Wednesday, June 24, 2015

Membantu Orang Yang Berjuang Keras Untuk Bertahan Hidup




Disekeliling kita banyak pedagang kecil yang menjual barang semampu mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Mereka hanya memiliki modal kecil untuk mendapatkan untung untuk diputar kembali membeli keperluan sehari-hari. Alih-alih untuk membeli pakaian baru, handphone bermerek dan rumah yang layak, makan sehari-hari dan sekolah sang anak adalah kebutuhan utama.

Melihat orang yang berbadan sehat mencuri, minta-minta sedekah, sampai mengganggu kenyamanan orang lain rasanya kog yah tidak malu dengan orang yang susah payah kerja mencari uang di panas matahari, menjual dagangan yang kadang ada pembeli, kadang malah tidak ada sama sekali. Misalnya saja penjual batu ulekan yang berat, penjual singkong atau penjual buah semusim yang harus menggendong, mendorong sepeda dan dagangannya berjam-jam, memikul beratnya batu ulekan di jalanan. Harusnya para pencuri dan peminta sedekah yang berbadan sehat dan kekar mempunyai rasa malu melihat orang yang masih sabar berusaha keras mencari uang.

Sedangkan orang yang memiliki pekerjaan saja, sebelumnya harus menunggu 30 hari kerja mengabdi di perusahaan baru mendapatkan gaji. Bahkan mereka harus melewati proses pendidikan yang penuh persaingan untuk menciptakan masa depannya. Tak ada yang mudahlah, kalau hanya berharap belas kasihan orang lain, ya susahlah untuk mengerti perjuangan hidup.

Memang kadang mereka memberikan harga yang sedikit lebih mahal. Tapi, kita juga kan sering belanja di mall atau cafe yang harganya jauh lebih mahal. Kalau penjual di jalanan menjual dagangannya lebih mahal sedikit anggap saja membantu, toh kita juga mendapatkan barang plus memberikan bantuan.

Saat saya pulang kerja mau menyeberang jalan, saya melihat penjual mangga yang demi menyelamatkan mangganya berusaha lari supaya tidak ditabrak pengendara bermotor, dia berlari kencang sambil mendorong gerobaknya. Tetapi, byaaarrr 50% mangga di gerobaknya jatuh berhamburan di jalan. Tapi... tak satupun orang membantunya. Pikirku, semua orang sibuk mau sampai ke rumah segera untuk buka puasa bersama. Lalu, saya membantunya mengumpulkan mangga yang berserakan di jalan. Dia keringatan, takut, dan bingung karena mangganya jatuh di tengah jalan raya. Saya membantunya dan menyetop mobil-mobil yang lewat supaya minggir. "Terima kasih banyak ya mbak" ucapnya terengah-engah sambil mengelap keringatnya. Lalu saya menjawab, "oh, gapapa pak, saya juga sekalian lewat jalan ini. Saya beli mangganya ya setengah kilo" jawabku tanpa menawar harganya lagi. Setelah saya makan mangganya, gila nih mangga enak banget, tau gitu saya beli 3 kilo. 

Mereka tidak meminta sedekah, yang mereka inginkan adalah kita membeli yang mereka jual dengan ikhlas. Kadang tak jarang kan kita menemui pedagang yang sudah lanjut usia atau anak kecil. Mereka tetap dengan gigih menjual dagangannya dengan sopan tanpa memaksa. Mereka berusaha keras tanpa berpangku tangan menunggu belas kasihan orang lain, mencari makan dengan halal. 

Bila kalian melihat si pejuang pencari nafkah seperti ini, tak perlulah menawar habis-habisan barang dagangannya, apalagi untuk mencari untung yang lebih banyak dibanding belanja di mall. Kita diberi sedikit kemudahan dari Tuhan, juga untuk membantu orang kecil seperti mereka. Tidak banyak kog, hanya semampunya kita untuk memberi dengan ikhlas. 

Seharusnya, kehadiran mereka bisa menjadi semangat untuk kita untuk tetap berani menjalani hidup. Karena kita sudah diberikan kemudahan dengan talenta, pendidikan dan pekerjaan yang tidak sekeras mereka berjuang memenuhi kebutuhan hidup.

Tak perlu banyak kata dan pamer untuk membantu. Karena tak semua yang kamu dengar itu tak selalu sama. Rasakan dan lakukan sebisamu untuk membantu sesama.



No comments:

Pencarianku

Hasil

Powered By Blogger