena ceritanya lucu, ada hikmahnya, ada cowok gantengnya xixixixi. Naik sepedanya 2 kali seminggu aja deh, soalnya kalau naik sepeda, pasti ga lihat si Bastian Irawan (Deva Mahendra) di film Tetangga Masa Gitu. Kan kangen lihat Bintang (Chelsea Islan) diromantisin sama Bastian, cieeeee.....

Asyik banget nih nonton TV, tiba-tiba di kamar depan anak kost ada yang lagi minta bantuan karyawan kost (Mas Ade) untuk perbaiki dispenser. Berhubung sudah sering jadi teknisi untuk keperluan sendiri, ikutlah nimbrung dan bantuin mas ade perbaiki dispenser, sedangkan teman cewek pada bingung kenapa kog cewek ini ngerti?. Berhubung si mas ade bingung dispensernya ga bocor, nah sarannya sih coba diganti galon aqua, kayaknya galon aqua bisa aja bocor. "Ternyata benar nih cewek kalau galon aquanya yang bocor" kata mas ade. Teman kost ngucapin banyak makasih karna ga jadi beli dispenser baru, hehehe....

Pagi ini, sempat mau nangis karena jam tangan putih kesayangan ga kelihatan. Pikiran pun kembali ke penyakit lupa yang sering meradang saat ini. Galau banget, kog bisa jam kesayangan dan paling mahal diantara yang lain hilang, padahal baru kemarin dipakai ke kantor? sambil jalan dengan galau ke kantor, ehhh... ternyata saat meraba tas lagi, ada jam putih terselip disana. Ya Tuhan, makasih banyak, jam ini ketemu dan langsung dipakai.

Kalau penyakit lupa masih meradang, gimana mau beli HP baru? Kalau hilang lagi, trus mau gimana? Sayang kan uangnya, apalagi kalau HPnya masih kredit, hiks... bisa nangis bombay.

Kembali lagi teringat dia yang jauh disana. Biasanya ada dia yang selalu ingatin kalau lupa. Biasanya ada dia yang selalu bilang, "Bunny, ada yang lupa ga, cek lagi dong. Bunny, kamu mau makan apa? Bunny, aku mau ke kost kamu, kamu mau dibeliin/ dibawain apa? Bunny kita nonton yuk... Bunny sexy, Bunny kamu pulang jam berapa mau dijemput? Bunny makan rujak yuk", sangat merindukan panggilan dan kebiasaan itu. Mengenalnya selama 5 tahun, setiap ada masalah, selalu teringat dia lagi, dan rasanya kenapa masih selalu ada dia, walau semua bisa dilakukan sendiri tanpa dia, tetapi ada saja bayangan yang mengingatkan tentang dia.

Entahlah, apakah ini karena sudah 2 malam yang lalu terus memimpikan dia? Padahal sebelum tidur sering ketiduran karena lelah baca buku. Setelah 2 malam bermimpi tentang dia, malam ketiga mimpi digigit ular, yang menurut versi sendiri sih Horor banget tuh mimpi, sampe terbangun dan ga berani matiin lampu. Kalau kata teman kantor artinya mimpi dikejar dan digigit ular, jodohnya sudah dekat. Ya ampun, ini teman kantor bisa aja menggombal, ujung-ujungnya, ntar kalau merid kita makan-makan ya sist, hahahaha, amin sist and bro.

Sudahlah, ini hanya penyakit lupa, bukan karena sedang merindukan dia. Sudahlah, penyakit lupa ini pasti bisa sembuh dengan berjalannya waktu. Semoga kerinduan ini bukan jadi mimpi diatas mimpi. Kenyataannya kami sudah tak pernah ketemu dan bicara lagi dan sudah tak mau mengharapkan apa-apa lagi. Ini hanyalah memori yang mungkin mengingatkan bahwa dengannya hanyalah sebuah mimpi dan harus dihentikan. Dia sudah sangat membuat sakit hati, jadi biarlah dia bahagia dengan jalan pilihannya (mencoba tegar dan mengerti kalau sekarang dia bukan seperti dulu lagi).

#cerita-sahabat


Friday, June 26, 2015

Taize dan Nilai Keheningan



Pernahkah kamu merasa tak adil dalam hidup? Pernahkah kamu merasa saat berdoa kog rasanya lelah memohon dan meminta, hanya ingin tenang dan mendiamkan diri? Mendengar dalam keheningan apakah rencana Tuhan? Bagaimana mungkin kita dapat menggapai keheningan batin? Kadang kala kita tampak diam, namun justru sebenarnya kita mengalami sebuah pergumulan dengan seseorang yang kita bayangkan, atau dengan diri kita sendiri. 

Dalam keramaian, kebisingan, hiruk pikuk dan kemacetan ibu kota, tuntutan hidup dan harapan, gosip dan kesibukan lain, rasanya lelah untuk bicara dan mendengar. Saatnya memerlukan keheningan, diam dalam kesederhanaan "tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang terlalu besar dan terlalu hebat". Itulah mengapa untuk menemui Tuhan, keheningan dan kesederhanaan adalah kerinduan. Bukannya berdoa dalam keramaian dan kemegahan yang memecahkan suasana. 

Memilih untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dalam Taize adalah suatu kesukaan baru. Apalagi beberapa hari terakhir ini, banyak sekali kejadian aneh. Pada dasarnya, sepertinya, kurang fokus. HP hilang di kolam renang, kunci kost ketinggalan di toko dan penjaga toko akhirnya menitipkan kunci ke karyawan kost, kartu TransJakarta yang ketinggalan entah dimana padahal sudah sampai di halte busway, belum lagi pintu mobil orang kantor yang kebaret karena ga memperhatikan mobil lewat, bisa aja badan yang kesambar mobil?? Sumpah, ini semua ga fokus. Rasanya kog aneh ya? #gemetaran 

Lagu-lagu Taize mulai didengarkan lagi. Walau kemarin sudah latihan koor taize, rasanya masih ingin lagi dan lagi. Lagi untuk mendengar lagu-lagu taize yang tenang. Awalnya untuk Taize saja, juga sepertinya sudah rencana Tuhan. Karena salah jadwal Misa Taize (kurang fokus lagi), dan akhirnya malah masuk dan diajak masuk KKMK Kristoforus untuk latihan koor. Ah, sepertinya ini sudah jalannya. Memang dari awal sudah ada niat untuk membantu koor gereja, tetapi belum kesampaian karena ga ingin terikat waktu latihan, ga ingin sibuk aktif kegiatan seperti zaman kuliah lagi. Tapi, memang rasanya kog kasihan tiap hari minggu di gereja itu, umatnya banyakan lipsink. Padahal sudah dikasih talenta sama Tuhan buat bisa nyanyi. 

Taize melahirkan sebuah musik ibadah yang unik dengan mencerminkan sifat meditatif. Ada nilai keheningan dan kesederhanaan, berdiam diri untuk menyadari bahwa ada kegelisahan di dalam diri yang tak dapat berbuat banyak. Berdiam diri berarti meninggalkan perkara yang tak dapat dicapai dan dimengerti, dan hal-hal diluar kemampuan diri kepada Tuhan, waktunya untuk beristirahat dari kekhawatiran.

Kekacauan dalam pikiran kita, mungkin seperti para rasul yang dalam perjalanan dengan perahu, mereka dihantam angin dan badai. Para rasul ketakutan, gelisah dan tidak tenang. Tetapi Yesus datang dan menolong mereka, setelah Ia menghardik angin dan danau, maka terciptalah ketenangan. Dalam keheningan kita percaya dan berharap kepada Tuhan. Ketika kata-kata dan pikiran tak terlanjutkan lagi, Tuhan dimuliakan dalam ketakjuban, keajaiban dan kekaguman. 

Suara lantang dan keras memang terdengar jelas dan mengejutkan, namun kita juga tahu bahwa perkataan yang disampaikan dengan lantang jarang dapat menyentuh hati. Perkataan keras biasanya lebih sering ditolak daripada diterima (atau kalau diterima pun susah/ terpaksa). 

Dalam kegelisahan, kita begitu merasa disakiti, tidak adil bila orang lain bahagia sedangkan kita tidak, banyak sekali bantahan dan alasan-alasan untuk membenci, tidak memaafkan dan mendendam. Namun saat kita telah menenangkan dan mengheningkan jiwa kita, maka alasan-alasan yang kita miliki sebelumnya tampak kecil dan tidak terlalu penting. 

Mungkin terkadang kita menghindari ketenangan dan keheningan, tetapi lebih memilih sesuatu yang ramai dan berisik, seperti kata-kata dan gangguan, karena keheningan batin itu bisa membuat kita merasa kosong dan tak memiliki apa-apa, telanjang dalam melihat kedalam diri kita sendiri secara pribadi. 

Mengenal Taize membuat minat membantu sesama yang kesusahan muncul lagi. Dulu yang sempat menjadi relawan mengajar anak-anak jalanan dan panti asuhan, sepertinya harus dilakukan lagi. Ada kerinduan untuk kembali lagi turun ke bawah membantu yang kekurangan. Berminat sekali untuk membantu yayasan anak-anak penderita kanker. Kebetulan ada teman yang bekerja sebagai hynotherapi disana. 


Bless the Lord my soul.

Wednesday, June 24, 2015

Membantu Orang Yang Berjuang Keras Untuk Bertahan Hidup




Disekeliling kita banyak pedagang kecil yang menjual barang semampu mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Mereka hanya memiliki modal kecil untuk mendapatkan untung untuk diputar kembali membeli keperluan sehari-hari. Alih-alih untuk membeli pakaian baru, handphone bermerek dan rumah yang layak, makan sehari-hari dan sekolah sang anak adalah kebutuhan utama.

Melihat orang yang berbadan sehat mencuri, minta-minta sedekah, sampai mengganggu kenyamanan orang lain rasanya kog yah tidak malu dengan orang yang susah payah kerja mencari uang di panas matahari, menjual dagangan yang kadang ada pembeli, kadang malah tidak ada sama sekali. Misalnya saja penjual batu ulekan yang berat, penjual singkong atau penjual buah semusim yang harus menggendong, mendorong sepeda dan dagangannya berjam-jam, memikul beratnya batu ulekan di jalanan. Harusnya para pencuri dan peminta sedekah yang berbadan sehat dan kekar mempunyai rasa malu melihat orang yang masih sabar berusaha keras mencari uang.

Sedangkan orang yang memiliki pekerjaan saja, sebelumnya harus menunggu 30 hari kerja mengabdi di perusahaan baru mendapatkan gaji. Bahkan mereka harus melewati proses pendidikan yang penuh persaingan untuk menciptakan masa depannya. Tak ada yang mudahlah, kalau hanya berharap belas kasihan orang lain, ya susahlah untuk mengerti perjuangan hidup.

Memang kadang mereka memberikan harga yang sedikit lebih mahal. Tapi, kita juga kan sering belanja di mall atau cafe yang harganya jauh lebih mahal. Kalau penjual di jalanan menjual dagangannya lebih mahal sedikit anggap saja membantu, toh kita juga mendapatkan barang plus memberikan bantuan.

Saat saya pulang kerja mau menyeberang jalan, saya melihat penjual mangga yang demi menyelamatkan mangganya berusaha lari supaya tidak ditabrak pengendara bermotor, dia berlari kencang sambil mendorong gerobaknya. Tetapi, byaaarrr 50% mangga di gerobaknya jatuh berhamburan di jalan. Tapi... tak satupun orang membantunya. Pikirku, semua orang sibuk mau sampai ke rumah segera untuk buka puasa bersama. Lalu, saya membantunya mengumpulkan mangga yang berserakan di jalan. Dia keringatan, takut, dan bingung karena mangganya jatuh di tengah jalan raya. Saya membantunya dan menyetop mobil-mobil yang lewat supaya minggir. "Terima kasih banyak ya mbak" ucapnya terengah-engah sambil mengelap keringatnya. Lalu saya menjawab, "oh, gapapa pak, saya juga sekalian lewat jalan ini. Saya beli mangganya ya setengah kilo" jawabku tanpa menawar harganya lagi. Setelah saya makan mangganya, gila nih mangga enak banget, tau gitu saya beli 3 kilo. 

Mereka tidak meminta sedekah, yang mereka inginkan adalah kita membeli yang mereka jual dengan ikhlas. Kadang tak jarang kan kita menemui pedagang yang sudah lanjut usia atau anak kecil. Mereka tetap dengan gigih menjual dagangannya dengan sopan tanpa memaksa. Mereka berusaha keras tanpa berpangku tangan menunggu belas kasihan orang lain, mencari makan dengan halal. 

Bila kalian melihat si pejuang pencari nafkah seperti ini, tak perlulah menawar habis-habisan barang dagangannya, apalagi untuk mencari untung yang lebih banyak dibanding belanja di mall. Kita diberi sedikit kemudahan dari Tuhan, juga untuk membantu orang kecil seperti mereka. Tidak banyak kog, hanya semampunya kita untuk memberi dengan ikhlas. 

Seharusnya, kehadiran mereka bisa menjadi semangat untuk kita untuk tetap berani menjalani hidup. Karena kita sudah diberikan kemudahan dengan talenta, pendidikan dan pekerjaan yang tidak sekeras mereka berjuang memenuhi kebutuhan hidup.

Tak perlu banyak kata dan pamer untuk membantu. Karena tak semua yang kamu dengar itu tak selalu sama. Rasakan dan lakukan sebisamu untuk membantu sesama.



Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger