Thursday, March 5, 2009

BENING. GEMING. DAN HENING

Saat hidup memutar kita bagaikan roda, amat mudah kita tergulung dan terombang-ambing dalam putarannya. Hanya jika kita berdiam di pusatnya, maka sekencang apa pun roda berputar, batin kita tetap geming, hening, dan bening.

Namun roda kehidupan modern yang bergerak sangat cepat seringkali tidak mengizinkan kita untuk diam dan berhenti sejenak. Bahkan kita tidak lagi tahu caranya bernapas dengan sadar, berserah pada inteligensi tubuh, dan beristirahat secara total. Saat tubuh berbaring, pikiran kita berputar. Saat tubuh beraktivitas, pikiran kita bercabang liar. Saat hati berontak, logika kita meredam dan menolak.

Begitu banyak timbunan sampah batin—dari mulai urusan hati yang tak tuntas, trauma yang belum sembuh, sampai segudang rencana dan ketakutan akan masa depan—yang kita gendong dari hari ke hari, tahun ke tahun. Beban ini, jika tidak pernah kita kuras, akan muncul ke permukaan sebagai penyakit fisik, stres, paranoia, dan aneka fenomena lain yang kita sebut sebagai “problem”.

Berhenti sejenak. Kembali ke dalam. Saat kita menghuni tubuh kita dengan kesadaran penuh, mengamati batin kita secara utuh, maka kita kembali ke pusat roda. Kita kembali mencicipi kepolosan batin seorang bayi yang senantiasa hidup alamiah dan selaras. Kita pun berkesempatan untuk memaknai hidup dalam kejernihan dan kebijaksanaan yang baru. Bening. Geming. Dan hening.

Friday, February 27, 2009

BARANGKALI CINTA

Barangkali cinta…
jika darahku mendesirkan gelombang
yang tertangkap oleh darahmu
dan engkau beriak karenanya.
Darahku dan darahmu,
terkunci dalam nadi yang berbeda,
namun berpadu dalam badai yang sama.

Barangkali cinta…
jika napasmu merambatkan api
yang menjalar ke paru-paruku
dan aku terbakar karenanya.
Napasmu dan napasku,
bangkit dari rongga dada yang berbeda,
namun lebur dalam bara yang satu.

Barangkali cinta…
jika ujung jemariku mengantar pesan
yang menyebar ke seluruh sel kulitmu
dan engkau memahamiku seketika.
Kulitmu dan kulitku,
membalut dua tubuh yang berbeda,
namun berbagi bahasa yang serupa.

Barangkali cinta…
jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa
dan aku dapati rumah yang kucari.
Matamu dan mataku,
tersimpan dalam kelopak yang terpisah,
namun bertemu dalam setapak yang searah.

Barangkali cinta…
karena darahku, napasku, kulitku,
dan tatap mataku,
kehilangan semua makna dan gunanya
jika tak ada engkau di seberang sana.

Barangkali cinta…
karena darahmu, napasmu, kulitmu,
dan tatap matamu,
kehilangan semua perjalanan dan tujuan
jika tak ada aku di seberang sini.

Pastilah cinta…
yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian,
kecerdasan, dan kebijaksanaan
untuk menghadirkan engkau, aku,
ruang, waktu,
dan menjembatani semuanya
demi memahami dirinya sendiri.

SELAMAT ULANG TAHUN MAMA


Mama.... Hari ini kamu begitu cantik
Lebih cantik dari biasanya
Jejak air yang kau kibaskan
lewat rambutmu yang mulai memutih
Wajahmu yang mulai berkerut
membentuk wajah telaga
yang menerima apa adanya, tanpa pamrih

Tarian langkahmu cepat,
menyiapkan pagi ini tanpa suara emasmu
yang setiap pagi biasanya bernyanyi
mulai seperti lagu melow sampai nge – rock
semua tergantung pendengar yang terbangun atau belum??

Hari ini, kau diam. Kenapa??
Ada titik-titik kristal di matamu
seperti hendak menangiskah??
Kenapa kau tahan?? Siapa yang kau tunggu???
Apakah menunggu aku?? Merindukan aku??
Aku yang sekarang
Jauh...., jauh....., jauh sekali....

Tanganmu berkerut,
Badanmu sudah tak tegak berdiri
Jalanmu harus ditopang dulu,
Mulai manja dan ingin dilindungi.
Ingin dipeluk dan dicium

Mama, aku ingat...
hari ini, Ulang Tahunmu........
27 Februari............ dan kau menangis???
Maafkan aku mama,
aku harus pergi dan kau tak bisa melihatku lagi

Tapi aku selalu berdiri di sampingmu
Hadir di setiap duka dan sukamu
Aku ingin berteriak,
Agar kau tahu aku ada...
Tapi, aku tahu... hatimu tau aku ada kan mama??

Mama, maafkan aku.... Aku pergi jauh sendirian...
AKU INGAT HARI ULANG TAHUNMU
Tahukah mama???
Aku mencium pipimu ketika kau tertidur
Aku memeluk tubuhmu ketika kau kedinginan
Aku menopang tanganmu ketika kau ingin tegak berdiri
Aku menangis di bahumu, ketika aku rapuh dan kalah
Aku menemanimu, ketika kau sendirian
Aku ada mama...., aku selalu ada....
Dan hari ini pun,
Aku melakukannya berkali-kali???

Aku selalu mengikuti langkahmu,
setapak demi setapak, langkah demi langkah,
Aku berharap Tuhan mengijinkan aku menyentuhmu secara nyata.....
Di hari Ulang tahunmu yang ke 55...
Hari ini, Saat ini, Detik ini, aku menangis sendirian.
Maafkan aku mama, aku tak bisa melakukan apa-apa.
Semoga kamu bahagia mamaku....

Kupersembahkan untuk : Semua Mama yang selalu datang dan menyayangi ananda dengan seluruh hidupnya. Mama yang memberikan ananda kebebasan memilih dan bertanggung jawab tanpa pamrih, mendampingiku seumur hidupnya.........

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger