Friday, May 15, 2015

My Heart Away



"Menulis adalah perjalanan panjang si pembaca" kata Raditya Dika di Radio. Pagi-pagi dengar Radio Bahana FM, dipandu Tika Panggabean dan Udjo Project Pop. Maklum, saya juga suka membaca, dan membaca itu memang tergantung selera sih. Seperti Raditya Dika yang pertama kali suka banget dengan novel karangan Hilman - Lupus, saya juga pertama kali suka baca Novel karangan Marga T.

Membaca membuat kita masuk ke dalam cerita tersebut dengan imajinasi kita sendiri. Inilah yang membuat saya suka membaca dan lanjutlah hobi menulis. Dari kecil sudah punya Diary dan suka majalah Bobo, komik dan saat remaja mulai suka cerpen di Majalah dan Novel. SMP juga suka menulis puisi dan Mading di sekolah. Juara menulis puisi sih pernah, tapi belum sempat menulis kiriman cerpen. Padahal SMP cerpen banyak sekali saya tulis di Diary. Ayo menulis :)

"Rakadyan dan Paskaria" / "Raka dan Ria" /  "Jawa dan Batak" / "Bumi dan Langit" / "Ini dan Itu" / Berbeda...

Perbedaan. Mencari kesamaan diantara perbedaan adalah hal unik dan bisa membuat lucu. Jangan cari perbedaannya, tapi cari kesamaannya.

.................
Walaupun mungkin disana dia sudah punya penggantiku, aku masih sendiri. Biarlah, kalau itu bisa membuat dia semakin dewasa. Bagaimanapun, diantara hubungan ini kami berdualah pemain yang tidak mempunyai kesalahan, sehingga kami berpisah. Aku dan Dia, keduanya punya kekurangan.

Aku menyadari kekerasanku melakukan segala hal yang bisa kukerjakan sendiri. Walau memang dia sering bilang jangan kecapekan, jangan ini dan jangan itu. Tapi, terkadang aku lakukan dibelakangnya walau didepannya aku bilang iya. Mungkin karena aku terbiasa mandiri. Padahal itu semua bentuk perduli dan sayang dia kepadaku.

Aku juga takut kehilangan dia, jadi kadang aku sering bilang, dia ga cakep, dia biasa saja. Satu hal yang kurindukan adalah kami bisa saling mengejek, lalu tertawa bersama. Itulah yang selalu membuat aku merindukan dia. Aku tak pernah bisa melupakan dia. Sampai segala hal tentang dia aku masih ingat. Apakah dia juga?

Sudah malam, Ria masih saja menulis dan sesekali mengingat perjalanan panjangnya dengan Raka.

Pertama kali bertemu dan kenalan: di rumah Silvi. Pertama kali gereja berdua dan pegangan tangan:  Gereja Santa Theresia Menteng. Pertama kali makan romantis : Kafe Pisa Menteng. Pertama kali keluar kota: Bandung. Hobi Raka yang paling aneh dan lucu ngeselin: Kentut bau dan maksa aku harus tau baunya, jadi ga boleh tutup hidung (ya ampun bau banget). Hobi Bersama: Nonton Bioskop atau Nonton Film bareng, Makan Rujak Bareng. Film Kesukaan: Action. Keahliannya: IT dan Web. Suka cewek tipe: langsing, fashion dan penurut. Makanan kesukaan: Rujak dan Sambelnya. Hobi Raka sendiri: tidur, game, internetan, nonton. Paling malas: pipis di toilet, hehehe. Panggilan sayang: Bunny.

Paling susah cari celana panjangnya, soalnya saat pinggang dan pinggul pas banget, panjang kakinya kelebihan. Biasanya kami selalu antar ke permak levis. Hal yang mengesankan: Dia selalu ingin membantu dan kerjasama kalau ada hal yang dia lihat aku sibuk  sendiri mengerjakannya. Pijitannya keren buat sakit-sakit hilang. Hal ini yang aku sukai dari dia, so sweet. Dia bukan tipe cowo romantis sih, tetapi keperduliannya buat Ria makin sayang. Tapi, kalau marah, jangan ditanya ya? Ria bisa sampe nangis, takut dan gemetaran. Aihh, takutnya setengah mati.

Kekurangannya? Ya sudahlah, semuanya pasti punya kekurangan, tapi bagaimana kami berdua bisa saling menerima dan melengkapi kekurangan kami. Salah paham? Wah itu sudah seringkali kami lakukan. Tapi, setelah sekian lama kami tidak berjumpa dan berpisah, aku sangat merindukan semua perbedaan kami, semua kebersamaan kami, semuanya...

Aku tak tahu apa yang dirasakan Raka disana, tetapi aku bahagia dengan bayangannya. Entah sampai kapan begini? Aku hanya mencoba merasakan tiap rasa rindu dan cinta ini. Aku akan menerima semuanya. Aku akan simpan dalam kedewasaan dan waktu yang terus berjalan.

Aku berharap dia bisa semakin dewasa dan bijaksana. Melakukan semua tindakan dengan penuh tanggung jawab, tidak bingung dan plin plan.

Setiap wanita, diantara kekurangan dan kelebihannya, diantara cinta dan kerinduannya, semuanya pasti inginkan kepastian. Tak ada yang ingin menjadi pilihan kedua. Tak ada yang ingin menjadi beban. Tak ada yang ingin dalam posisi terobang-ambing.

Walau berat, semua ini memang harus dilewati. Sangat tidak mudah, sangat sakit, jatuh bangun, dan lebih banyak jatuhnya. Tapi apalah arti menunggu bila Raka sudah tidak mencintai Ria lagi? Apalah arti menunggu, bila hubungan ini hanyalah semu tanpa kepastian? Walau sangat lama menunggu ujung dari cinta ini, tapi memang inilah kenyataan yang harus diterima.

Saat kau pergi, seperti mimpi buruk
Ragu untuk menerima kenyataan 
apakah ini benar terjadi atau tidak?
Tak sempat untuk bertemu lagi,
aku memilih untuk diam dan membiarkanmu pergi

Sakit? Itu tak perlu lagi dipertanyakan
Aku bukan pilihan,
Aku tak mampu membuatmu damai,
Aku tak mampu meyakinkanmu,
Aku? Apalah artiku?
Apalah artiku diantara semua pilihanmu?

Pilihan hidup yang harus kau jalani,
mungkin salah satunya bukanlah aku
Walau sudah habis waktuku bersamamu,
Walau sudah cukup aku terluka,
aku akan tetap diam dan melepasmu

Kenapa aku tidak menemuimu?
Kenapa aku hanya bisa diam dan melepasmu?
Karena aku sudah pernah melakukan itu,
Karena aku sudah pernah menghentikan langkahmu,
karena aku sudah pernah memintamu jangan pergi....
Tetapi kamu tetap ingin pergi dan sendiri

Kali ini, apalah dayaku?
Kali ini, sudah habis dayaku 
untuk membuktikan cinta yang nyata dan setia

Semoga aku bisa merelakanmu pergi
Semoga aku bisa membiarkan cerita ini berakhir
Semoga aku bisa melepaskanmu




Tuesday, May 12, 2015

Jangan Mencintaiku


Sehabis membaca cerita pendek kiriman blogger yang lain. Ada cerita yang menarik disana. Saya mencoba menarik cerita lebih dalam lagi tentang si peran wanita. Mungkin karena itu hanya cerpen, saya mencoba memperluas ceritanya.

Sudah aku bilang jangan mencintai aku! Aku benci jatuh cinta! Aku marah. dan sangat marah. Sampai kali ini ingin sekali pergi melepaskan amarah dan dendam kesiapa saja. Kenapa tidak ada yang mengerti aku! Sudah habis rasa cinta di hatiku. Aku sudah tidak percaya lagi pada cinta. Aku benci untuk mendengar ada yang bilang mencintaiku atau memujiku.

Oh Tuhan, maafkan aku. Aku masih benar-benar marah dan sangat membenci cinta!!! Aku ingin teriak dan menangis sepuas mungkin dan bilang tak ada gunanya mencintaiku!! Aku sangat tidak percaya cinta! Aku benci!

Mau lari kemana lagi? Aku pernah percaya dan sangat mencintai seseorang, tapi aku malah dibiarkan pergi. Dia tidak pernah percaya cintaku dan selalu yang paling benar. Sejak itu, aku keras dengan diriku. Aku keras dengan hidupku. Hal yang tak pernah kukerjakan dan paling dilarang olehnya, semua sudah kulakukan. Aku mencintainya sekaligus sangat membencinya. Aku sangat membenci cintaku.

Jadi, biarkan saja semua ini membuatku semakin kuat. Aku mulai olahraga yang dulu pernah kutinggalkan: berenang, sepeda, dan badminton. Aku terus berolahraga sampai aku capek dan benar-benar puas dan merasa kuat. Dulu dia selalu bilang aku ga boleh angkat yang berat-berat, ga boleh capek, ga boleh ini, ga boleh itu. Tapi apa dia tahu? Sekarang aku sudah bisa mengangkat galon Aqua, yang selalu dia larang karena ga mau aku sakit perut atau kecapekan. Sekarang, semua yang dia pikir aku tak mampu kerjakan, sudah kukerjakan. Aku kuat karena rasa benciku. Dan aku lemah karena rasa cintaku.

Apa yang selalu dia sayang, Bunny yang sangat mencintainya, mungkin sekarang sudah mati! Aku tidak sebodoh yang dia pikirkan. Aku tidak segampang yang dia pikirkan. Aku tidak selemah yang dia bayangkan. 

Sungguh miris memang melihat hitam putih, benci cinta, yang terjadi dalam pikiranku.

Kuakui, aku sangat mencintai dia dan semua kenangan manis dan lucu yang kami buat. Tapi, aku juga membenci semua perbuatan bodoh yang sudah aku lakukan dan dia lakukan. Bodoh sekali aku mengharapkan masa depanku bersama dia selamanya.

Aku rapuh Tuhan, sakit sekali.... Aku rapuh tanpa dia, seperti kehilangan arah. Tak adakah yang mengerti perasaanku? Aku hanya ingin diam dan sendiri. Aku tak perduli entah sampai kapan. Aku benci untuk mencintai siapapun, jadi jangan pernah mencintaiku!

Picik? Sampai sekarang aku tak terlalu memahami arti picik itu. Setahuku, aku selalu apa adanya, mencoba jujur dengan perasaanku saat bersama dia. 

Tetapi sekarang, aku mengerti apa arti picik yang sebenarnya. Setidaknya, versi picik menurut arti yang kupahami. Aku picik untuk membenci dicintai walau memang manusiawi, aku juga butuh dicintai, dihargai dan dikagumi. Aku picik, mencoba selalu tampil menarik, tetapi hati tak tertarik untuk menerima ketertarikan orang lain. Aku picik, saat mencintai dia sekaligus membenci dia. Aku picik, saat aku merasa kuat, walau hatiku sebenarnya  menangis. Aku picik, saat orang lain melihatku sempurna tanpa cacat, tapi sebenarnya apa yang orang lain tahu? Aku picik, saat aku katakan tidak cemburu, padahal aku cemburu. Aku picik, saat yang aku katakan berbeda dengan yang ada di dalam hatiku dan inginku. Aku picik, saat melihat orang lain terluka, walau sebenarnya aku tak tega. 

Lelah dalam keterasingan dan drama hidup. Sejak dia pergi, aku tak perduli. Aku hanya ingin memperbaiki diriku. Aku hanya ingin sendiri dan meyelami arti hidupku. Aku hanya ingin melihatku lebih dalam lagi dan lagi bersama Tuhanku. Hanya Dia-lah yang paling mengerti siapa aku dan bagaimana aku yang sebenarnya. 

Maaf, aku tak bisa menerima cintamu, cintanya dan cinta orang lain. Aku mencoba merelakan semua yang sudah terjadi, tetapi sampai saat ini, aku belum siap. Saat aku siap, aku pasti akan benar-benar melupakan dia selamanya. Aku tidak akan pernah mengingatnya lagi. Aku tidak akan pernah menangisi dia lagi. Aku janji padaMu Tuhan, ini terakhir kalinya! 

Menyesal memang tak ada gunanya, tapi inilah kenyataannya. Berakhir sudah, dan semua sudah habis. Butuh kekuatan untuk bertemu dia lagi. Kuharap aku tidak pernah melihat dia lagi, karena bila aku melihatnya, hanya ada luka. 

Aku tak akan mudah percaya cinta lagi. Percayalah, tak ada cinta yang lebih sempurna dari cinta kamu. Percayalah, tak ada sakit yang lebih sempurna dari sakit karena kamu.

Akhirnya memang si wanita tetap bertahan dengan kondisinya sekarang. Saya pikir, memang dia perlu berubah, tapi saat ini dia masih terluka, jadi butuh waktu untuk membuka lembaran baru. Tak semudah yang orang pikirkan. 3 bulan, 4 bulan, itu bukan waktu yang mudah untuk melupakan. Mungkin orang lain dan terdekatnya berpikir dia mudah untuk mencari pengganti, tetapi itulah kacamata orang lain. Bukan hatinya, bukan dirinya, bukan perasaannya.  


  

Monday, May 11, 2015

Aku Ada, Ternyata Aku Masih Cinta




Seperti "Hanya Isyarat" Dewi Lestari, mungkin inilah bagian yang harus kuakui. Aku masih mencintaimu.

Andai engkau tau betapa aku masih mencintaimu? Selalu menjadikanmu isi dalam doaku. Kuakui tak mudah untuk percaya keadaan ini. Tapi inilah kenyataan yang harus kujalani.
Aku melihat ke belakang dengan bayanganmu yang membuatku sakit, sedih dan bila terus kulanjutkan memikirkan masa lalu, membuatku langsung demam. 

Sudah beberapa bulan, dan aku belum pernah melihat kamu, mendengar suaramu. Apakah disana kamu sudah benar-benar melupakan aku?

Aku juga ingin sekali melupakan kamu, seperti kamu yang mungkin disana sudah bisa melupakan aku. Tetapi, sampai saat ini aku masih merindukanmu. Aku masih ada, entahlah kau perduli atau tidak. Tak ada yang mampu menjawab pertanyaanku: apakah dia mengingatku? apakah disana dia merindukanku? apakah dia benar-benar membenciku?

Aku menjawab semuanya sendirian dalam hatiku. Walau ingin sekali kau tahu, aku ada, cintaku ada, rinduku ada. Memandangi bayanganmu dalam bayanganku, dalam mimpiku, membuatku ingin sekali memelukmu. Tapi aku tahu, kamu hanyalah bayangan yang terus ada dalam mimpi dan hayalku, entah kapan menjadi nyata, ataukah tidak akan pernah menjadi nyata?

Seperti mencintai dalam bayang, aku selalu menunggu waktu yang menjawab. Apakah aku menemukanmu? Apakah kau akan menemukanku? Ataukah kita tidak pernah bertemu lagi? Dalam sedih dan lamunanku, dalam rinduku, dalam keramaian, aku masih mencintai kita.

Aku memang sudah cukup terluka dalam karena kamu. Aku ingin pergi sejauh apapun untuk melupakan kamu. Tapi, aku masih kembali ke dasar cintamu. Dan aku hanya bisa diam dan hanya mampu untuk mengerti cinta ini tak punya dasar untuk bersandar lagi. Karena kita sudah tidak ada, cinta kita sudah bukan seperti dulu lagi. 

Tetapi, cintaku masih ada. Aku masih mencintaimu dalam diam. Kamu tak perlu tau isyaratku, dan kini semua kuharap kamu mengerti apakah itu cinta kasih? 

Tuhan tau siapa aku. Tuhan tau cintaku. Dan kamu juga. Tuhan tau kamu, cintamu dan keinginanmu. Aku mengerti, cukup mengerti arti dari suara keras itu, arti dari tak memberikan harapan itu. Aku mengerti, bahwa semua kekurangan ku cukup menjadi alasan kenapa ini semua harus berakhir. Aku mengerti dan mencoba segala cara untuk mengerti semua pesanmu, semua isyaratmu.

Malaikat juga tau. Bantulah aku melupakan dia, bila semua ini adalah isyarat bahwa cintaku hanya sia-sia. Atau bantulah aku untuk mengerti langit tak membutuhkan jawaban bumi untuk membalas cintanya yang selalu melindungi tanpa syarat.

Tiada yang lebih pilu, selain hatiku yang mencintaimu dalam diam. Kau tak akan menemukan jejakku dalam langkahmu. 

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger