“Sayang..... Cup.....”
Sekilas, bila membaca, mendengar kata diatas, adalah sebuah kata yang bermakna dan berarti untuk orang yang memberi dan menerima kata tersebut. Sungguh bahagia bukan?? Oke, kalau kalian mempunyai pandangan yang berbeda. Tapi, coba pahami bila ini yang terjadi............ Apa yang kalian rasakan???!!! Ini bisa saja terjadi pada lelaki atau wanita. Kita buat saja, saat ini yang mengalami problem adalah seorang wanita.............
Bila kata “Sayang..... Cup.....” itu diungkapkan kepada pasangan, saudara kandung, keponakan, sepupu, orang tua, dll yang berhubungan dekat/ sekandung, mungkin ini tidak akan menjadi masalah. Kali ini, puncaknya, kecemburuan dan kemarahan itu tak bisa diterima dengan logika dan perasaan wanita itu. Kecemburuan sosial, kecemburuan eksklusif atau kecemburuan hatikah ini?? Ketika wanita itu merasa kurang dihargai, saat pasangannya meminta persetujuan untuk terus mengucapkan kata sayang kepada wanita lain?? Coba, coba, kita merenungkan kisah ini.
Setelah memahami bahkan menerima segala bentuk konsekuensi masa lalu, sekarang dan akan datang. Setelah mulai percaya, perubahan itu ada dan stabil. Setelah meletakkan kepercayaan diatas sebuah pertemanan. Setelah mempersilahkan relasi yang sudah terjalin tetap menjadi hubungan baik yang wajar dan tepat. Kini, seperti dihujam sebilah pisau kecemburuan, melihat dan membaca kata : Sayang, Cup......... diberikan kepada seorang teman yang dianggap sebagai adiknya. Bukan adik kandung. Bukan sepupu. Bukan saudara. Dan bahkan pasangannya menarik perbandingan yang tidak sama dan tidak sebanding antara wanita itu dengan lelaki kecil berumur 13 tahun, masih SMP, polos, lugu, mencintai dengan tulus dan tanpa pamrih, yang ternyata adalah seorang adik kandung.
Bukan. Bukan karena ingin menutup pertemanan dan relasi yang membuat hidup lebih hidup. Karena wanita itu tahu bahwa teman, lingkungan, sahabat, adalah titik-titik kebahagiaan yang dikaruniakan Tuhan di hidup ini. Atau mungkin kecemburuan itu ada hubungannya dengan penghargaan diri??!! Mengapa?? Mengapa?? Toleransi dan penghargaan diri yang begitu agung, kali ini rasanya terlupakan. Dan akhirnya menggoreskan luka. Tak mudah untuk dihati. Tak mudah untuk dihadapi. Tega!!!!
Seringkali bertanya: “Adakah dia menghargai sebuah hati yang telah diberikan dengan tulus?? Adilkah bila ternyata yang telah kalian berikan sebagai pasangan, ternyata tidak dibalas serupa dengan yang diterima??” Apakah yang kalian rasakan, ketika kata “Sayang, Cup” terbaca dan terucap dari pasanganmu kepada seorang teman wanitanya??
Bukankah bila pasanganmu benar-benar mencintaimu, maka dia akan menghargai dan perduli perasaanmu? Memperjuangkanmu, karena memang kamu memberi hal yang sepadan untuknya? Ada unsur “saling” untuk kebaikan dan kebahagiaan bersama.
Lalu, pertanyaannya: Sadarkah kamu? Sadarkah dia? Sadarkah kita? Sadarkah saya? Bila melakukan sesuatu yang telah melukai perasaan pasangan kita? Lalu, masihkah kata sayang bisa diucapkan seterusnya kepada seorang teman (lawan jenis) diantara hubungan kasih yang sudah ada? Apakah kalian tidak kecewa? Apakah kalian setuju, bila pasanganmu memberikan kata “sayang, cup”, kepada wanita lain? Apakah yang kalian rasakan??
Saya ingin sekali tahu pendapat kalian yang membaca artikel ini. Apa yang kalian rasakan dan lakukan??? Semoga comment teman-teman bisa menjadi bahan sharing, bahan refleksi untuk rekan-rekan pria dan wanita yang akan dan sedang menjalin hubungan dekat, yang akan dan sudah menikah. Saya tunggu perasaan, komentar, pendapat, curahan hati secara bebas dari pembaca (siapa saja).
an. Redaksi: Terima kasih atas kesempatan pembaca yang memberikan waktu untuk memberikan commentnya.
No comments:
Post a Comment