"Menulis adalah perjalanan panjang si pembaca" kata Raditya Dika di Radio. Pagi-pagi dengar Radio Bahana FM, dipandu Tika Panggabean dan Udjo Project Pop. Maklum, saya juga suka membaca, dan membaca itu memang tergantung selera sih. Seperti Raditya Dika yang pertama kali suka banget dengan novel karangan Hilman - Lupus, saya juga pertama kali suka baca Novel karangan Marga T.
Membaca membuat kita masuk ke dalam cerita tersebut dengan imajinasi kita sendiri. Inilah yang membuat saya suka membaca dan lanjutlah hobi menulis. Dari kecil sudah punya Diary dan suka majalah Bobo, komik dan saat remaja mulai suka cerpen di Majalah dan Novel. SMP juga suka menulis puisi dan Mading di sekolah. Juara menulis puisi sih pernah, tapi belum sempat menulis kiriman cerpen. Padahal SMP cerpen banyak sekali saya tulis di Diary. Ayo menulis :)
"Rakadyan dan Paskaria" / "Raka dan Ria" / "Jawa dan Batak" / "Bumi dan Langit" / "Ini dan Itu" / Berbeda...
Perbedaan. Mencari kesamaan diantara perbedaan adalah hal unik dan bisa membuat lucu. Jangan cari perbedaannya, tapi cari kesamaannya.
.................
Walaupun mungkin disana dia sudah punya penggantiku, aku masih sendiri. Biarlah, kalau itu bisa membuat dia semakin dewasa. Bagaimanapun, diantara hubungan ini kami berdualah pemain yang tidak mempunyai kesalahan, sehingga kami berpisah. Aku dan Dia, keduanya punya kekurangan.
Aku menyadari kekerasanku melakukan segala hal yang bisa kukerjakan sendiri. Walau memang dia sering bilang jangan kecapekan, jangan ini dan jangan itu. Tapi, terkadang aku lakukan dibelakangnya walau didepannya aku bilang iya. Mungkin karena aku terbiasa mandiri. Padahal itu semua bentuk perduli dan sayang dia kepadaku.
Aku juga takut kehilangan dia, jadi kadang aku sering bilang, dia ga cakep, dia biasa saja. Satu hal yang kurindukan adalah kami bisa saling mengejek, lalu tertawa bersama. Itulah yang selalu membuat aku merindukan dia. Aku tak pernah bisa melupakan dia. Sampai segala hal tentang dia aku masih ingat. Apakah dia juga?
Sudah malam, Ria masih saja menulis dan sesekali mengingat perjalanan panjangnya dengan Raka.
Pertama kali bertemu dan kenalan: di rumah Silvi. Pertama kali gereja berdua dan pegangan tangan: Gereja Santa Theresia Menteng. Pertama kali makan romantis : Kafe Pisa Menteng. Pertama kali keluar kota: Bandung. Hobi Raka yang paling aneh dan lucu ngeselin: Kentut bau dan maksa aku harus tau baunya, jadi ga boleh tutup hidung (ya ampun bau banget). Hobi Bersama: Nonton Bioskop atau Nonton Film bareng, Makan Rujak Bareng. Film Kesukaan: Action. Keahliannya: IT dan Web. Suka cewek tipe: langsing, fashion dan penurut. Makanan kesukaan: Rujak dan Sambelnya. Hobi Raka sendiri: tidur, game, internetan, nonton. Paling malas: pipis di toilet, hehehe. Panggilan sayang: Bunny.
Paling susah cari celana panjangnya, soalnya saat pinggang dan pinggul pas banget, panjang kakinya kelebihan. Biasanya kami selalu antar ke permak levis. Hal yang mengesankan: Dia selalu ingin membantu dan kerjasama kalau ada hal yang dia lihat aku sibuk sendiri mengerjakannya. Pijitannya keren buat sakit-sakit hilang. Hal ini yang aku sukai dari dia, so sweet. Dia bukan tipe cowo romantis sih, tetapi keperduliannya buat Ria makin sayang. Tapi, kalau marah, jangan ditanya ya? Ria bisa sampe nangis, takut dan gemetaran. Aihh, takutnya setengah mati.
Kekurangannya? Ya sudahlah, semuanya pasti punya kekurangan, tapi bagaimana kami berdua bisa saling menerima dan melengkapi kekurangan kami. Salah paham? Wah itu sudah seringkali kami lakukan. Tapi, setelah sekian lama kami tidak berjumpa dan berpisah, aku sangat merindukan semua perbedaan kami, semua kebersamaan kami, semuanya...
Aku tak tahu apa yang dirasakan Raka disana, tetapi aku bahagia dengan bayangannya. Entah sampai kapan begini? Aku hanya mencoba merasakan tiap rasa rindu dan cinta ini. Aku akan menerima semuanya. Aku akan simpan dalam kedewasaan dan waktu yang terus berjalan.
Aku berharap dia bisa semakin dewasa dan bijaksana. Melakukan semua tindakan dengan penuh tanggung jawab, tidak bingung dan plin plan.
Setiap wanita, diantara kekurangan dan kelebihannya, diantara cinta dan kerinduannya, semuanya pasti inginkan kepastian. Tak ada yang ingin menjadi pilihan kedua. Tak ada yang ingin menjadi beban. Tak ada yang ingin dalam posisi terobang-ambing.
Walau berat, semua ini memang harus dilewati. Sangat tidak mudah, sangat sakit, jatuh bangun, dan lebih banyak jatuhnya. Tapi apalah arti menunggu bila Raka sudah tidak mencintai Ria lagi? Apalah arti menunggu, bila hubungan ini hanyalah semu tanpa kepastian? Walau sangat lama menunggu ujung dari cinta ini, tapi memang inilah kenyataan yang harus diterima.
Saat kau pergi, seperti mimpi buruk
Ragu untuk menerima kenyataan
apakah ini benar terjadi atau tidak?
Tak sempat untuk bertemu lagi,
aku memilih untuk diam dan membiarkanmu pergi
Sakit? Itu tak perlu lagi dipertanyakan
Aku bukan pilihan,
Aku tak mampu membuatmu damai,
Aku tak mampu meyakinkanmu,
Aku? Apalah artiku?
Apalah artiku diantara semua pilihanmu?
Pilihan hidup yang harus kau jalani,
mungkin salah satunya bukanlah aku
Walau sudah habis waktuku bersamamu,
Walau sudah cukup aku terluka,
aku akan tetap diam dan melepasmu
Kenapa aku tidak menemuimu?
Kenapa aku hanya bisa diam dan melepasmu?
Karena aku sudah pernah melakukan itu,
Karena aku sudah pernah menghentikan langkahmu,
karena aku sudah pernah memintamu jangan pergi....
Tetapi kamu tetap ingin pergi dan sendiri
Kali ini, apalah dayaku?
Kali ini, sudah habis dayaku
untuk membuktikan cinta yang nyata dan setia
Semoga aku bisa merelakanmu pergi
Semoga aku bisa membiarkan cerita ini berakhir
Semoga aku bisa melepaskanmu