Monday, May 4, 2009

CURHAT ANANDA

Surat untuk mama-papa,
aku tau ku tak kan bisa
menjadi sperti yang engkau minta
namun selama nafas berhembus
aku kan mencoba
menjadi sperti yang kau minta…..
namun selama aku bernyawa
aku kan mencoba
menjadi sperti yang kau minta….

Ananda mencoba untuk tegar, walau terkadang dan bahkan seringkali jatuh dan tak sanggup berdiri tegak. Rasa bersalah dan berdosa terus merajai dan mengikuti setiap langkah kaki ini. Ingin sekali ananda ada diantara kalian, mengeluh dan menangis sejenak. Hanya ingin mencoba untuk mengumpulkan kekuatan lagi. Mencoba bangkit dari masalah dan beban serta rasa bersalah. Ananda sesak, hampir tak bisa bernafas, ketika melihat ke belakang, ketika menyadari kesalahan, dan belum bisa membuat kalian bahagia serta lega.

Ada semangat dan harapan ketika teman-teman memberikan senyuman di hati ananda, dengan kelucuan dan keramaian mereka, ketika kalian tidak ada di samping ananda, membuat ananda bisa tegar dan kuat kembali. Tetapi, ketika ananda tersadar, ternyata kalian jauh dan tidak ada di samping ananda, saat lemah, sakit, kecewa, bahkan gembira, sejenak ananda terdiam dan menangis.

Seringkali air mata dan tawa ini terlewat begitu saja, tanpa orang-orang yang ananda kasihi. Ananda sendirian, takut dan cemas. Sebagai seorang kakak, sebagai seorang wanita karir dan aktivis, timbul pertanyaan dalam hati, apakah ananda terlalu lemah? Menertawai dan bersikap dingin pada kerinduan ananda terhadap kalian, orang yang ananda cintai, adik-adik yang lucu dan nakal, sungguh membuat ananda semakin rindu. Entah ini wajar atau tidak? Pantas atau tidak?

Mama-papa, maafkan ananda. Selalu berusaha menyenangkan hati kalian, sungguh membuat ananda tersiksa. Ananda sungguh tak kuat lagi, rasanya ananda hanya bisa membuat kalian sedih dan kuatir. Ananda mencoba mengikuti, tetapi, tanpa sadar, ananda tak kuat menahan air mata yang sering kali ananda kutuk dan benci agar kalian tidak pernah tahu. Ananda selalu dan terus mencoba memahami ingin kalian. Walau ananda tahu, rasa ini sulit sekali untuk diingkari.

Kemarin, ketika ananda menonton teater, di dalam keramaian itu, di gelapnya gedung yang luas, di tengah tugas dan tawa teman-teman, ananda masih sempat menangis. Tiba-tiba saja ananda tersentuh, ketika seorang anak kecil menangis di pelukan seorang wanita. Mungkin ananda teringat dengan mama-papa yang sedang bingung dan bertanya-tanya “mengapa ananda diam?”

Mama-papa, selama ini ananda tidak pernah mengeluh dan menangis di hadapan kalian. Selama ini, ananda selalu jadi kakak yang kuat dan berusaha menjadi yang terbaik untuk semuanya, bahkan seringkali menjadi kakak yang pertama, walaupun harusnya itu bukan ada di pundak ananda karena ada kakak. Tetapi, kini… saat ini pun, ketika ananda dewasa, untuk kesekian kalinya ananda harus bersikap tegar dan tersenyum manis, walaupun ananda tak ingin melakukan itu.

Dewa ku pun, tak ada saat ananda butuh bersandar. Keinginan dia, membuat ananda sebagai wonder woman dan harus kuat, sekali lagi menambah beban di pundak ananda yang lemah ini. Ananda ga kuat lagi mama-papa….. Seringkali ananda tak kuat menerima beban yang dia buat untuk menutupi hubungan kami. Ananda harus menerima dan sendirian ketika berjalan di tengah-tengah keramaian juga kegelapan. Ini sungguh tak adil mama-papa…… Ananda terpaku pada kenyataan yang membuat ananda tak mampu berdiri tegak untuk menjawab masalah satu per satu. Ananda ingin sekali menangis dan berlutut pada kalian, karena ananda sudah salah. Tapi……. ananda malu, ananda takut, takut mama-papa semakin sedih dan kecewa. Ananda takut, mama-papa tau, ananda juga sakit. Takut, kalian tau ternyata ananda tidak sekuat dan seperiang anak perempuan kecil kalian yang dulu.

Ananda ingin sekali katakan pada kalian: saat ini ananda lemah. Tapi, sepertinya ananda tak bisa memberitahukan kalian semua hal itu. Mungkin, tidak sekarang, atau entahlah kapan. Ananda ingin sekali ada yang benar-benar melihat dan mendengar suara hati ananda, tetapi sepertinya kertas putih dan notebook putih ini yang bisa menerima semua isi hati ananda. Ada saat ananda sedih dan menangis, pun gembira. Kertas putih yang selalu dan siap mendengar setiap cerita dalam hidup ananda… Walaupun dia hanya diam dan tak mampu bicara, hanya bisa mendengar dan menerima curahan hati ananda. Cukup membuat ananda lega dan tertidur pulas di malam hari, setelah menumpahkan semua isi hati ananda hari itu juga.

Ananda ingin bangun dan bernyanyi bersama kalian. Ananda ingin mama-papa ada.... untuk membuat ananda bisa mengambil keputusan yang terbaik dan tegas. Ananda ingin bersama kalian. Ananda sungguh sangat merindukan pelukan kalian yang hangat, tawa kalian yang renyah, kemarahan kalian yang kadang membuat ananda harus menerima hukuman. Ananda ingin kalian bertanya lagi ‘mengapa?’ ‘ada apa?’

Apa ini yang namanya kalah ya? Ananda tak tau. Hanya ananda kecewa pada diri ananda sendiri…. Dan ananda butuh kalian. Bukan untuk menasehati, bukan untuk meminta ananda kuat dan menjadi wonder woman. Tetapi, ananda hanya butuh pelukan dan sandaran untuk melepaskan beban ini sejenak. Hanya untuk mengumpulkan kekuatan yang terhabiskan di jalan-jalan yang lalu dan sekarang, juga untuk berserah kepadaNYA.

Segenap kasih ini hanya untuk kalian. Kini, biarkan ananda diam dan beristirahat. Biarkan ananda menerima cinta dan pelukan kasih kalian. Biarkan ananda percaya lagi, harapan itu masih ada. Biasanya mama-papa tau, kapan ananda diam dan menangis seorang diri, lalu tanpa kalian tahu, ananda sudah bisa baik lagi. Menjadi gadis kecil kalian yang manis dan periang. Yang tak pernah mengingat-ingat masalah lagi. Ananda tetap seperti itu kog.

Masih seperti anak perempuan kecil kalian yang sering dibilang mirip ‘papa’, ngambek di kamar kalau lagi dimarahin, yang dengerin curhat mama tentang mantan pacar mama dulu termasuk papa, hehehehe…, yang suka sama anak-anak kecil di dekat rumah dan main sama mereka dan adik-adik di rumah, kadang kog jadi anak kecil ya??? Oiya, ananda masih sering pake selimut kalau tidur, masih suka meluk siapa aja yang ada di samping ananda kalau tidur (dulu waktu ananda sakit, mama terus peluk ananda sampai papa cemburu hehehe…), trus kalau sakit pasti suka ngigau. Ananda juga masih suka nyanyi dan menulis, masih suka dan kagum sama papa (pengen punya suami kayak papa, yang ini buat mama bangga… cieeee). Makanya, kalau ananda punya pacar, pasti ada sedikit mirip-mirip papa (maunya sih miripnya banyak…).

Hanya saat ini, ananda sedang rapuh dan ingin sendiri. Ananda ingin terima semuanya sendirian dan tanpa beban, membiarkannya mengalir seperti air. Dan ananda tau, air yang pasang itu, pasti akan menemukan muara yang tenang dan damai. Ananda sedang menunggu hari itu tiba, saat itu tiba, dan semua indah pada waktunya.

Semoga ananda selalu dan selamanya ada untuk mencintai dan dicintai oleh kalian. Semoga ananda selalu dan selamanya jadi anak, adik, kakak, istri, ibu, teman dan sahabat yang baik. Semoga ananda ditemukan dengan sso yang selalu dan selamanya mencintai dan dicintai ananda dengan tulus. Yang memahami maksud amarah, membaca dan mengerti isi hati ananda…… pun sebaliknya.

Ananda baik-baik saja. Ananda pasti datang dan bisa menyelesaikan semuanya dengan tenang.
Dari: Ananda

Monday, April 27, 2009

PERSEMBAHAN DEW

Setelah 2 minggu tak bertemu, tak bicara, tak menahu, akhirnya Dew datang dengan diam-diam. Tanpa ada yang tahu, dia datang, dan kemudian pergi... Berdiri diam di depan rumah Pondok Anggun itu. Menanti Diy keluar, membukakan pintu. Padahal di malam yang sama, baru saja Diy membuka kembali foto-foto mereka berdua. Diy dan Dew. Lama sekali. Sampai akhirnya Diy mengantuk dan tertidur pulas. Tak tahu ada sms masuk. Ternyata, Dew sudah ada di dekat Diy????

Dew datang. Membawa lagi harapan dan senyum mereka. Dew datang. Mempersembahkan maaf dan kesadaran hanya untuk Diy. Suatu hal, yang sempat membuat Diy putus asa dan bertanya, “apakah Dew bisa menyadari kesalahannya??” Kini tak perlu lagi, kami ingat-ingat, Diy ingat-ingat, atau pun Dew sesali. Semua sudah lebih baik. Yang terpenting adalah sekarang dan akan datang. Kejadian kemarin itu, cukup menjadi satu pelajaran tambahan lagi untuk persembahan cinta kami.

Dengan bahasa kami, dengan pengertian dan komunikasi kami. Akhirnya semua masalah yang sempat membeku itu melebur, meluber dan mencair. Dingin, sejuk dan damai. Ada senyum dan gelak tawa yang menghiasi hari-hari mereka lagi.

Terbentuk kristal baru lagi. Karena ingin selalu mengkristalkan kisah ini bersamanya....

Waktu yang berjalan, terasa begitu cepat. Tersadar.........., ada ego yang datang ketika tiba-tiba waktu harus menjemput masing-masing mereka untuk berjalan menapaki hari-hari dengan penuh tanggung jawab. Work. Study. Society.

Love You Dew. (Dew tertidur juga.....)
Don't make me sad again.

Setengah Gelas Air Putih

Saya terkesima membaca blog yang satu ini. Sederhana, lugas dan bebas. Tapi ada arti yang hendak dia sampaikan untuk Bun, pembaca, dan dirinya sendiri.

Tidak ada samudera
Tidak ada lautan
Pun danau atau kolam
Aku hanya butuh setengah gelas air putih
Dan itu kamu....

Beberapa waktu lalu saya sering bilang pada Bun kalau saya merasa kesulitan menulis tentangnya. Menjadikannya inspirasi seperti sebelumnya. Tapi barangkali tidak untuk kali ini. Semoga dia membaca tulisan saya.

Saya sakit. Terdampar di rumah sakit beberapa hari dan akhirnya pulang kerumah. Saya tidak pernah menyangka musibah ini menimpa saya. Alhamdulillah, Tuhan memang jarang memberi saya sakit. Saya patut bersyukur untuk hal ini. Muda, sehat, memilih bahagia. Pun demikian musibah ini saya syukuri sebagai manusia yang menghamba.

Beberapa hari sebelum musibah yang membuat jari kaki saya patah, saya menelpon Bun—kekasih saya. Saya bilang bahwa saya punya rencana untuk pulang pada tanggal 9 April menjelang PEMILU. Namun betapa berat hati ini, saya amat rindu rumah. Saya pun rewel. Dan seperti biasa, kekasih saya itu hanya berujar ‘Sabar, Sayang..’

Sabar. Barangkali itu yang agaknya perlu ditekankan disini. Sabar adalah bahwa semua akan datang pada waktunya. Tidak perlu diburu-buru datangnya. Namun rupanya saya tidak sabar. Dan beberapa hari kemudian saya dijemput musibah itu. Untuk pertama kalinya (dan semoga tidak terulang lagi untuk sesuatu yang merepotkan banyak orang) saya terdampar di rumah sakit. Setelah mendapat perawatan saya diijinkan pulang ke rumah dengan jari kaki terbungkus perban.

Saya pulang. Untuk waktu yang amat lama. Sekitar 4 minggu. Saya bertemu keluarga, saya jadi pasien di rumah sendiri dengan ibu sebagai perawat. Ayah saya bertugas sebagai motivator. Adik saya menyegarkan rumah dengan humornya. Dan tentunya Bun selalu datang ke rumah dengan membawa senyum (juga es krim kesukaan saya).

‘Kamu pulang lebih awal..’ katanya.‘Iya.. Sebelum tanggal 9 April’ sambung saya.Sejak saya sakit, saya tahu betapa berartinya Bun buat saya, sama berartinya dengan keluarga dan sahabat saya. Bun tahu betul saya menderita kebosanan berkepanjangan berada di rumah tanpa kegiatan. Ya, untuk saya yang hampir tidak berhenti bergerak kecuali tidur malam, menjadi pengangguran di rumah bukanlah hal yang menyenangkan. Dan Bun selalu datang dengan membawa beberapa kegiatan ringan. Kami masih bisa makan es krim berdua, dia memotret saya, dan mengedit foto. Semuanya penuh canda tawa. Semuanya menyembuhkan.

Dan saya selalu tidak suka bila jam dinding sudah menunjuk pukul 22.00, karena Bun harus pulang. Betapa egoisnya saya. Ah, Bun.. Dia memang bukan samudera yang maha luas.. Samudera yang kamu kagumi, dan bisa menenggelamkan dirimu, yang sebenarnya tidak kamu butuhkan. Bun hanya setengah gelas air putih yang akan dibutuhkan semua orang, begitu sederhana. Untuk bersamanya, kamu tak perlu tenggelam dan mati muda tak berarti. Kamu hanya akan sedikit merasakan dehidrasi, hehehe.. I love you, Bun..

Pati, 13 April 2009, Kamar tidur, internet, tawa. By. Catastrova

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger